Kamis, 31 Desember 2009

Selamat Jalan GUS DUR 1940 - 2009


Jenazah Gus Dur telah tiba di Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur. Saat ini jenazah presiden RI keempat ini sedang disalatkan di Masjid Ulil Albab.

Suasana histeris nampak saat jenazah Gus Dur memasuki masjid. Warga berebut menyentuh peti jenazah dan karangan bunga Gus Dur. Air mata meleleh di pipi para jamaah.

Semua jamaah masjid, baik di lantai I maupun II berdiri menyambut jenazah Gus Dur.

Bertindak sebagai imam salat jenazah adalah KH Ali Maschan Musa. Ketua Pengurus Wilayah Nahdatul Ulama Jawa Timur.

"'Ini kita lakukan untuk memanjatkan doa agar Gus Dur diterima Allah SWT sesuai amal ibadahnya," kata KH Ali Maschan Musa, dalam Bahasa Jawa, kepada para jamaah.

Proses pemakaman Abdurrahman Wahid atau Gus Dur purna. Usai upacara pemakaman, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan sambutannya.

"Kita telah kehilangan seorang guru dan Bapak Bangsa. Dan, seorang negarawan terhormat," kata SBY dalam sambutannya di depan makam Gus Dur di Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, Kamis 3 Desember 2009.

Gus Sholah bertemu Gus Dur terakhir kali di Jombang pekan lalu, ketika Gus Dur sedang berziarah ke makam keluarga. Saat itu Gus Sholah mengaku sudah memiliki firasat tidak enak akan kehilangan kakak kandungnya itu untuk selamanya.
Rencananya, mantan Presiden RI keempat itu akan dimakamkan tepat di sebelah timur, KH Hasyim Ashari, pendiri NU. Hj Farida, istri Gus Sholah mengatakan Gus Dur sempat mengatakan di sela-sela berkunjung ke Jombang, 24 Desember, pernah mengatakan kalau dia akan datang lagi ke Jombang khususnya ke Tebu Ireng pada 31 Desember.

Karena itu, Gus Dur berharap semua keluarga mau menjemputnya. Namun, kata-kata Gus Dur itu ditanggapi biasa saja, oleh Hj Farida karena Gus Dur orangnya suka humor.

Pengamanan pemakaman KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) akan dilakukan dengan empat lapis. “Biar aman dan lancar,” kata Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI Soewarno saat meninjau lokasi pemakaman Gus Dur, Kamis 31 Desember 2009 dini hari tadi.

Lapis pertama adalah di sekitar lokasi pemakaman, lapis kedua adalah di dalam kompleks Pesantren Tebu Ireng, Jombang. Sementara lapis ketiga adalah pengamanan di lokasi di seputar Ponpes Tebu Ireng. Sedangkan lapis keempat areal di luar ponpes. “Ya agar proses pemakaman aman dan lancar,” kata Pangdam.

Sejumlah sekolah di Surabaya, Kamis 31 Desember 2009, menggelar salat ghaib untuk mendoakan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Mereka di antaranya SD Muhammadiyah 4 serta Yayasan Taman Pendidikan dan Sosial Nahdlatul Ulama (YTPSNU) Khadijah.

Salat di musala SD Muhammadiyah 4 dimulai pukul 08.00 dan diikuti 240 siswa kelas 6.

Kepala SDM 4 Pucang, Sholihin Fanani mengatakan, salat ghaib bagi murid-muridnya memang sudah bukan hal yang aneh. Dia memang selalu memberi pembelajaran pada siswa-siswanya untuk selalu mewujudkan rasa simpatinya terhadap meninggalnya seseorang dalam bentuk doa. ”Apalagi dengan meninggalnya Gus Dur ini, mereka pun dengan sangat bersemangat mendoakan beliau,” ujarnya.

Itulah sepenggal berita seputar wafatnya GUS DUR.

Bila kadang kita menjumpai cahaya dipadankan dengan keabadian, tampaknya semua itu tak berlebihan. Kadang, cahaya juga erat dirangkai dengan pengertian, karena ia membuat mata bisa melihat, menerangi hati, mengungkap yang gelap.

Selamat jalan KH. Abdurrahman Wahid, selamat jalan.......guru bangsa
semoga amal ibadah dan jasa-jasa beliau pada bangsa dan negara diterima oleh Allah SWT dan dicatat sebagai amal shaleh. Amin.

Selasa, 22 Desember 2009

Refleksi Hari Ibu; Ibuku Matahariku

<
Hampir seluruh masyarakat Indonesia mengetahui bahwa setiap tanggal 22 Desember disebutnya sebagai hari ibu. Setiap tanggal itu pula aku selalu teringat 3 (tiga) wanita yang senantiasa menopang dalam kehidupanku. Yang pertama ibu kandungku tercinta yang saat ini berada dikampung halaman, yang kedua ibu mertuaku yang saat ini tengah terbaring ditempat tidur karena sakit yang dideritanya, dan yang ketiga adalah istriku yang sering kusebut sebagai bidadariku yang dengan setianya menemaniku menakhodai perahu rumahtangga dalam mengarungi samudera kehidupan yang terkadang hempasan ombaknya terasa berat dan terkadang samudera itu membuat perahu kita menjadi tenang dalam berlayar. Namun Islam mengajarkan kepada kita bahwa penghormatan kepada seorang ibu adalah sepanjang jalan kehidupan kita dan bahkan melebihi seorang bapak.

Dari Abi Hurairah radhiallahu ‘anhu katanya; telah datang seorang laki-laki kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata: “Wahai Rasulullah siapakah yang lebih berhak untuk aku berbakti? Rasulullah menjawab; Ibumu. Siapa lagi? Ibumu. Siapa lagi? Ibumu. Kemudian siapa lagi? Bapakmu.” (HR. Al Bukhari).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah Subhanahu waa Ta’ala menetapkan bagi ibumu (tiga kali). Sesungguhnya Allah juga menetapkan bagi bapakmu (satu kali). Sesungguhnya Allah Subhanahu waa Ta’ala menetapkan yang lebih dekat dan yang paling dekat.” (HR. Ibnu Majah dan di shahihkan oleh Al Albani).

Kedua dalil tersebut memberi petunjuk kepada kita betapa agungnya hak seorang ibu. Seharusnya ia terima kebaikan itu dari berbaktinya anak kepadanya. Hubungan silaturrahim, pengabdian dan kepatuhan terhadap perintahnya adalah merupakan bagian dari mengabdi kepadanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengkhususkan tiga banding satu untuk ibu. Bapak-bapak diberikan satu sebagai imbalan dari apa yang diberikannya berupa nafkah.


Ibnu Bathal berpendapat: “Bagian ibu melebihi tiga kali dari bapak disebabkan tiga hal; suka duka ketika hamil, pertarungan antara hidup dan mati saat melahirkan dan suka duka waktu menyusui”.

Ibu. Kata yang begitu sejuk dilantunkan. Terasa indah didengarkan, dan begitu menggugah jika diselami maknanya. Dan ”Ibuku”, tulis Kahlil Gibran, menjadi sebutan paling indah dalam hidup; kata yang penuh semerbak cinta dan impian, manis dan syahdu, yang memancar dari kedalaman jiwa.

Ibu merupakan perwujudan dari sikap ketulusan, simbol keikhlasan. Ibu selalu memberi dan tidak pernah berharap menerima. Dia tidak hanya melahirkan anak-anak manusia penerus bangsa, akan tetapi juga membesarkan putra-putri mereka untuk menjadi permata dikehidupannya. Ketulusan ibu tak terhingga. Tak ada batasnya. Luasnya samudera, tingginya gunung, dan buih-buih awan di langit jika dikumpulkan, masih tidak mampu menandingi keluasan hati seorang ibu kepada anak-anaknya. Demi para buah hatinya, seorang ibu akan rela dan tak peduli hujan badai atau petir menggelegar. Ia tetap membawa anak-anaknya untuk menatap matahari, menjangkau semesta alam, untuk berbuat kebajikan.

Bakti seorang Muslim terhadap ibunya merupakan bagian dari rasa terima kasih atas pengorbanannya, bahkan semestinya seorang anak selalu mengingat pengorbanan ibunya dan membalas pengorbanan itu dengan berbakti kepadanya.

Bukankah kita semua mengetahui, bahwa pengorbanan seorang ibu tersebut dimulai sejak mengandung, melahirkan dan membesarkan anak sarat limpahan kasih sayang dan pendidikan.
Begitu pula halnya terhadap seorang istri biasa aku menyebutnya "Sang Bidadari", kita para suamipun wajib menjaganya, membimbingnya agar senantiasa kaffah dalam ber Islam.



Marilah kita mulai memberikan perhatian lebih kepada ibu kita, jangan sampai ada rasa penyesalan dalam perjalanan hidup kita, hanya lantaran kita tidak peduli kepada ibu yang telah membesarkan kita.

Senin, 21 Desember 2009

QIYAMUL LAIL : Madrasah Kaum Muslimin


Sungguh aneh memang dalam kehidupan ini, bagaimana tidak. Seorang yang menyandang predikat aktivis islam, tapi tidak pernah mengerjakan qiyamul lail. Lalu, bagaimana hal ini bisa terjadi?

Qiyamul lail merupakan pertemuan agung antara manusia dan Sang Kekasih, Allah Taala. Ia sangat dirindukan oleh para pecinta Tuhan. Dengan shalat malam, insan-insan bertaqwa merasa bahagia. Mereka merasakan kenikmatan yang tiada tara setelah mengetahui hakekat dunia ini, lalu mengisinya dengan amal saleh. Dan pada malam hari, hendaklah bertahajud sebagai ibadah keutamaan bagimu (QS Al-Isra’:79).

Shalat malam adalah tradisi indah mereka yang telah mengetahui hakikat akhirat. Pandangan mereka mampu menembus panorama surga yang amat memesona. Mereka juga mampu menyaksikan penderitaan tak terhingga para penghuni neraka. Karena itu, mereka menitikkan air mata dalam kegelapan malam antara harapan surga dan ketakutan terhadap neraka.

Qiyamul lail itu kebutuhan utama setiap orang Muslim. Apalagi bagi hamba yang senantiasa memegang amanah agama yang berat; dakwah, amar ma’ruf nahi munkar, jihad dan menyuarakan kebenaran. Sebagai firman Allah ta’ala dalam Al-Qur’an,

“Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk shalat) di malam hari, kecuali sedikit (darinya). (Yaitu) seperduanya atau kurangi dari seperdua itu sedikit. Atau lebih dari seperdua. Dan bacalah Al-Qur’an dengan perlahan-lahan.” (Al-Muzzammil: 1-4).

Lalu, kenapa ada perintah seperti itu?
Pertanyaan ini kemudian dijawab Al-Qur’an,

Sesungguhnya Kami akan menurunkan perkataan yang berat kepadamu. Sesungguhnya bangun pada waktu malam adalah lebih kuat (mengisi jiwa) dan (bacaan pada malam itu) lebih berkesan.” (Al-Muzzammil: 5-6)

Kami (Allah) akan berikan kepadamu amanah yang sulit, beban berat, dan perintah-perintah yang membutuhkan tekad kuat dan semangat tinggi. Itulah amanah yang ditolak langit dan bumi, sebab merasa tidak mampu mengembannya, lalu dibebankan dipundak manusia. Siapa sih yang mampu mengerjakan tugas-tugas dakwah, tarbiyah, amar ma’ruf nahi munkar, dan jihad, tanpa bekal yang bisa ia gunakan dalam perjalanannya menuju Allah ta’ata? Tanpa bekal, perjalanannya terhenti di separoh perjalanan dan ia mati di tempat-tempat berbahaya, sebelum tiba ditempat tujuan.

Madrasah qiyamul lail merupakan madrasah paling agung, tempat orang Muslim mentarbiyah dirinya, berkenalan dengan Tuhannya, memahami seluruh makna nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya. Qiyamul lail adalah madrasah untuk belajar khusyuk, tunduk, merendahkan diri dan bertaubat kepada Allah ta’ala. Karena itu, qiyamul lail masuk dalam seluruh syariat, tanpa pengecualian.

Saudaraku, ketahuilah.......
Bahwa ketundukkan Anda pada malam hari adalah kunci kebesaran Anda di siang hari, sujud Anda pada malam hari adalah jalan kemuliaan Anda pada siang hari, senjata kemenangan Anda atas musuh-musuh Anda, rahasia kesuksesan Anda di dakwah, amar ma’ruf nahi munkar, dan jihad Anda.

Saudaraku, mari kita hayati sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,

”Penyejuk mataku diletakkan di shalat.” (Diriwayatkan An-Nasai, Ahmad, dan Al-Hakim).

Seorang generasi salat berkata, ”Aku senang jika malam datang. Sebab, hidupku terasa nikmat dengannya dan mataku terhibur dengannya, sebab dapat bermunajat kepadsa Dzat, yang aku sangat suka mengabdi dan tunduk di depan-Nya.”

Abu Hurairah radhiyallahu anhu membagi malamnya menjadi tiga bagian; untuk dirinya, untuk istrinya, dan putrinya. Hingga ketiganya bisa mengerjakan qiyamul lail.

Semoga kita semua dapat menjadikan qiyamul lail sebagai media pendidikan untuk meningkatkan ketaqwaan kita pada Allah ta'ala.

Rabu, 16 Desember 2009

DZIKRUL MAUT : Muhassabah Akhir Tahun 1430H



Saudaraku,
Mati, sesungguhnya merupakan masalah yang amat besar. Seseorang, sebenarnya tak dapat lalai dari kematian kecuali lantaran sedikitnya mereka memikirkan dan mengingat masalah kematian yang besar itu sendiri. Atau, mungkin mereka mengingat kematian dalam kondisi hati yang lalai, sehingga tak bisa menarik ‘ibrah bahkan tak menimbulkan rasa takut dalam jiwa dari sikap tersebut. Abu Hurairah ra meriwayatkan sabda Rasulullah SAW: “Perbanyaklah mengingat yang menghancurkan kelezatan, yaitu mati.” (HR. Turmudzi, Nasa’I dan Ibnu Majah)

Adalah Ibnu Umar ra, bila mengingat mati, tubuhnya bergetar seperti bergetarnya burung. Beliau sering mengumpulkan para fuqaha di malam hari, dimana mereka saling mengingat-ingat mati dan hari kiamat sampai mereka menangis. Seolah-olah dihadapan mereka ada jenazah.
Diriwayatkan pula tentang Umar bin Abdul Azis, yang tubuhnya bergetar sambil menangis. Ketika ditanya keluarganya tentang sebab tangisan itu, Umar bin Abdul Azis menjawab: “Aku mengingat jika saatnya manusia selesai dihisab dihadapan Allah, sebagian mereka ada yang ke surga dan sebagian lain ada yang ke neraka.”

Saudaraku,
Hasan al-Bashri berkata: “Yang akan mencemarkan kematian adalah dunia, ia tidak meninggalkan kebahagiaan bagi orang yang tinggal didalamnya. Hati manusia takkan mengingat kematian kecuali bila dunia menjadi kecil di hadapannya, dan menjadi hina baginya semua yang ada di dalam dunia.”

Hamid al_Qaishari berkata: “Setiap kita telah yakin dengan mati, namun kita tak melihat seseorang yang bersiap diri menghadapinya. Setiap kita telah meyakini surge, namun kita tak mendapati orang yang bekerja untuk memperolehnya. Setiap kita telah meyakini adanya neraka, namun kita tak melihat orang yang takut akan siksaannya. Apa yang menjadikan kalian bahagia? Dan apa yang kalian nanti? Mati. Ia adalah ketentuan allah yang pertama tentang kabaikan atau keburukan!”

Syamith bin ‘Ajlan berkata: “Barangsiapa yang selalu mengingat mati, ia takkan peduli dengan kesempitan atau keluasan dunia “


Ibnu Umar ra berkata: “Bila datang waktu sore, maka jangan kau nantikan waktu pagi. Dan bila datang waktu pagi, jangan kau nantikan waktu sore. Gunakanlah saat sehatmu untuk sakitmu dan saat hidupmu untuk saat matimu.“
Saudaraku,
Sesungguhnya, kematian itu lebih dahsyat dan lebih sakit dari pada pukulan pedang. Seseorang yang dipukul oleh pedang akan berusaha untuk berteriak agar dapat mengkondisikan serta mempertahankan kekuatannya. Adapun kematian, maka seseorang tak lagi dapat berteriak, lantaran telah putus suaranya oleh kepedihan dan rasa sakit yang luar biasa. Rasa sakitnya yang sudah melampaui batas telah mematikan hati serta seluruh anggota tubuhnya, sampai seseorang taklagi memiliki kekuatan untuk berteriak kesakitan. Ia bahkan lebih menginginkan tidak berteriak, mengaduk dan meminta tolong. Ketika itu, ruhnya ditarik dari seluruh pori-pori badannya, semua anggota tubuhnya mati secara bertahap. Kedua telapak kakinya dahulu yang menjadi dingin…………lalu menjalar kepada kedua betisnya…………..lalu dua pahanya………dan terus merambat sampai ke tenggorokannya, saat itulah pandangannya terputus dari dunia dan isinya, dan ditutuplah pintu taubat untuknya.

Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah menerima taubat dari seorang hamba sebelum ruhnya sampai ketenggorokan.” (HR. Turmudzi, Ibnu Majah, Ahmad).

Dalam haditsnya yang lain Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya seorang muslim mu’min bila datang saat kematiannya, ia akan diberi kabar gembira dengan ridha Allah dan karamah-Nya, tak ada sesuatupun yang yang lebih dicintai dari apa yang ada di hadapannya. Adapun bila orang itu masuk neraka, Allah akan menutup orang tersebut dengan keburukan, dan Allah memberikan kabar gembira kepadanya pada saat tersebut.” (HR. Bukhari Muslim).

Saudaraku,
Dalam semua keadaan Rasulullah SAW adalah figure yang paling baik. Tak ada satupun makhluk yang paling dicintai Allah kecuali Rasulullah SAW, akan tetapi Allah tidak mengakhirkan sedikit pun ketika tiba saat ajalnya. Dia saat menjelang wafatnya, Rasulullah mengalami penderitaan yang cukup berat. Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Shahih nya, dari hadits Aisyah ra berkata: “Adalah dihadapan Rasulullah menjelang wafatnya sebuah wadah atau tempat air. Rasul mencelupkan tangannya ke dalam wadah air tersebut membasuk mukanya dengan air, sambil berkata: “Laa ilaaha illaLlah, sesungguhnya maut itu memiliki ada saat-saat sekarat.” (HR. Bukhari, Ahmad dan al-Baghawi).

Dalam riwayat lain, dikatakan dari Anas ra berkata: “Tatkala Rasulullah merasakan penderitaan menjelang wafatnya, Rasulullah memejamkan matanya oleh rasa sakit. Saat itu Fathimah ra berkata kepadanya: “Demikian sulitkah wahai ayah?” Lalu Rasul bersabda: “Tak aka nada kesulitan lagi bagi ayahmu setelah saat ini.” (HR. Bukhari).
Saat Rasulullah SAW wafat dan badannya masih bersandar di badan Aisyah ra dalam sebuah selimut lusuh, kain sarung kasar. Fatimah ra berdiri dan berkata:

“Wahai ayah
Ia telah memenuhi panggilan Rabbnya.
Wahai ayah
Surga firdauslah tempat kembalinya
Wahai ayah
Jibril datang memberitakan kematian
Wahai ayah
Betapa kedekatannya kepada Rabbnya.”


Saudaraku,
Mari merenung di detik ini. Berbicara pada diri sendiri. Apakah amal-amal kita selama setahun itu diterima Allah SWT? Khawatirkah kita bila ternyata amal-amal kita selama ini tidak diterima?
Ibnu Mas’ud ra kerap bertanya kepada saudara-saudaranya: “Siapa di antara kita yang amal-amalnya diterima Allah SWT, kami akan beri selamat kepadanya. Siapa di antara kita yang amal-amalnya ditolak oleh Allah SWT, kami turut berduka cita kepadanya.”

Mari pejamkan mata. Tundukkanlah hati dan bathin. Tenggelamkan semua perasaan kita di hadapan kemuliaan dan kuasa Allah yang tak ada batasnya. Bicaralah pada diri sendiri saudaraku. Apa yang sudah kita lakukan dalam hari-hari kemarin?

Saudaraku,
Lalu, bagaimana bila maut menjemput kita?
Apa yang telah kita persiapkan,
Sementara kemaksiatan masih menggelayut ditubuh kita,
Sementara kamunafikan masih setia menemani kita,
Dan perbuatan zhalim masih senang kita lakukan.
Mampukah kita menyambut sakratul maut?
Sementara Rasulullah SAW yang dijanjikan oleh Allah SWT masuk sorga, saat sakratul maut pun merasakan kedahsyatan sakitnya,
Dan dalam sabdanya Rasulullah menjelaskan : “ Sakitnya sakratul maut itu kira-kira tiga ratus sakitnya pukulan pedang.” (HR. Ibnu Abid Dunya).
Bagaimana dengan diri ini?
Ketika merasakan saat sakratul maut, padahal kita tidak dapat menjanjikan sebagai penghuni sorganya Allah.

Apakah melihat kenyataan seperti itu,
Kaki-kaki kita masih berat melangkah ke tempat majelis ilmu?
Tangan-tangan kita masih berat untuk memberikan sedekah?
Otak kita masih enggan memikirkan kemajuan dakwah kedepan?
Diri ini masih enggan membantu yang kesusahan?

Mari……….Saudaraku,
Kita tutup lembaran tahun 1430H dengan pandai-pandai mengambil himah,
Dan kita isi lembaran baru di tahun 1431H dengan sesuatu yang bermanfaat bagi diri, keluarga, ummat, perusahaan tempat kita mencari nafkah dan agama.
Agar nantinya kita selamat dunia dan akhiirat.

Saudaraku,
Kututup warkah ini,
Semoga kita senantiasa menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain.

Minggu, 13 Desember 2009

Dalam MABIT Kureguk Ilmu dan Bermuhassabah

Jum'at, 11 Desember 2009. Ada kesibukan lain dalam hidupku sebelum berakhirnya tahun 1430H,yaitu kami bersama dengan teman2 di Baperohis mengadakan acara MABIT (Malam Bina Iman & Taqwa) bertempat di Masjid al-Isra Kebon Sirih 36 Jakarta Pusat.


MABIT dalam rangka menyongsong Tahun Baru 1431H dengan tema "HIJRAH:Merubah Diri Menuju Sukses". Bertindak sebagai pemberi tausyiah sekaligus motivator adalah Ust.M. Zainal Muttaqin (GOZIAN Magazine). Materi yang disampaikan beliau adalah sesuai dengan tema MABIT yaitu HIJRAH: Merubah Diri Menuju Sukses.
Sebagai dasar beliau mengungkapkan dalam al-Qur'an;

".....Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri."(QS. Ar Ra'du/13:11).

"Maka Luth membenarkan (kenabian)nya dan berkatalah Ibrahim:"Sesungguhnya aku akan berpindah ke (tempat yang diperintahkan) Tuhanku (kepadaku); Sesungguhnya Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". (QS. al Ankabut/29:26)

"Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan Malaikat dalam Keadaan Menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) Malaikat bertanya:"Dalam Keadaan bagaimana kamu ini?", mereka menjawab: "Adalah Kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekkah)". Para Malaikat berkata: "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?", orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali". (QS. An Nisaa/4: 97).


Usai tausyiah sekitar pukul 22.30 wib, maka acara berikutnya adalah pemutaran film "SANG MURABBI" sebuah film yang menggambarkan aktifitas dakwah seorang Guru yaitu Allahyarham KH. Rahmat Abdullah.

Setelah merebahkan tubuh diatas kursi, aku dan teman2 bangun sekitar pukul 02.00 wib. "Bangun-bangun persiapan qiyamullail" teriak salah satu teman membangunkan yang lain.
Aku langsung mandi.....uhhh segar walau dingin langsung merayap disekujur tubuhku.
Akhirnya kami semua menunaikan qiyamullail yang langsung dipimpin oleh Ustadz Jamhur (Hafizd Qur'an) hingga menjelang waktu subuh.
Usai menunaikan shalat subuh berjamaah, ustadz Jamhur memberikan tausyiah "Fajar Berhikmah".
Akhirnya seluruh rangkaian acara ditutup dengan saling bersalam-salaman, maaf memaafkan dan sarapan pagi dengan Bubur Ayam.......wueh sedapnya.


Photo bareng dulu ah.........sebelum meninggal masjid al Isra

Selasa, 01 Desember 2009

Akankah Isteriku Menjadi Isteriku di Jannah?

"Seorang wanita manapun yang telah ditinggalkan suaminya karena wafat, lalu wanita tersebut tersebut menikah lagi, maka kelak (di jannah) dia bersama suami yang terakhir." (HR Thabrani)

Membaca hadits di atas, mungkinkah seorang suami berpesan pada istrinya agar tidak menikah dengan orang lain bila ia meninggal terlebih dahulu, dengan harapan ia menjadi istrinya di jannah kelak? Di sisi lain, tidak mudah bagi seorang wanita yang ditinggal suaminya untuk hidup sebatang kara, ia harus menanggung beban hidup, belum lagi tanggung jawab untuk mengurusi anak-anaknya yang sudah mulai membutuhkan biaya yang tidak sedikit.