Jumat, 24 Juni 2011

MENCINTAI ALA RASULULLAH


Malam mulai meninggi.......
Sementara sebagian umat manusia  sudah terlelap dalam tidurnya, begitupun dengan anaik-anakku.
Mereka usai mengikuti taklim yang dilaksanakan setiap hari kamis malam.
Kulihat pula sang bidadariku juga sudah terlelap, setelah meminta izin untuk tidur terlebih dahulu lantaran kesibukan mengurus rumah tangga yang hari ini begitu menguras energinya.

Malam semakin meninggi.........
Aku masih terduduk di kursi ruang tamu, dihadapanku ada secangkir kopi dan beberapa potong bolu yang sengaja dibuat oleh bidadariku....juga sebuah notebook yang selama ini menemani aktivitasku.
Malam ini aku ingin menyelesaikan tugasku membuat bahan presentasi tentang Remaja Masjid, yang harus aku sampaikan sebelum pemilihan remaja masjid al-Hikmah.

Malam semakin terasa sepi..........
Kulihat jam dinding telah mendekati jam 24.00, namun akhirnya selesai sudah apa yang menjadi tugasku hari ini. Bersamaan dengan itu lantunan Bimbo yang sedari tadi mengiringi jari jemariku menekan tut keyboard notebook, tepat pada lagu Rindu Rasul...........

Rindu kami pada Mu ya Rasul
Rindu Tiada terperih
Berabad jarak dari Mu ya Rasul
Serasa Dikau disini

Cinta ikhlas Mu pada manusia bagai cahaya suarga
Dapatkah kami membalas cinta Mu secara bersahaja

Aku jadi terhentak......bagaimana mencinta yang diajarkan oleh Rasulullah?

Saudaraku,
Setiap pasangan berhak menyatakan cintanya. Ini merupakan cara merawat cinta. Dalam Islam, sikap ini usteru dianjurkan. Di berbagai kesempatan, Rasulullah saw biasa menyatakan cintanya pada sang istri.

Para istri Nabi ibarat bunga-bunga di taman kenabian yang terjaga dan terpelihara dengan sangat baik. Beliau merawat bunga-bunga di tamannya itu dengan kemuliaan akhlak. Inilah bagian dari aplikasi cinta kita pada seorang istri.

Di antara bentuk ekspresi cinta yang lain adalah dengan tidak menyakiti hati pasangan hidup. Baik dengan kata-kata maupun secara fisik. Suatu ketika Rasulullah keluar rumah hingga larut malam. Aisyah tetap berjaga menunggu kepulangan Rasulullah saw. Namun, ia tertidur. Akibatnya, ketika Rasulullah datang dan memberikan salam, Aisyah tak mendengar. Setelah menunggu beberapa saat, Rasulullah menggelar sorbannya dan tidur di depan rumah, ia tak ingin membangunkan istrinya.

Saudaraku,
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengekspresikan cinta. Antara lain:

Sentuhan
Sesekali berikan sentuhan mesra pada pasangan hidup. Ini akan menambah kemesraan dan keharmonisan dalam keluarga. Tentu saja harus memperhatikan waktu dan tempat.

Pujian
Jangan terlalu pelit memberikan pujian pada pasangan. Khususnya ketika jiwa pasangan sedang tidak stabil. Inilah yang dilakukan Khadijah ketika menyambut kedatangan Rasulullah saw yang sedang pulang dari gua Hira dalam keadaan ketakutan. Sebaliknya, hinaan hanya akan menambah beban.

Sisihkan Waktu Berdua
Di waktu-waktu senggang, Rasulullah saw biasa bercanda dengan istrinya. Ketika Aisyah masih belia, Rasulullah saw pernah mengajaknya lomba lari. Tentu saja, saat itu Rasulullah saw yang menang. Beberapa tahun kemudian, Rasulullah saw mengajak Aisyah lomba lari lagi. Kali ini Aisyah yang menang karena saat itu usia Rasulullah saw sudah cukup lanjut.

Panggilan Khusus
Rasulullah saw biasa menyapa Aisyah, istrinay dengan ungkapan “Ya humairah” (wahai yang pipinya kemerah-merahan). Ini menunjukkan bahwa Rasulullah saw ingin menyenangkan hati sang istri. Tentu saja panggilan khusus yang dimaksud adalah julukan baik. Berikan panggilan khusus yang Anda dan pasangan saja yang menggunakannya.

Dengarkan
Biasakanlah mendengarkan kata-kata pasangan. Rasulullah saw tak pernah memotong ucapan istrinya sebelum selesai bicara.

Gunakan Kata-kata Ajaib
Ada kata khusus yang bila diucapkan akan memberikan efek psikologi besar. Di antaranya kata tolong, terima kasih, dan maaf. Biasakanlah untuk mengucapkan kata-kata ini. Jangan sunkan mengucapkan kata terima kasih pada suami yang sudah membantu mengambilkan handuk. Jangan juga ragu mengucapkan kata maaf ketika terlambat menyediakan lap tangan usai makan.

Saudaraku,
Cinta memang bisa diekspresikan dengan beragam cara. Jagan ragu untuk melakukannya. Hal itu tentu sangat berarti bagi pasangan hidup.
Maka.......lakukanlah!!!

“Orang-orang yang penuh kasih sayang akan disayang oleh dzat yang Maha Penyayang. Kasih sayangilah makhluk yang ada dipermukaan bumi, niscaya makhlu yang ada dilangit akan mengasihi kalian. Kasih sayang merupakan bagian dari dzat yang Maha Kasih. Maka, siapa yang menyambungnya, Allah akan menyambungnya dan siapa yang memutusnya, Allah akan memutus darinya.” HR Tirmidzi

Senin, 13 Juni 2011

Hargai Waktu Agar Hidup Lebih Bermanfaat

Sore ini udara terasa panas kurasakan................
Yah, sepertinya  kita harus bisa membawa hati ini agar cepat meyesuaikan diri hingga tak bertolak belakang dengan kondisi disekitar kita, sehingga akan terasa lebih nyaman.

Sore ini aku yang masih berkutat dengan seonggok pekerjaan, coba merenung sejenak tentang hidup ini......
Aku teringat pada suatu peristiwa yang membuatku kini lebih menghargai waktu, ya waktu bagaikan sebilah pedang yang tajam....kita perlu pandai menggunakannya bila tak ingin menebas diri sendiri.

Saudaraku,
Allah SWT menjadikan matahari bersinar, bulan bercahaya, dan ditetapkan-Nya tempat-tempat bagi perjalanan bulan, tiada lain agar kita mengetahui bilagan tahun dan perhitungan waktu. Allah SWT menciptakan yang sedemikian itu bukan tanpa tujuan.

Ada banyak hikmah yang terdapat dibalik tanda-tanda kekuasaan-Nya. Antara lain agar kita menghargai waktu. Caranya adalah dengan memanfaatkan waktu itu sebaik mungkin.

Allah berfirman dalam surat A-Baqarah ayat 148 : “Maka, berlomba-lombalah kamu dalam berbuat kebaikan.” Kata berlomba-lombalah pada ayat di atas mengandung arti agar kita menggunakan waktu seoptimal mungkin. Semakin optimal menggunakan waktu, semakin banyak pula kebaikan yang kita perbuat.

Rasulullah SAW mengajarkan agar setiap Muslim menghargai waktu, utamanya waktu ‘sekarang’, karena waktu yang selalu tersedia bagi kesempatan itu ialah ‘sekarang’. ‘Sekarang’ adalah kesempatan yang terbaik.

“Apabila engkau berada pada petang hari, janganlah mengulur-ulur urusanmu sampai besok, dan apabila engkau berada di pagi hari, jangan menunda urusanmu sampai petang. Ambillah kesempatan waktu sehatmu sebelum datang sakit, dan kesempatan hidupmu sebelum matimu.” (HR Bukhari).

Dari sabda Rasulullah saw di atas, kita dapat memahami bahwa mengulur-ngulur waktu, menunda pekerjaan, dan menyia-nyiakan kesempatan sangatlah bertentangan dengan ajaran Islam. Kebiasaan mengulur waktu dan menunda kerja yang dilarang Rasulullah SAW itu jika diteruskan akan membuat umat Islam tertinggal dan lemah.

Muhammad Iqbal, seorang pujangga Muslim dari Pakistan (yang menjadi inspirasi nama anakku yang kedua “IQBAL”), juga sering mengungkapkan dalam puisi-puisinya agar umat Islam bangkit dan menjauhi sikap bermalas-malasan dan tidak menghargai waktu. Karena barang siapa yang berleha-leha dan bermalas-malasan, maka dia akan ‘tergilas’.

Saudaraku,
Sangatlah besar perhatian Islam terhadap waktu. Hal ini terlihat dari sumpah Allah dalam surah-Nya Al Ashr. Imam Syafii mengatakan bahwa surah ini adalah satu surah yang paling sempurna petunjuknya dan berkata, “Jika manusia mau merenungkan surah ini, sudah cukuplah itu baginya.”

Perhatian besar juga diberikan generasi Khairu Ummah (Generasi terbaik) terhadap waktu, melebihi perhatian mereka pada harta benda dan kekayaan. Semboyan genrasi pertama ini adalah sebagaimana doa mereka: Kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, sehingga mereka berbuat untuk dunianya seolah hidup selamanya dan berbuat untuk akhiratnya seolah esok akan mati.