Sabtu, 11 September 2010

Kemenangan Apa Yang Kita Dapat Tahun ini?




Suasana lebaran masih terlihat dikeseharian umat hingga hari kedua ini,

suasana silaturrahmi ku bersama saudara masih diwarnai makanan khas lebaran.....ada ketupat, opor ayam, rendang, sambel goreng ati dan seonggok kue kering khas lebaran.

Pokoknya urusan perut di hari lebaran nggak susah mencarinya.

Namun akan semua hanya itu yang perlu kita peroleh dihari nan fitri ini?


Saudaraku,

Mungkin kita masih ingat bahwa ada tiga kata yang paling banyak dibicarakan pada bulan Ramadhan. Yaitu Puasa, Taqwa dan Lailatul Qadar. Bulan Ramadhan, sebagai bulan kita berpuasa satu bulan penuh, bulan yang mencetak kita menjadi orang bertaqwa, dan didalamnya ada malam yang lebih baik dari seribu bulan, malam lailatul qadar.

Saudaraku,
Mungkinkah ada di antara kita yang merasa jenuh dengan ceramah-ceramah Ramadhan?
Merasa bahwa materi yang disampaikan tentang Ramadhan itu berulang dari tahun ke tahun, dan membuat sebagian orang bosan. Merasakan tak ada hal baru yang disampaikan tentang Ramadhan, sampai lalu menganggap tidak perlu lagi mengulang-ulang informasi tentang Ramadhan. Subhanallah..........

Saudaraku,

Di dunia ini bukan hanya kita. Selain itu, kita sendiri juga pasti sangat memerlukan pengingatan, yang mengingatkan kita tentang keutamaan Ramadhan, kemuliaannya, agar kita bisa melakukan sesuatu yang baik di bulan ini di banding bulan Ramadhan tahun lalu.

Lihatlah firman Allah Swt yang juga menjelaskan pentingnya pengingatan itu. Allah swt berfirman, “Fa dzakkir fa inna dzikra tanfa’ul muminin……” Peringatan berguna untuk orang beriman saja, dan tidak berguna bagi orang yang tidak beriman. Kenapa kita menolak untuk diingatkan kembali tentang Ramadhan? Marilah buka lembar-lembar Fi Zhilal Al Qur’an, karya monumental Sayyid Quthb rahimahullah. Saat berbicara tentang Rasulullah saw ia menuliskan, “Rasul saw adalah seorang yang mengingatkan. Ia harus mengingatkan dan harus terus menerus mengingatkan meskipun berhadapan dengan orang yang menolak dan yang mendustainya, itu karena peringatan itu bermanfaat bagi orang beriman dan tidak bermanfaat bagi orang selain mereka, yakni orang-orang yang menentang Allah. Pengingatan adalah tugas utusan Allah, sementara apakah orang kemudian menerima atau sesat, itu diluar dari tugas Rasul.” (fi Zhilaal Al Qur’an, 1/3386).

Saudaraku,

Ada lagi yang berbeda dan perlu kita ingat. Bahwa Ramadhan tahun ini pasti berbeda dengan Ramadhan tahun lalu.

Untuk ku…………

Ramadhan tahun ini, aku berada dilingkungan kerja yang berbeda dari tahun lalu….

Ramadhan tahun ini, jarak tempuh ku ke tempat kerja lebih jauh dari tahun lalu….

Ramadhan tahun ini, targetku melakukan taraweh keliling dari masjid ke masjid yang berbeda….

Dan masih banyak yang mungkin tak perlu ku ungkapkan disini……

Memang kita hidup di bulan Ramadhan yang berbeda dengan situasi tingkat ketaatan dan kemungkaran yang berbeda. Kita melewati bulan Ramadhan tahun ini dengan tensi semangat dan kelalaian yang berbeda. Sepertinya bulan Ramadhan tahun ini, kita lewati dengan suasana penuh keprihatinan ditengah suasana duka dan miris. Bencana alam, keburukan pemimpin yang terus terungkap, kemiskinan yang menjalar ke mana-mana. Belum lagi bila kita lemparkan pandangan pada kondisi kaum Muslimin di berbagai belahan dunia. Di Palestina, di Amerika, dan di berbagai pelosok bumi Allah ini.


Saudaraku,

Bulan suci dan mulia ini sudah berulangkali melewati sejarah Islam. Jika Ramadhan tahun ini terjadi pada tahun 1431 Hijriyah, berarti ada seribu empat ratus tiga puluh satu kali umat Islam melewati Ramadhan. Dan sepanjang rentang sejarah itu, Ramadhan menorehkan peristiwa-peristiwa besar bagi sejarah Islam.

Bukalah kembali catatan sejarah Islam kita. Maka kita akan menemukan begitu banyak peristiwa besar dan mempengaruhi perjalanan umat manusia setelahnya, yang terjadi dibulan Ramadhan.

Di bulan Ramadhan tahun kedua hijriyah, kita mengukir kemenangan di perang Badar, di tahun kedelapan kita menang dengan penaklukan Makkah dan penghancuran berhala. Di bulan Ramadhan tahun 584 Hijriyah, dalam perang Hittin, kaum Muslimin dipimpin Shalahuddin Al Ayyubi dapat mengalahkan kaum Salib dan membebaskan Masjid Al Aqsha. Di bulan Ramadhan tahun 1393 Hijriyah, kaum Muslimin menang dalam peperangan pertama melawan Israel. Dan bahkan di bulan Ramadhan 1365 Hijriyah, umat Islam di Indonesia mendeklarasikan kemerdekaannya dari penjajahan Belanda.


Saudaraku,

Kita merenung sejenak dari hingar bingarnya kehidupan dunia,

Apa kemenangan generasi kita di Ramadhan 1431 H ini?

Atau, sederhanakan lagi pertanyaannya, apa kemenangan dalam lingkungan diri kita sendiri, di Ramadhan tahun ini? Adakah kemenangan yang kita peroleh?




Selasa, 07 September 2010

MenaNgislah Untuk Perpisahan Ini


angin malam masih menerpaku hingga….saat sujud ku terakhir shalat taraweh.

angin malam masih mendinginkan seluruh tubuhku hingga….saat kening ku menempel di atas sajadah.

saat bibirku mengalunkan doa tuk panjatkan ke haribaan Rabb Sang Penguasa Alam Semesta, tak kuasa hingga air mataku menetes…………..

ku tak kuasa ,tuk berpisah dengan mu………….Ya Ramadhan


Saudaraku,

Apakah kita termasuk yang merindukan kehadiran bulan Ramadhan. Jika ya, inilah keindahan bulan yang kita sangat rindukan itu sedang bersama kita. Inilah detik demi detik waktu, kita lalui bersama. Inilah masa-masa bahagia, masa-masa semakin dekatnya jiwa bersama Allah, masa-masa kedamaian hati yang belum tentu kita temui saat ia tidak bersama kita lagi.


Saudaraku,

Hiruplah dalam-dalam udara malam-malamnya. Hiruplah dalam-dalam udara sahurnya. Kita kini sedang berada pada hari-hari perpisahan yang sangat memilukan. Perpisahan dengan bulan mulia yang telah hadir bersama seluruh keindahan dan keistimewaannya bersama kita. Perpisahan dengan bulan terindu yang keutamaannya tak dapat dikalahkan oleh apapun yang terindah dalam hidup.

Jika Rasulullah SAW bersabda, : "Barangsiapa melakukan satu ibadah sunnah dalam bulan Ramadhan, maka ia seperti orang yang melakukan ibadah wajib di bulan selain Ramadhan. Dan barang siapa yang melakukan ibadah wajib di bulan Ramadhan maka ia seperti orang yang melaksanakan 70 ibadah wajib di selain bulan Ramadhan.” (HR Ibnu Khuzaimah). Maka, berpisah dengan bulan ini berarti kita meninggalkan kesempatan meraih pahala kebaikan yang berlipat-lipat.


Jika Rasulullah SAW bersabda, “Ada dua kegembiraan bagi orang yang berpuasa, kegembiraan saat berbuka dan kegembiraan tatkala bertemu dengan Allah.” (HR. Al Bukhari dan Muslim). Maka, perpisahan dengan bulan ini, berarti terlewatinya dua momentum kegembiraan di kala buka puasa itu.

Jika Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa karena keimanan dan semata-mata mengharap pahala, niscaya diampuni dosanya yang telah lalu. (HR. Al Bukhari dan Muslim). Maka, perpisahan dengan bulan ini adalah hilangnya kesempatan kita untuk memperoleh ampunan Allah SWT terhadap dosa-dosa kita yang menggunung.


Saudaraku,

Jika Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang menunaikan qiyamul lail pada bulan Ramadhan karena keimanan dan mengharapkan pahala, niscaya akan diampuni dosa-dosa-nya yang telah lalu.” (HR Al Bukhari dan Muslim). Maka usainya kebersamaan kita dengan bulan Ramadhan adalah lenyapnya kesempatan kita untuk menunaikan sholat malam dengan jaminan pahala ampunan atas dosa dan kehilafan, yang kita sudah tenggelam didalamnya.


Jika Rasulullah SAW bersabda, “Siapa saja yang shalat taraweh bersama imam hingga selesai, akan ditulis baginya pahala shalat semalam suntuk.” (HR. Abu Dawud, At tarmidzi, An Nasai dan Ibnu Majah). Lalu bagaimana dengan kualitas ibadah shalat taraweh yang sudah kita lakukan? Perpisahan dengan bulan suci ini, berarti juga kita akan kehilangan pahala shalat taraweh. Kehilangan pahala semalam suntuk.


Saudaraku,

Jika para salafushalih, selama bulan ini berlomba memperbanyak membaca Al Qur’an. Malaikat Jibril memperdengarkan Al Qur’an kepada Rasulullah SAW pada bulan Ramadhan, Utsman bin Affan menghatamkan Al Qur’an setiap hari pada bulan Ramadhan. Jika Imam Asy-Syafi’I menghatamkan Al Qur’an sebanyak enam puluh kali di luar shalat dalam bulan Ramadhan.


Saudaraku,

Jika mereka demikian tinggi semangat dan mujahadahnya membaca Al Qur’an di bulan Ramadhan. Bagaimana dengan ibadah membaca Al Qur’an yang kita lakukan? Bila Ramadhan berlalu, berarti kita pun kehilangan kesempatan agung untuk memperoleh barakah istimewa dari membaca Al Qur’an di bulan ini.

Jika Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS Al Qadr: 1-3).

Maka perginya bulan ini dari sisi kita, berarti terlewatinya kesempatan yang tak pernah terbayar dalam seluruh hidup kita sekalipun. Berarti, lenyapnya kesempatan kita memperoleh keberuntungan 1000 bulan yang sangat jauh lebih lama ketimbang usia kita sendiri.


Saudaraku,

Jangan sia-siakan detik detik perpisahan ini. Rasakan benar-benar kehadiran kita di sini, di bulan ini. Lantunkan dzikir, tilawah Al Qur’an, munajat, permohonan ampunan di sini.

Buang kepenatan, hilangkan rasa lelah. Hanya untuk hari-hari terakhir menjelang perpisahan dengan bulan penuh kemuliaan. Kejarlah segala yang terluput dari diri kita pada malam Lailatul Qadr.

Sekarang, saudaraku. Jangan tunda lagi.

Dan, menangislah. Karena kita pun harus berpisah dengan bulan ini.

Hanya harap dan pintaku pada Mu Ya Rabb,

semoga kami dipertemukan kembali dengan Ramadhan Mu tahun depan, amin



Minggu, 05 September 2010

RAMADHAN MU, SEBENTAR LAGI KAN PERGI


Saudaraku,

Patut kita bersyukur kepada Allah yang menciptakan segala sesuatu.

Yang menjadikan kebahagiaan bagi orang yang bertakwa.

Bersyukurlah pada-Nya, dan janganpernah berhenti mensyukuri semua kenikmatan yang diberikan.

Ternyata, begitu cepat perguliran hari dan malam.

Begitu cepat berlalu satu bulan dan tahun.

Itulah sifat dunia dan waktu, saudaraku.

Dunia ini cepat hilang, dan semakin dekat pada kehancurannya.

Dunia ini tidak akan abadi dan tidak akan tetap.

Inilah sunnatullah dalam seluruh ciptaan-Nya.

Semuanya sudah ada ketetapan batas waktunya.


Saudaraku,

Tidak akan lama lagi, Ramadhan sebagai tamu mulia kita, akan segera pergi.

Sungguh tak terasa begitu cepatnya, Ramadhan kan segera berlalu.

Segala puji bagi Allah, segenap syukur kepada Allah atas semua nikmat-Nya.

Ramadhan akan segera usai, dan akan tertutuplah semua kesempatan mahal yang selama ini terhampar sepanjang satu bulan.

Semakin teranglah siapa yang merugi dan siapa pula yang beruntung.

Allah Swt berfirman: “Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu.” (QS Ay Syams: 9-10).


Saudaraku,

Ramadhan akan pergi membawa amal-amal kita.

Ramadhan pergi membawa persaksian atas semua yang kita lakukan.

Entah…………perhatikanlah,

Apakah Ramadhan pergi dengan berbagai kebanggaan, pujian, kebahagiaan dengan amal kita.

Atau, Ramadhan pergi dengan beragam kekecewaan, kesedihan, dan kesia-siaaan.


Saudaraku,

Kini tamu Ramadhan sebentar lagi segera meninggalkan kita.

Padahal rasanya ,baru kemarin kita saling member ucapan selamat atas kedatangannya.

Padahal rasanya, baru saja kita bersuka cita menyambut kehadiranya.

Tapi beberapa hari lagi, kita harus berpisah dan ditinggalkan Ramadhan dengan penuh haru dan air mata.

Entah, apakah kita akan dipertemukan lagi oleh Allah dengan Ramadhan? Atau

Kita akan terpisah dan tak berjumpa lagi dengan Ramadhan karena kita terhalang oleh “yang menghancurkan semua kenikmatan” ?

Salam untukmu wahai Ramadhan,

wahai bulan shalat malam,

wahai bulan Al Qur’an,

wahai bulan taubat dan ampunan.


Saudaraku,

Mari kita membuka lembar-lembar amal kita bulan ini untuk muhassabah, mengevaluasi, merenungi semuanya.

Apa yang sudah kita lakukan selama satu bulan ini di hari-hari kemarin?

Apakah pengaruhnya pada jiwa kita?

Sejauhmana perubahan yang ada pada amal dan perilaku ketaatan kita?

Pertanyaan yang layak dilontarkan sekarang adalah:

Apakah kita telah mengambil sebab-sebab yang menjadikan amal kita diterima Allah di bulan ini?

Apakah kita bertekad untuk meneruskan amal-amal shalih setelah kepergiannya?


Saudaraku,

Jangan lupa teruskanlah amal-amal shalih itu setelah bulan Ramadhan.

Teruslah keluarkan infaq di jalan Allah.

Teruslah melakukan qiyam lail di hari-hari esok.

Tetaplah jauhi apa yang Allah haramkan sejak hari ini.

Jalin silaturrahim yang baik dengan orang yang kita kenal dan yang tidak kita kenal.

Tetaplah berpuasa sunnah, dan yang paling dekat adalah puasa enam hari di bulan Syawwal, setelah Ramadhan.

“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan lalu diikuti dengan puasa enam hari di bulan Syawwal, berarti ia seperti puasa sepanjang waktu.” (HR Muslim)


Saudaraku,

Mari pejamkan mata. Tundukkanlah hati dan bathin.

Tenggelamkan semua perasaan kita dihadapan kemuliaan dan kuasa Allah yang tak ada batasnya.

Bicaralah pada diri sendiri saudaraku. Apa yang sudah kita lakukan dalam hari-hari kemarin?

Ya Allah, hiburlah kedukaan kami dari perpisahan dengan bulan Ramadhan.

Jadikanlah kebaikan amal kami itu ada pada akhir hidup kami, dan jadikanlah hari terbaik kami adalah saat kami bertemu dengan-Mu.

Maha suci Engkau ya Allah, dan dengan memujimu, kami bersaksi tidak ada tuhan kecuali Engkau, kami memohon ampunan dan bertaubat kepada-Mu.


Sabtu, 04 September 2010

IMAN, Kunci Ketenangan Jiwa


Sore ini, udara masih terasa panasnya..............
sementara debu masih setia menerpaku walau kepalaku terbungkus helm,
aq hari ini berniat bersilaturrahim, dengan sahabat dan teman-temanku saat masih bujangan........ plus berbuka puasa bersama dilanjutkan dengan shalat taraweh di sekitar daerah Pondok Kelapa.
Perjalanan panjang yang masing-masing kami lakukan, ternyata membuahkan hasil yang berbeda dan tentunya itulah cermin dari sikap kita selama ini.
Semoga kenangan yang malam ini torehkan bisa menambah penghambaan kita kepada Allah SWT...Rabb sang Pencipta dan Penguasa Alam ini.

Saudaraku,
Ada secuil yang dapat kami ambil hikmahnya dalam perkoncoan ini,
Bahwa orang yang beriman diibaratkan sebuah gunung yang tegar.
Biarpun dunia disekeliling goncang, angin topan menerjang, petir bergemuruh, sungai meluap banjir, dan gelombang lautan menggunung, tetapi ia tetap tegar tidak bergeming, kokoh tidak tergoyahkan.
Ia menancapkan kakinya dihamparan pintu kekuasaan Allah, meletakkan tangannya dalam anugerah kasih sayang Allah, serta mempertautkan kehidupannya dengan Allah.
Dan slogan yang selalu di pegang oleh orang beriman adalah apa yang telah difirmankan Allah kepada Rasul-Nya: "Katakanlah: "sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakkal". (QS At Taubah : 51).

Saudaraku,
Orang yang tidak mempunyai keimanan yang benar akan selalu menderita kehampaan rohani dan selalu merasakan kesempitan diri. Tetapi orang yang beriman dengan benar hidupnya selalu diselimuti rasa aman dan kedamaian pikiran.
Apalagi hati yang dipenuhi oleh iman, maka seluruh indra, perasaan dan anggota tubuh bergerak untuk melakukan kebaikan dan amal shaleh. Dan setiap iman bertambah dalam hati, maka kekuatan kebaikanpun akan bertambah, lalu hati seorang mukminpun akan terasa lapang.
Kelapangan dada adalah buah dari sifat qona'ah. Lebih dari itu, iman merupakan kekuatan yang mampu menanamkan ketenangan dalam jiwa, rasa aman dan damai dalam hati.

Saudaraku,
Orang yang berbahagia adalah mereka yang bisa menerima (qonaah) kenyataan hidupnya, bisa menerima segala yang ada pada dirinya.
Akan tetapi percaya bahwa di balik kepahitan pasti ada kesejahteraan yang lebih lama. Seperti orang yang sedang minum obat, pahit dikala meminumnya, tetapi setelah di minum hadir kesehatan yang lebih lama dari rasa pahitnya.
Hidup dalam kesadaran akan betapa dekatnya Tuhan terhadap diri kita, bisa menghalau awan kegelisahan dan akan menghadirkan semangat hidup yang menggelora.
Kita tidak dapat hidup dalam kesadaran akan dekatnya Allah dan pergi kemana-mana dalam kemurungan dan kegelisahan. Bila kita yakin Allah selalu bersama kita

Saudaraku,
Marilah kita bersilaturrahim hanya karena Allah semata.
Marilah kita bersilaturrahim dengan hati yang ikhlas.
Marilah kita bersilaturrahim sambil menebar amal shaleh.






Jumat, 03 September 2010

MUNAJAT LAILATUL QADR


Puji bagiMu ya Allah Pencipta Ramadhan
Puji bagiMu ya Allah yang mewahyukan Al Qur'an
Puji bagiMu ya Allah Pemilik Syurga 'Adin

Shalawat salam untuk kekasihMu, Penghulu seluruh Rasul
Shalawat salam untuk kekasihMu, Penghulu seluruh orang taqwa
Shalawat salam untuk kekasihMu, Penghulu seluruh orang bersyukur
Shalawat salam untuk kekasihMu, Penghulu seluruh orang cerdik

Allahumma ya Rabb...........
dari Ramadhan ke Ramadhan,
dari zikir dan membaca Al-Qur'an,
dari i'tikaf sampai segala pujian, dari berbuka sampai sujud di malam kesepian,
semuanya untukMu, oh Tuhan...........
semuanya kare titahMu, oh Tuhan............
semuanya mengharap ridhaMu, oh Tuhan...........

Malam ini kami datang membawa sejumlah permohonan,
karenanya berkenanlah Engkau menerima kami, ya Rabb.
Perputaran waktu yang Kaugeserkan hanyalah menambah usia kami jauh berjalan.
Tak banyak amal yang dapat kami persembahkan, bahkan terlalu banyak kesalahan yang kami kerjakan..............
Kalaulah tidak karena Ramadhan, bulan ampunan
dan curahan kasihMu, oh Tuhan.............
kami pun malu mendo'a mengharapkan
Terimalah kami Ya Rabb !

Allahumma ya Rabb..................
Malam ini kami menghadapMu,
bersama anak dan istri kami...........
mengharap dan mengharap padaMu, ya Ilahi........
Maafkan kami ya 'Afuwwun Karim
ampuni dosa kami ya Ghafurur Rahim

Allahumma ya Latief.......
Allahumma ya Wadud........
Terlalu berat lidah kami menutur kata,
karena dosa yang bersembunyi di dada.....
karena lidah yang lalai berzikir dalam suka,
karena hitam pekat hati oleh caci dan cerca,
karena berat kaki melangkah kepada yang mulia,
terjebak dosa demi dosa...........
terpuruk dalam ria demi ria........
lumpur maksiat yang melumuri muka,
karat dengki yang menyelimuti jiwa,
semua dosa.....lagi-lagi dosa..........
O alanghkah naifnya kami semua, ya Rabb !

Kalaulah tidak karena rahmatMu yang semesta,
takkan ada pintu masuk kami tuk meminta.............

Kasihani kami ya Rabb...............
mendekatlah kepada kami ya Qarib
peluk kami dalam dekap hangat kasihMu, ya Rahman
Tak usah derita neraka yang Kau ancamkan..............
derita dunia saja pun kami tak berdaya.
Tak usahlah panas azab nerakaMu..........
panas dunia saja kami tak mampu.

Innaka 'afuwwun,
tuhibbul 'afwa
fa'fu 'annaa, ya Karim......!

Allahumma ya 'Afuwwun Karim
Kini Ramadhan hampir kami lalui,
di hadapan kami terbentang tugas-tugas suci,
bidadari-bidadari yang menjadi tanggungjawab kami,
yatim-yatimah yang harus dididk mandiri,
anak-cucu kami yang harus kami kasihi dan ayomi,
bahkan negeri yang kami cintai ini..........
semua tanggungjawab kami..........
dibela, dipelihara, dibina.............
dan..........kalau perlu kami harus syahid karenanya.

Allahumma ya Rabb...
Kecuali dari Engkau, darimana kami dapat kekuatan ?
Kecuali dari Engkau, darimana kami dapat bimbingan ?
Kecuali dari Engkau, darimana kami dapat kesempurnaan ?
Kecuali dari Engkau, darimana kami dapat kemuliaan ?
Kecuali dari Engkau, darimana kami peroleh kepastian ?
Kecuali dari Engkau, darimana kami peroleh kemenangan ?
dengan wahyuMu.......
dengan RasulMu.......
fanshurmaa 'alal qaumil kaafiriin.....!

Allaahumma yaa Azizul Jabbar
bercak-bercak darah saudara kami bersimbah dimana-mana................
mereka diusir, ditindas, dibunuh, diperkosa...........
jeritan derita perang melata dimana-mana.........
anak-anak terkapar terlunta dimana-mana.........
tak tahu dimana ayah-bunda
Dan perang demi perang terus saja berlangsung tak henti hentinya
manusia seolah tak berharga..............
sedang pemimpin-pemimpin dunia terus saja berslogan dusta.....
Kancah politik tak lebih sebuah panggung sandiwara
yang diatur dan dilakoni oleh si Zhalim, si Yahuddiyyin, si Nashraniyyin..............

Kalaulah negeri ini sudah kami tata
dan akan terus kami jaga dan bela,
tapi bukankah alam semesta loka milikMu semua ?
kenapa begitu durjana mereka menghancurkannya ?
bahkan rumah tempat hambaMu memuja dan mensucikanMu
mereka ledakkan dengan mortir mereka
al-Yahudi wan-Nashara
Sedang mereka yang seharusnya mampu membela
diam tak berbuat apa-apa, teruus asyik dibuai tahta.......
semuanya lumpuh karena ketamakan dunia
tak mampu membaca tanda-tanda masa............

Y Rabbil Mustadh'afiin......
Lihatlah kekuatan kuffar berdiri dengan angkuh
dan sombongnya...............
siap menghancurkan agamaMu, mendustakan RasulMu dan
mencampakkan ajaranMu........
Jika Kaumenangkan mereka ataas kami, niscaya takkan
ada lagi yang kan menyembahMu di muka bumi ini.........
Itulah irntihan RasulMu di lembah Badr.......

Dengan rintihan yang sama kami menyeruMu, ya Rabb..........
akankah terus Kaubiarkan kebiadaban mereka ?
akankah terus Kautolerir kesombongan mereka ?
Manakah pertolongan yang Kau janjikan........
Demi RasulMu..........
Demi RamadhanMu.........
Demi QuranMu........
Demi Lailatut QadrMu........
Demi Syuhada Badr.........
Berikan kekuatan kepada saudara-saudara kami yang tertindas
sebagaimana kekuatan itu telah tunjukkan di lembah Badr
Ya Rabb, hancurkan semua musuh yang bersekongkol
menghancurkan agamaMu...........
lemahkan kekuatan mereka..........
kacau-balaukan strategi mereka...........
cerai beraikan persatuan mereka.............
hinakan mereka dengan kekalahan yang menyakitkan..........
Allahumma ya Azizun dzun Tiqaam..............
ahlikil kafarata wal fajarata wal musyrikin.........
a'da-aka a'daa-ad-Diin...........
wanshurna alal qaumil kaafiriin.

Allahumma ya Haliim
larutlah malam ini,
embusan sejuk sudah menyelimuti kami........
tapi kami masih saja mohon dikasihi.
Ampunilah dosa kami.................
dosa ayah bunda kami.............
berkahi anak-cucu kami.......
curahi kami dengan rizki........
terimalah ibadah dan amal kami..........
Innaka 'afuwwun, tuhibbul 'afwa
fa'fu 'annaa ya Karim

Kamis, 02 September 2010

Andai Bukan Karena Menghidupkan Lail


Ramadhan kali ini telah bergulir hampir di penghujungnya. Namun hampir setiap tahun persaingan tak kunjung reda, persaingan di dalam hati setiap ummat.......persaingan antara menghidupkan ibadah di dalam masjid dengan menghidupkan keduaniawian didalam Mall/Super Market dll. Itulah fenomena yang terjadi di negeri yang penduduknya mayoritas adalah ummat Islam, tapi dalam perjalanan kehidupannya tak mampu melepas sejenak dari hiruk pikuknya dunia "Mall 2 Mall", yah hanya selama bulan suci ini. Sungguh memprihatinkan.

Malam malam ramadhan tahun ini, untuk ku memang ingin beda dengan tahun yang lalu....aq ingin melakukan perjalanan dari masjid ke masjid....namun ternyata begitu sulit, karena ada satu masjid yang ternyata kukunjungi sudah hampir ke tiga kalinya.............namun memberikan hikmah yang berbeda dalam kehidupanku........semoga aja bermanfaat, doain ya...!!!

Saudaraku,
Istiqomah adalah tingkatan sempurnanya suatu masalah. Karena dengan sikap istiqomah sesuatu kebaikan akan tercapai, dan siapapun yang tidak istiqomah akan tersesat dan upayanya akan sia-sia belaka.
Allah SWT berfirman,
"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, "Tuhan kami adalah Allah", kemudian mereka istiqomah, maka akan turun kepada mereka Malaikat seraya mengatakan, "Janganlah kalian takut dan jangan bersedih. Bergembiralah dengan surga yang di janjikan atas kalian. Kami adalah wali kalian di dunia dan akhirat. Di sana kalian bisa menikmati apa saja yang kalian inginkan dan di sana kalian mendapatkan apa yang dijanjikan." (QS Fusshilat: 30).

Jadi, tidak ada takut, dan usir rasa sedih, lalu bergembiralah dengan surga dan perwalian Allah Swt kepadamu, di dunia dan akhirat. Rasulullah Saw tahu betapa pentingnya istiqomah, maka ketika ia ditanya oleh Sufyan bin Abdillah Ats Tsaqafi, "Ya Rasulullah, katakan aku tentang Islam, suatu perkataan yang tidak perlu lagi aku bertanya seseorang kecuali kepadamu, "Rasul menjawab, "Katakanlah, aku beriman kepada Allah, lalu istiqomahlah."

Saudaraku,
Jaga keistiqomahan niat dan amal kita di sepuluh hari terakhir Ramadhan ini. Sungguh kita mengalami banyak godaan untuk melemahkan kualitas dan kuantitas ibadah di hari-hari ini, karena memang semakin hari sebenarnya menjadi semakin mahal bagi hidup ini. Mari lihat dan contoh para salafushalih yang terus menerus menghidupkan malam-malam sepuluh hari terakhir dengan mengerjakan shalat. Salah satunya adalah apa yang dikisahkan tentang Sufyan Ats Tsauri ra. "Jika tiba waktu pagi, Ats Tsauri meluruskan kakinya ke tembok dan kepalanya bersandar di bawah, untuk mengalirkan kembali darah dari kakinya akibat terlalu lama melakukan qiyamul lail." (Al Jarh wa Ta'dil, 1/195).

Saudaraku,
Shalatlah, khusyulah dan berusahalah meraih yang paling utama dalam shalat. Bagaimana kondisi shalat kita selama ini? Adakah antara kita yang selalu konsisten mendapat takbiratul ihram dalam shalat-shalat fardhu di masjid? Adakah di antara kita yang sujud dan berlama-lama dalam sujud menghamba kehadhirat Allah Swt? Sungguh ketinggian semangat dan perhatian para salafushalih bahkan hingga dalam sikap-sikap yang sulit dipahami oleh logika hidup kita di zaman ini.
Maka, di sepuluh hari terakhir merupakan kesempatan emas untuk bisa memperbanyak shalat, memperbanyak tilawatul qur'an, dan memperbanyak ibadah lainnya. Dalam suasana seperti ini, kita tengah berada pada situasi jauh dari kesibukan dunia yang biasanya mengganggu kekhusyuan dan ketenangan. Dan di sinilah, mungkin kita akan menemukan dan merasakan kelezatan ibadah sebagaimana yang di rasakan orang-orang shalih. "Ahlul lail, orang-orang yang shalat malam, itu merasakan kenikmatan yang melebihi kenikmatan orang-orang yang lali dalam kelalaiannya. Andai bukan karena kehidupan malam, aku tidak suka tinggal di dunia," demikian ujar Abu Sulaiman.

Saudaraku,
Semoga kita semua menjadi penjunjung istiqomah dalam beribadah kepada Allah Swt.
Ya Allah berilah petunjuk kepada kami, dan jadikanlah kami sebab bagi orang yang mendapatkan petunjuk.
Ya Allah, jadikanlah kami sebagai orang-orang yang istiqomah dalam kebenaran.