Senin, 30 Mei 2011

HATI MU MASIH SETIA UNTUK KU


Sejengkal malam mulai bergeser meninggalkan cerita hidup dihari ini...........
Aq masih duduk dikursi ruang tamu dengan bidadariku,
tentunya dengan segelas teh hangat dan sepiring kue kesukaanku (memang bidadariku tahu bener apa kesukaan ku).

Disela-sela obrolanku......
aq teringat sebuah sastrawan luar negeri yang namanya tak asing lagi Kahlil Ghibran,
ada penggalan bait syairnya yang membuat ingin kuungkapkan saat berbincang-bincang dengan bidadariku.....
 

Penggalan bait syair itu......
Hidupku dalam keadaan koma, kosong seperti hidup Adam di Surga, ketika aku melihat Selma berdiri di hadapanku seperti berkas cahaya.
Perempuan itu adalah Hawa hatiku yang memenuhinya dengan rahasia dan keajaiban dan membuatku paham akan makna hidup.........

Namun, sekaranglah saatnya kehidupan akan memisahkan kita agar engkau bisa memperoleh keagungan seorang lelaki dan aku kewajiban seorang perempuan?

Untuk inikah maka lembah menelan nyanyian burung bul-bul ke dalam relung-relungnya, dan angin memporakporandakan daun-daun mahkota bunga mawar, dan kaki-kaki menginjak-nginjak piala anggur? Sia-siakah segala malam yang kita lalui bersama dalam cahaya rembulan di bawah pohon melati, tempat dua jiwa kita menyatu?

Apakah kita terbang dengan gagah perkasa menuju bintang-bintang hingga lelap sayap-sayap kita, lalu sekarang kita turun ke dalam jurang? Atau tidurlah cinta ketika ia mendatangi kita, lalu ketika ia terbangun, menjadi marah dan memutuskan untuk menghukum kita?

Ataukah jiwa-jiwa kita mengubah angin malam yang sepoi menjadi angin ribut yang mengoyak-ngoyak kita menjadi berkeping-keping dan meniup kita bagai debu ke dasar lembah?  Kita tak melanggar perintah apapun; kita pun tak mencicipi buah terlarang; lalu apa yang memaksa kita meninggalkan sorga ini?
 

Kita tidak pernah berkomplot atau menggerakkan pemberontakan, lalu mengapa sekarang terjun ke neraka? Tidak, tidak, saat-saat yang menyatukan kita lebih agung daripada abad-abad yang berlalu, dan cahaya yang menerang jiwa-jiwa kita lebih perkasa daripada kegelapan; dan jika sang prahara memisahkan kita di lautan yang buas ini, sang bayu akan menyatukan kita di pantai yang tenang, dan jika hidup ini membantai kita, maut akan menyatukan kita lagi.

Hati nurani seorang wanita tak berubah oleh waktu dan musim; bahkan jika mati abadi, hati itu takkan hilang murca. Hati seorang wanita laksana sebuah padang yang berubah jadi medan pertempuran; sesudah pohon-pohon ditumbangkan dan rerumputan terbakar dan batu-batu karang memerah oleh darah dan bumi ditanami dengan tulang-tulang dan tengkorak-tengkorak, ia akan tenang dan diam seolah tak ada sesuatu pun terjadi karena musim semi dan musim gugur datang pada waktunya dan memulai pekerjaannya…
Sungguh aq bersyukur ada bersamamu.......

Rabu, 11 Mei 2011

Rasulullah SAW Sang Profesional Sejati


Sadar ataupun tidak, ketika memasuki bulan Rabi’ul Awwal ingatan sebagian besar kaum muslimin tertuju kepada peristiwa lahirnya Nabi muhammad Saw. Perselisihan antara boleh tidaknya memperingati maulid seringkali menguras dan menyita waktu dan tenaga kita. Lebih baik perhatian kita arahkan kepada prestasi Nabi Muhammad Saw mengukir profesionalisme dalam kerja, sudahkah kita mencontohnya?

Siapakah yang lebih beriman daripada Rosulullah saw, siapa pula yang lebih sholeh amalnya dibandingkan Beliau, dan siapakah yang lebih profesional daripada Rosulullah Saw? Segudang prestasi yang gemilang berhasil Beliau ukir dalam tempo waktu yang singkat. Beliau berhasil membenahi generasi yang Jahiliyyah menjadi generasi yang berakhlak, generasi yang mati harapan masa depannya menjadi generasi yang hidup dengan sejuta harapan, dialah generasi terbaik (Khairu Ummah)

Di tengah kesibukan Beliau sebagai kepala rumah tangganya yang besar, disela-sela aktifitas Beliau sebagai panglima perang, sebagai pemimpin ummat, Beliau mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik tepat pada waktunya dengan hasil yang memuaskan. Tak pernah terdengar suara keras dari rumah tangga Beliau, isteri-isteri Beliau pun hidup penuh rukun, demikian pula kepiawaian Beliau memimpin pasukan tidak menjadikan Beliau berbuat semena-mena terhadap prajuritnya, dan tak ada satu persoalan ummat pun yang tidak dapat tertangani dengan baik.

Membangun moral dalam efektifitas waktu
Bayangkan jika setiap detik waktu membuahkan hasil, berapa banyak kebaikan yang akan terukir. Begitulah Rasulullah Saw mengajarkan kaum mukminin untuk mengefektifkan setiap waktunya untuk beramal, sebab ia adalah bagian yang akan dimintakan pertanggung jawabannya  kelak di akhirat.

Ini kah yang mengilhami Nabi Zakariya dan Nabi Ibrahim A.S. untuk tetap bersabar menuai harap anugerah keturunan meski di usia tua? Tengoklah bagaimana peran rasulullah Saw sebagai da’i tetap terlihat meski saat ajal menghampiri, dari Malik telah sampai kepadanya bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Telah aku tinggalkan untuk kalian, dua perkara yang kalian tidak akan sesat selama kalian berpegang teguh dengan keduanya; Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya." (H.R. Malik, No: 1395), dan ini pula yang mengukir prestasi seorang kakek lanjut usia untuk meneruskan bercocok tanam meski logika usianya tak menerima tuk memetik buah.

Membangun moral dalam berilmu dan beramal
Singkronisasi antara ilmu dan amal sangat dibutuhkan dalam membangun profesionalisme kerja. Apa arti ilmu yang tak berbuah amal, dan bagaimana jadinya amal yang dilakukan tanpa dasar ilmu? Lagi-lagi Islam sangat menjunjung tinggi kesesuaian antara ilmu dan amal, sebab keduanya adalah bagian yang akan dipertanggung jawabkan kelak di akhirat. Tak aneh bila dahulu Bani israil dilaknat lantaran hanya mau berilmu tanpa mau beramal, sedangkan kaum Nashrani dicap sebagai sesat karena hanya mau beramal tanpa mau berilmu.

Rasulullah Saw telah menanamkan nilai-nilai ini kepada ummatnya. dari Anas berkata: Rasulullah Saw mendengar sebuah suara lalu bertanya: "Apa ini?", orang-orang berkata: "Mereka sedang menyetek pohon kurma", Rasulullah Saw lantas bersabda: "Kalau saja mereka meninggalkan hal tersebutalias tidak menyetek niscaya lebih baik", lalu mereka tidak lagi menyetek hingga menghasilkan kurma yang jelek, Kontan Nabi Saw bertanya: "Nasib apa yang menimpa kalian?", mereka menjawab: "Mereka meninggalkan stek karena mengikuti apa yang Tuan katakan", maka Rasulullah Saw bersabda: "Jika ada sesuatu yang berkaitan dengan urusan dunia,, maka kalian lebih tahu tentangnya, sebaliknya jika berkaitan dengan urusan agama, maka kembalilah kepadaku." (H.R. Ahmad, No: 12086)

Membangun moral dalam efisiensi dana
Saat potret dunia profesionalisme kerja dicoreng oleh ketidak becusan dalam menganggarkan dana kegiatan, ketika penghabisan dana lebih didahulukan daripada penggunaan secara tepatguna, tatkala limpah ruah dana begitu menggoda tuk bercakrawala merekayasa agenda, Islam menanamkan moral untuk mengefisienkan dana, sebab pertanggung jawabannya kelak berbeda dari yang lainnya, yaitu darimana di dapat dan untuk apa digunakan?

Rasulullah Saw telah mempelopori memberi contoh dalam hal ini, dari Anas bin Malik bahwa Nabi Saw mendapati satu biji kurma, maka beliau pun bersabda: "Sekiranya kurma ini bukan dari harta sedekah, niscaya aku akan memakannya." (H.R. Muslim, No: 1781), ketegasan seperti ini pula yang diterapkan kepada  Ibnul Utbiyah seorang petugas penggalang dana shodaqoh dari bani Asad tatkala berkata:"Inibagimu, daninihadiahbagiku." SecaraspontanNabishallallahu 'alaihiwasallamberdiridiatasminbarkemudianbersabda; "adaapadenganseorangamil zakat yang kami utus, laluiadatangdenganmengatakan; iniuntukmudaninihadiahuntukku! Cabalahiaduduksaja di rumahayahnyaataurumahibunya, dancermatilah, apakahiamenerimahadiahataukahtidak? (H.R. Bukhori, No: 6639)

Membangun moral dalam Optimalisasi jabatan dan potensi
Banyak yang menyangka bahwa jabatan sebagai prestise, sehingga banyak yang sibuk memperebutkannya tanpa memikirkan kelayakannya. Banyak yang lebih memikirkan keuntungannya daripada pertanggung jawabannya. Islam hadir memperbaiki persepsi, bahwa jabatan adalah amanah yang harus dipertanggung jawabkan, ia akan berfungsi baik manakala potensi tercurah dengan baik. Maka Rasulullah Saw melarang memberikan jabatan kepada seseorang yang ambisi mendapatkannya, sebagaimana Beliau juga melarang jabatan itu diserahkan kepada yang bukan ahlinya, Beliaubersabda: "Apabilasudahhilangamanahmakatunggulahterjadinyakiamat". Orang itubertanya: "Bagaimanahilangnyaamanatitu?" NabiSawmenjawab: "Jikaurusandiserahkanbukankepadaahlinya, makaakantunggulahterjadinyakiamat". (H.R. Bukhori, No: 57)

(Dikutip dari web dakwahkantor.com, semoga bermanfaat)

Kamis, 05 Mei 2011

BERSYUKURLAH !!!!!!


"Bila kamu bersyukur maka Aku pasti menambahkan (nikmat). Tapi bila kamu mengingkarinya (kufur nikmat), maka azabKu sangat pedih." (Al Qur'an, surat Ibrahim)

Rasululullah saw berpesan bahwa mereka yang mensyukuri sedikit akan mensyukuri yang banyak. "Lihatlah yang dibawahmu, jangan lihat yang di atasmu ('masalah dunia')", sabda Rasulullah.

Kata syukur memang mudah diucapkan tapi sulit dilakukan. Tidak banyak orang yang mau mensyukuri hidupnya --keluarganya, rumahnya, kendaraannya dan lain-lain. Kebanyakan manusia iri hati atau panas jiwanya ketika melihat orang lain lebih kaya, lebih tinggi jabatannya, lebih mewah rumahnya, lebih mentereng mobilnya dan lain-lain. Jarang manusia yang bisa mengerem syahwat dunia ini.

Termasuk mensyukuri kondisi tubuhnya. Para wanita biasanya --lelaki juga tidak sedikit yang demikian-- bila melihat wanita lain yang lebih cantik atau lebih indah tubuhnya dari dirinya, biasanya iri hati atau minder. Mereka suka bergosip tentang hal-hal yang berkaitan dengan tubuh ini.

Tentu hal yang wajar bila wanita ingin tampil cantik, punya tubuh indah dan lain-lain. Mungkin naluri wanita begitu. Karena saya tidak pernah jadi wanita jadi bisa persis merasakannya he he he. Tapi keinginan hal-hal fisik itu seringkali mengalahkan akalnya. Hingga mereka --kadang-kadang laki-laki juga-- melakukan bedah plastik ke muda, payudara, pinggul dan lain-lain. Jadi mereka mengukurkan kepercayaan dirinya pada hal-hal fisik, bukan pada akalnya. Bukan pada pemikiran yang diyakininya.

Faham kapitalis (termasuk femisnisme), memang mengondisikan wanita khawatir berlebihan terhadap fisiknya. Feminisme yang seolah-olah mengangkat derajat perempuan dengan faham emansipasinya, sejujurnya juga telah meletakkan perempuan pada posisi yang sangat rendah. Kaum feminis tidak mengharamkan miss universe, perzinahan dan pameran-pameran tubuh perempuan. Kaum feminis selalu menginginkan kesamaan derajat pada semua bidang dengan laki-laki. Baik dalam bidang politik, budaya, ekonomi, keamanan (ya atau nggak ya) dan lain-lain. Feminis ekstrim karena nafsu 'bencinya yang tinggi kepada laki-laki' bahkan mengharamkan keluarga, membolehkan homoseksual dan kerusakan-kerusakan model hubungan badan laki-laki perempuan lainnya. Maka jangan heran sewaktu UU Pornografi dan Pornoaksi mau disahkan DPR, kaum feminis di Indonesia 'paling lantang' menyerangnya.

Begitulah orang yang menyalahi kodratnya sebagai manusia. Mereka tidak bersyukur menjadi manusia apakah laki-laki atau perempuan. Bila rasa syukur didahulukan, maka perempuan dan laki-laki akan bekerjasama erat bagaimana membangun diri mereka, mulai dari individu, keluarga, masyarakat bahkan negara. Tapi kalau nafsu irihatinya didulukan, maka yang terjadi adalah saling menjatuhkan. Simbiosis parasitisme bukan simbiosis mutualisme. Dan celakanya he he dalam sejarah pertarungan 'genderisme' ini, wanita yang banyak dieksploitasi oleh laki-laki. Meski dalam kehidupan politik atau keluarga kadangkala wanita lebih merajai dari laki-laki di rumahnya (nggak semuanya lho). Beberapa tokoh politik penting di negeri ini, kabarnya begitu. Si istri lebih berkuasa daripada sang suami. Maka ada sinetron Laki-Laki Takut Sama Istri.

Maka sebagai perempuan atau laki-laki, kita mesti bersyukur masih punya mata (yang masih punya), masih punya telinga, punya tangan, kaki dan terutama otak yang sehat. Bayangkan kalau kita buta, bisu atau tuli betapa susahnya hidup kita. Karena itu pesan Rasulullah saw dalam masalah ini, untuk selalu melihat yang lebih bawah dari kita, harus senantiasa kita camkan dan pegang erat-erat dalam jiwa kita , sehingga nafsu berbahaya iri hati ini bisa kita hilangkan. Ketika nafsu ini timbul, selekasnya kita istighfar atau menyebut asma Allah (berdzikir). Karena selain nafsu iri hati suka membisiki telinga kita, syetan juga suka meniup-niup otak kita untuk berbuat kerusakan.

Bila kita mensyukuri kepada Allah SWT, atas nikmat-nikmatnya yang diberikan pada tubuh kita, insya Allah hidup kita akan bahagia. Tenang wajah tidak setampan Richard Gere. Tenang muka tidak secantik Angelina Jolie dan seterusnya.

Cara bersyukur adalah dengan banyak ibadah kepada Allah SWT, dengan banyak shalat, membaca Al Qur'an (dan memahami makna-maknanya), mencari ilmu dan lain-lain. Atau memperbanyak kegiatan-kegiatan muamalat dengan manusia, seperti membantu orang miskin, mengajarkan kelebihan ilmu yang dimiliki, menolong orang lain yang kesusahan dan lain-lain. Bila hidup kita fokus kepada hal-hal ini --ibadah dan amal shaleh--, maka kita tidak khawatir terhadap kondisi tubuh. Mau tinggi, mau pendek, mau gembrot, mau kurus, mau cantik, mau biasa saja dan lain-lain.

Dan manusia, bila kita banyak bergaul dengan mereka, maka kita akan merasakan bila kita bergaul dengan orang yang bagus perilakunya. Enak diajak ngomong, hormat pada lawan bicara dan lain-lain. Ketika kita ngobrol dengan orang, maka kita tidak peduli apakah ia tampan atau jelek, apakah ia cantik atau tidak dan seterusnya. Meski pertamanya mungkin saja orang akan senang dengan ketampanan dan kecantikan, tapi berikutnya orang tidak peduli dengan semua itu. Untuk apa cantik kalau diajak ngomong nggak nyambung misalnya. Untuk apa tampan kalau diajak ngobrol diam saja dan seterusnya (tentu anda akan ngomong yang paling enak ngobrol dengan orang tampan dan gadis cantik yang nyambung diajak ngobrol he he he).

Kalau sudah begini itu namanya takdir. Takdir Richard Gere atau Jolie, tampan atau cantik karena lahir dari orang tua yang tampan dan cantik. Mereka tidak pernah bisa memilih lahir tampan, cantik atau biasa saja. Maka jangan lombakan hal-hal yang berkenaan dengan takdir yang 'tidak bisa diubah'. Kasihan banyak orang lain akan irihati atau minder.

Dan itulah pentingnya iman kepada takdir. Qadha' (keputusan-keputusan dari Allah SWT yang manusia tidak ikut campur dengannya) dan Qadar (khasiyat atau ciri khas masing benda atau tubuh manusia. Seperti api membakar, telinga mendengar bukan melihat, otak untuk berfikir dll) kepada Allah SWT. Rukun iman keenam ini. Kita lahir di Indonesia, dua artis itu lahir di Amerika (?) itu takdir. Kita tidak pernah bisa memilih lahir dimana dan siapa orang tua kita.

Dalam masalah takdir, maka manusia tidak dikenakan pahala dan dosa. Karena ia tidak bisa memilihnya. Dosa dan pahala dikenakan pada kita, pada bidang-bidang yang kita bisa memilihnya. Misalnya hari ini kita mau minum alkohol atau sprite, mau mencuri atau sedekah, mau shalat atau tidur, mau membunuh atau memijat, mau menyanyi atau menggosip (menebar fotnah) dan seterusnya.

"Maka Aku Ilhamkan jalan kekejian (fujur) dan taqwa. Sungguh beruntung orang yang menyucikan dirinya dan sungguh merugi orang yang mengotori dirinya." Wallaahu ghafuurur rahiim.


(Disarikan dari EraMuslim, karya Nuim Hidayat)