Senin, 04 April 2011

KALAU BESOK MATI, apa yang akan kita bawa?


Malam mulai naik, aku masih bergulir di atas sepeda motor xeon...., badan mulai merasakan udara dingin merayap di sekujur tubuh. Macet masih mewarnai hari ku tuk berjuang menuju rumah. Hingga lelah yang telah mengantarku sampai di depan pintu rumah.

Malam mulai naik, berteman dengan secangkir teh manis hangat.....ku berharap bisa mengusir dingin yang sampai saat ini masih kurasakan. Aku mencoba meraih buku yang baru ku beli di Bandung, tepatnya di Masjid Kantor Telkom Jl. Japati Bandung. Adapun buku tersebut berjudul: “Bagaimana Jika Malam Ini MAUT Menjemputmu?”

Aku mencoba menyusuri, menyelami dan mencari makna dari buku tersebut.

Saudaraku,

Betapa banyak orang yang gamang menghadapi hari tua. Takut tak memiliki harta yang cukup saat tubuh tak lagi kuat bekerja. Takut kebutuhan hidup tak terpenuhi saat pendapatan tak lagi ada.

Maka, kasak-kusuk orang mencari solusi mengatasi kegamangan ini. Tak heran bila kemudian begitu banyak yang berminat menjadi pegawai negeri sipil. Alasannya, biar gaji kecil dibandingkan pegawai swasta, tapi pegawai negeri sipil lebih menjamin masa tua.

Para pegawai swasta pun tak mati asa. Mereka ikut asuransi hari tua. Mereka rela pendapatannya dipotong setiap bulan.

Begitu juga mereka yang tak akrab dengan asuransi, memilih untuk mengumpulkan sendiri rupiah demi rupiah di pundi-pundi mereka.

Alangkah piciknya kita jika hanya sibuk mempersiapkan diri sebatas hari tua saja! Padahal, setelah hari tua, ada masa yang jauh lebih penting untuk kita persiapkan bekalnya. Masa setelah kematian menjemput kita.

Masa ini jauh lebih lama ketimbang masa tua kita. Jika tak kupersiapkan dengan matang, maka penderitaan yang sungguh tak tertahankan bakal menanti kita. Sebaliknya, jika persiapkan dengan matang, maka kebahagiaan yang sungguh tak terbayangkan bakal menyambut kita.

Sayangnya, banyak diantara kita yang lebih merasa gamang menghadapi masa tua ketimbang masa ini. Banyak diantara kita yang lalai, seolah-olah masa ini masih lama. Padahal, masa ini bisa terjadi jauh-jauh hari sebelum masa tua tiba. Bahkan ia bisa datang, saat kita berada diusia “emas”.

Jadi,sebelum tiba masa dimana nafas sudah tersekat ditenggorokan, lekas kumpulkan bekal. Mumpung sekarang belum terlambat.

Saudaraku,

Konsistensi dalam perjalanan menuju Allah SWT inilah yang disebut jalan takwa. Orang yang istiqomah di jalan ini adalah mereka yang telah membekali dirinya dengan sebaik-baik bekal. Tidak ada bekal yang lebih baik dan lebih utama dibandingkan dengan bekal takwa. Allah SWT berfirman:

“Berbekallah, dan sesunguhnya sebaik=baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.” (QS Al-Baqara:197).

Boleh saja kita bekerja siang malam untuk menafkahi keluarga, tapi ingat bahwa semua harta yang kita hasilkan, tak sedikitpun yang kita bawa kecuali sebatas kain kafan saja. Harta kita tidak bisa menyelamatkan kita. Istri dan anak-anak kita tidak ada yang akan setia menemani kita sampai liang lahat.

Yang bisa menyelamtkan kita dan menmai kita ketika di liang lahad, ketika di alm barzah, dan ketika di alam akhirat, adalah amal kita sendiri. Jika amal kita baik, insya Allah kita akan menemui Allah SWT dengan wajah berseri-seri dan bahagia. Sebaliknya, jika amal kita buruk, kita akan menemui-Nya dengan wajah muram dan penuh ketakutan.

Saudaraku,

Setiap kali Rasulullah SAW menjelang tidur, beliau lebih dahulu meyakini bahwa tidur adalah saudara kematian. Jika Allah SWT menghendaki, Dia tidak akan mengembalikan ruh itu ke dalam jasad kita.

Maka beliau mengajarkan, menjelang tidur kita hendaknya melakukan berbagai persiapan sebagaimana dilakukan oleh orang yang akn menghadapi kematian. Kita diperintahkan untuk berwudhu. Kemudian melakukan shalat 2 rakaat, pergi ke pembaringan, dan melantunkan doa berikut, “Ya Allah kuserahkan segenap urusanku kepada-Mu. Dan kuhadapkan wajahku kepada-Mu. Dan kuserahkan segala urusanku kepada-Mu. Dan kusandarkan punggungku hanya kepada-Mu. Dengan penuh harapan dan ridha-Mu. Tidak ada tempat kembali, juga tidak ada tempat menemukan keselamatan dari siksa-Mu, kecuali hanya kepada-Mu. Aku beriman kepada kitab yang Engkau turunkan. Dan kepada Rasul-Mu yang telah Engkau utus. Jadikanlah kalimat-kalimat sebagai ucapan terakhir.”

Maka ketika kita terbangun, kita disunahkan mengucapkan doa, “Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami kembali setelah ia mematikan kami dan kepada-Nya kelak kembali.”

Dalam kehidupan sehari-hari, umur kematian dan hari akhirat sejatinya menggugah kesadaran kita tentang sempitnya waktu di dunia. Sehingga dorongan untuk berbuat jahat menjadi lemah. Sedangkan motivasi untuk mencari bekal ke akhirat menjadi lebih kuat.

Saudaraku,

Yuk...kita tebarkan kebaikan untuk bekal kita ke akhirat kelak,

Tingkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT......

Nabi Adam AS hanya makan buah larangan, harus bertobat selama 40 tahun. Bagaimana dengan dosa kita yang menumpuk, sementara amal sholeh kita belum tentu diterima?

Subhanallah..............


1 komentar: