Minggu, 27 Juni 2010

Negeri 5 Tuhan


Baldatun Thayyibatun warabbun ghafur, negeri yang baik dengan Rabb yang Maha pengampun. Itulah negeri saba' yang sejahtera dengan tanah yang subur. Sampai kemudian, pembangkangan terhadap risalah tauhid mengakibatkan negeri itu hancur dengan air bah dan ketandusan.

Anugerah tanah yang subur juga dimiliki negeri kita, INDONESIA. Tapi kesejahteraan seperti negeri Saba' serasa masih jauh panggang dari api. Kemerdekaan dari penjajahan ratusan tahun belum mampu mengatasi problem kesejahteraan. Bahkan sebelum merasa sejahtera, musibah seperti bencana Saba' sudah melanda sekian kali. Serasa belum cukup, kini musibah internal beruga gonjang ganjingnya negara dengan pertarungan antar institusi penegak hukum, membuat negeri ini semakin berantakan.

Tidak salah jika berinstropeksi, semua ini karena maraknya zina, minuman keras, korupsi, praktek suap, riba, perdukunan dan bidah. Sebab, semua maksiat itu memang berpotensi memancing murka ar-Rahman. Tapi belajar dari kehancuran Saba' kita juga akan menemukan satu alasan kuat, mengapa sebuah negeri dibinasakan.

Negeri Saba' dihancurkan karena mereka tidak lagi mentauhidkan ALLAH: menjadikan ALLAH satu-satunya yang disembah dan ditaati aturan-Nya.
Padahal 13 Nabi sudah diutus kepada mereka. Nah, sekarang kita lihat negari kita. Adakah negeri ini adalah negeri yang mau mentauhidkan ALLAH? Menjadikan ALLAH sebagai satu-satunya sesembahan dan menjadikan syariat-Nya sebagai satu-satunya acuan dalam mengatur kehidupan?

Silahkan berdebat mengenai status negeri ini apakah masuk kategori darul kufri (negeri kafir) atau darul islam (negeri Islam). Tapi tentunya, semua sepakat bahwa 'syariat' yang diterapkan di negeri ini bukanlah syariat ALLAH. Mengadopsi secuil darinya dalam urusan nikah memang iya, tapi menjadikannya sebagai acuan perundangan, jawabannya tidak.

Mengapa bukan syariat ALLAH yang dipakai? karena konopemilik negeri ini bukan hanya umat Islam yang mentauhidkan ALLAH, tapi juga 'milik' orang-orang yang menganggap Allah punya anak dan orang-orang yang menganggap tuhan adalah sosok-sosok yang duduk bersila dan tinggal di nirwana. Jadi, tidak ada alasan bagi hamba-hamba ar Rahman untuk memaksakan kehendak.

Semua orang sepakat perdukunan dan bidah itu buruk. Tapi menyingkirkan syariat ALLAH dan menggantinya dengan aturan buatan sendiri karena dianggap tidak relevan untuk pluralitas bangsa, siapakah yang tidak setuju dan memakluminya?
Bahkan umat yang meyakini bahwa ALLAHlah Rabb mereka, pemilik bumi Indonesia dan satu-satunya Dzat yang berhak dan layak mengatur kehidupan mereka pun tidak sedikit yang mendukungnya.

Asas pertama memang Ketuhanan Yang Maha Esa. Tapi silahkan cari figur yang paling pancasilais, lalu tanyalah, apa sebenarnya maksud asas itu? Tauhid? Toh selama Islam sepakat menolak monotheisme. Dan siapak tuhan yang maha esa itu? ALLAH? Mengapa syariat-Nya diabaikan begitu saja?

Negeri Saba' dihancurkan karena mencederai tauhid. Lantas, menyingkirkan syariat ALLAH, tidaklah pantas disebut sebagai membunuh tauhid? Apa yang kita fikirkan, apakah kita mengira ALLAH akan memakluminya dan menilainya sebagai ijtihad yang berpahala? Inilah PR besar umat Islam Indonesia saat ini.

Ya ALLAH, berilah petunjuk kepada kami dan para pemimpin negeri kami untuk mentauhidkan-Mu dan menjadikan syariat-Mu sebagai pedoman hidup kami.

Kamis, 24 Juni 2010

iSENG IsenG aSYIk JugA

Sebagian orang mengatakan......jangan suka iseng ya.....
Sebagian orang lagi berucap.....iseng boleh-boleh juga lho.....!!!

Orang terkadang begitu naik kereta api langsung duduk manis.....ada yang membaca koran....ngobrol atau bahkan tertidur pulas, apalagi keretanya Argo alias dingin dan nyaman.
Namun aq yang lagi iseng justeru memotret dua botol minuman segar yang ada dipinggir jendela tempat duduk ku....... lama kuperhatikan asyik juga ya....kenangan dari momen yang berbeda

Malam pun tiba......jalanan Malioboro mulia berdandan..berhias...menyambut para wisatawan baik lokal maupun luar negeri,
Aq malam itupun melintas di sepanjang jalan malioboro......hingga kakiku terasa cape, pegel...akhirnya ku terdampar di lesehan malioboro......saat ku menikmati gudeg dan segelas teh manis........ada pengamen yang datang menghampiri......namun dari sekian pengamen ada satu yang menarik...karena lagunya asyik dan pas dihati.....lagi karena iseng...ku photo aja dia...he he iseng lagi!Masih seputar keisengan yang mengasyikkan.............. saat berkeliling di jalan Malioboro Jogja, kulihat kerumunan orang, dengan suara musik yang mengalun merdu........setelah kudatangi ternyata pengamen jalanan, karena uniknya mereka menggunakan alat musik dan semangatnya mereka memainkannya serta lagunya yang sedang digandrungi masyarakat......maka tak heran kalau pengamen jalanan ini begitu banyak yang menontonnya......termasuk aq he he he

Saat cuci mata di pasar Bringharjo, banyak ku jumpai produk hasil karya penduduk Jogya yang memang kutahu amat sangat trampil berinovasi...,kreatif dan bernilai jual...
Yang paling banyak dijual di sana mungkin sebatas penglihatanku adalah Batik, yang dijual dalam bentuk aneka keragaman antara lain dibuat baju, tas, dompet, sandal, mukena, dll
Namun diantara semua itu mataku tertuju pada produk yang lumayan menarik...,yakni sandal yang bertuliskan kata-kata gaul karena kemungkinan segmen yang dituju adalah para remaja.
Hanya saja produk ini nyaris hampir sama dengan buatan "Joger" yang ada di Bali, namun lebih murah harganya. Karena harganya yang murah.........aq beli saja untuk anakku..he he he.

Jumat, 18 Juni 2010

ABAH, maafin Inyong yaa......!!




“Bila Anda pernah membuat mereka menangis sedih maka Anda harus membuat mereka kembali tersenyum bahagia


Badan masih merasakan dingin…lantaran hujan yang masih mengguyur pelataran tempat persinggahanku, rupanya secangkir kopi hangat yang disuguhkan sang bidadariku belum mampu jua…….mengusir dingin yang sedari tadi setia mendekapku.


Dan aku menjadi teringat kepada teman lamaku. Beberapa hari yang lalu aku menerima telepon dari salah seorang teman kuliah yang sudah lama sekali tak pernah terdengar kabarnya. Pembicaraan yang semula menyenangkan tentang hari-harinya di tempat kerja dan kegembiraan acara wisuda yang baru saja ia lalui, berubah menjadi perbincangan yang sangat menyentuh hati ketia ia bertutur tentang ayahnya.


Kesehatan Ayahnya yang memburuk membuatnya harus menjalani rawat inap dirumah sakit. Karena penyakit yang dideritanya, Ayahnya susah tidur dan suka berceloteh sendiri. Temanku yang sudah beberapa hari terakhir tidak pernah tidur karena menjaga ayahnya, menjadi jengkel dan berkata dengan ketus pada ayahnya agar ayahnya diam dan tidur dengan tenang. Ayahnya menjawab bahwa ia juga sebenarnya ingin beristirahat karena ia sudah lelah sekali.

Semenjak dialog itu, ayahnya menjadi tak sadarkan diri dan harus menjalani perawatan di ICU (Intensive Care Unit). Dia begitu menyesali kata-kata yang tidak selayaknya keluar dari mulut seorang anak kepada ayahnya sendiri.


Saudaraku,

seringkali kita mengeluh ketika menemani atau menjaga orang tua kita hanya dalam hitungan tahun, bulan, hari, jam, bahkan dalam hitungan menit. Tapi pernahkah kita terpikirkan bahwa orang tua kita menemani dan menjaga kita seumur hidup kita dan seumur hidup mereka. Sejak lahir hingga dewasa, bahkan hingga tiba saatnya ajal menjemput, mereka selalu menyertai kita. Ketika pada akhirnya mereka menghadap Sang Kuasa pun, seluruh kenangan yang mereka tinggalkan selalu menyertai selama hidup kita.


Bayangkan betapa hancur hati kedua orang tua kita lantaran (hanya) sepatah kata yang singkat "tidak", yang keluar dari mulut kita. Apalagi kata itu keluar di saat mereka sedang membutuhkan kita. Entah kata apalagi yang paling tepat untuk menggantikan kata "tangis" bila tiada lagi air mata yang keluar dari kedua mata mereka.


Sekarang tinggal tergantung diri kita sendiri, maukan kita meluangkan waktu yang sangat singkat itu namun besar artinya untuk sepanjang perjalanan hidup kita.

Islam telah memberikan sebuah teladan yang baik. Bahkan dalam urusan mengeluarkan bulir katapun Islam telah mengaturnya. Kita tidak diperkenankan mengucapkan kata-kata kasar kepada ibu dan bapak kita. Bahkan hanya mengatakan "Hus" Aah atau yang lain saja tidak boleh, apalagi mengatakan segala hal yang menyakitkan tentang diri mereka.


Aku jadi tersentak..........

Rasa rindu pada Ayahku pun membuncah........

Aku langsung menelepon Abah dan Ema (panggilan pada ayah dan iibuku semenjak kecil) yang kini berada dikampung halaman.

Seperti biasa, saat ku berbicara dengan Abah.......bulir-bulir air mata tak elakkan lagi....jatuh membasahi pipiku..........


Ya Rabb kami, ampunilah aku dan kedua ibu bapakku dan semua orang yang beriman pada hari diadakannya perhitungan (hari kiamat),

Ya Rabb kami, sayangilah kedua orang tuaku sebagaimana mereka telah menyayangiku semenjak aku kecil hingga dewasa,


Akhirnya aku berpamitan dengan kedua orang tua......dan kututup telepon genggamku, dengan tetesan air mata yang masih membasahi pipiku.......semoga air mata inilah sebagai saksi bahwa rindu, cinta dan kasih sayang masih tertanam diriku pada kedua orang tuaku dan ku berharap semua ini takkan mudah pudar, amin




Selasa, 01 Juni 2010

Air Mata Gaza

Udara subuh masih terasa dingin dan jejak hujan semalam masih terlihat dari basahnya jalanan aspal dan dedaunan yang bergerak akibat tiupan sang bayu.

Usai menegakkan sholat subuh, aku menghidupkan TV......sejenak untuk melihat berita apa yang sedang hit pagi ini.............
Rupanya peristiwa Gaza masih menjadi ranking pertama...........dan aku jadi teringat lagu "We Will Not Go Down In Gaza Tonight Lyrics" lantunan Michael Heart.

We Will Not Go Down In Gaza Tonight Lyrics

A blinding flash of white light
Lit up the sky over Gaza tonight
People running for cover
Not knowing whether they're dead or alive

They came with their tanks and their planes
With ravaging fiery flames
And nothing remains
Just a voice rising up in the smoky haze

We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight

Women and children alike
Murdered and massacred night after night
While the so-called leaders of countries afar
Debated on who's wrong or right

But their powerless words were in vain
And the bombs fell down like acid rain
But through the tears and the blood and the pain
You can still hear that voice through the smoky haze

We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight