Jumat, 25 Februari 2011

Belajar Sabar dari Seorang Pepeng

Lebih dari dua tahun, mantan juara lawak mahasiswa tahun 78 ini terjebak dalam tempat tidur dan kursi roda. Sejak Juli 2005, Pepeng Allah uji dengan penyakit langka. Namanya masih asing di telinga orang kebanyakan, multiple sclerosis.

Penyakit ini menyerang susunan saraf pusat yang memunculkan terjadinya proses inflamasi dan demyelinisasi. Akibatnya, terjadi kerusakan saraf motorik, sensorik, dan otonom. Dari situlah, pria kelahiran Sumenep Madura, 23 September 1954 ini mengalami kelumpuhan.

Awalnya, Pepeng dan keluarga tidak tahu jenis penyakit yang menyerangnya. Selama kurang lebih 5 bulan, Pepeng dan keluarga diombang-ambing dengan kebingungan dan ketidakpastian.

Setelah datang ke Prof. Dr. Jusuf Misbach di RSCM, Pepeng diperiksa lebih rinci. Ada pemeriksaan tambahan yang tidak dilakukan dokter-dokter sebelumnya. Seperti, MRI, EMG, pemeriksaan cairan otak, serta pengambilan sumsung tulang belakang. Hasil pemeriksaan dikirim ke Ameriksa Serikat untuk diteliti lebih lanjut.

Pada 5 November 2005, Prof. Misbach melaporkan hasil laboratorium dari AS kepada Pepeng. Dari situlah pria yang pernah menjadi caleg Partai Keadilan Sejahtera untuk daerah pemilihan Sumenep Madura pemilu 2004 ini tahu kalau penyakitnya bernama multiple sclerosis. Hingga saat ini, belum ada obat yang bisa menyembuhkan. Kalau pun ada, hanya memperpanjang jarak kambuh.

Sejak itu, hari-hari panjang dilalui Pepeng penuh keprihatinan. Ia mencoba untuk tetap tegar dan sabar dalam menghadapi cobaan Allah yang tentu menyimpan hikmah di balik beratnya itu.

Dalam suasana hidup yang jauh dari hiruk pikuk kesibukan umumnya, ayah 4 anak ini mencoba memaknai hidup dengan lebih dalam. Ia rangkai garis demi garis peristiwa yang pernah ia alami.

Berikut penuturan Pepeng kepada Eramuslim.
Sebelum saya sakit, saya selalu road show. Aspek yang saya fokuskan adalah dalam rangka jihad i'lami, sharing informasi tapi lebih ke multmedianya. Pada tanggal 29 Mei 2007, resmi berdiri Islamic Broadcasting Forum.

Dari aspek ide, sudah bagus. Mungkin peralatan yang masih perlu peningkatan.

Saya dan isteri sudah janji. Kalau sudah enakan, mau buka lagi seperti di daerah Wanayasa Purwakarta. Melalui desa binaan itu, saya berencana mau dibuatkan radio. Subhanallah, tuh radio efektifnya bukan main dari sisi dakwah.

Banyak sekali hikmah yang ana bisa dapat selama ana sakit. Yang bener-bener sekarang saya paham, bahwa kata adalah fakta. Bukan pembentuk fakta. Kalau kecerdasan interpersonal saya, jadi saya mengoreksi diri saya, mengenali diri saya, mencari kata yang pas untuk diri saya itu salah. Berarti semua respon saya salah. Artinya, bahwa semua akhlak saya tidak sesuai dengan apa yang diajarkan.

Jadi, sekarang saya ngertiii sekali, kenapa Rasulullah menganjurkan kita untuk bicara sesuai dengan bahasa kaum. Wah, ini dalem banget buat saya.

Saya kan sedang mempersiapkan diri untuk menyelesaikan S3. Tapi, belum dapet-dapet. Karena, memang di Indonesia belum ada institusi kuliah jarak jauh, kecuali UT.

Saya merenung, apa sih yang membentuk dunia ini. Setelah saya cari, ya kata. Hatta, Allah dengan firman-Nya yang absolut, mutlak benar, tidak spekulatif, tidak asumtif; itu semua kata.

Itu semua yang akhirnya membuat saya jauuuh lebih dekat kepada keluarga saya.

Saya minta maaf ke isteri saya. Ternyata selama ini, saya nggak pantes menjadi suami. Dari semua buku yang saya baca, Rasulullah belum pernah membuat susah isterinya. Rasulullah selalu menghandle dirinya sendiri.

Belakangan ini, bahkan dalam mengartikan sakit saya, dalam kalimat pun itu sangat penting bagi diri saya. Misalkan kalau saya katakan, ini adalah musibah. Kayaknya, kita terlalu kecil sampai dikasih musibah sama Allah. Wallahu a'lam, apa saya salah.

Tapi menurut apa yang saya pahami, bahwa Allah tidak menghinakan orang sakit. Justru, Allah memberikan previlej untuk orang sakit dengan selalu dekat dengan yang sakit. Dari situ, ketakutan saya jadi hilang.

Waktu luka saya membesar, saya berduaan dengan isteri saya sudah kayak profesor. Apa yang mesti saya lakukan? Kalau toh kita ke dokter, ya aspek ekonomi lah. Yang kedua, mereka akan bolongin lagi. Dan saya sudah ngalamin dibolongi sampai 18 senti.

(Penyakit yang menjangkit di tubuh Pepeng, akhir-akhir ini memunculkan luka di bagian belakang tubuh. Luka itu terus membesar dan mengeras. Karena itu, salah satu pengobatannya adalah dengan mencongkel luka itu.)

Terus saya bilang, apa saya nyerah aja ya. Nah, ini yang salah. Waktu disiapin pisau yang akan nyayat saya, isteri seperti ingin bilang, saya takut.

Ternyata, dialog kami itu salah. Kita tidak saling mendukung. Nggak mungkin saya akan maksa dia. Kedua, kalau fear factor dia masih ada, sedangkan saya sudah hilang, saya harus ngajak dia. "Ya udahlah. Pokoknya kalau ada apa-apa, kamu nggak takut kan. Coba cek, congkel."

Bayangin, Allahu Akbar. Isteri saya ini baja banget. Anak-anak hampir nggak percaya kalau saya diurus oleh isteri yang sopan banget. Semuanya dia urus.

(Selama sakit, Pepeng tidak bisa menggerakkan tubuhnya kecuali bagian pusat ke atas. Karena itu, ia hanya terbaring di tempat tidur. Selama itu pulalah, semua keperluan ditangani isteri beliau. Mulai dari ganti pakaian, selimut, hingga bersih-bersih diri.)

Saya kan nggak bisa ngurus buang air besar dan kecil sendiri. Semua diurusin isteri saya. Subhanallah!

Waktu luka saya dicabut isteri saya, saya lagi tidur. Saya tanya, kenapa saya nggak dibangunin. Dia bilang, nggak. Aku takut nanti kamu panik. Saya bilang, apa iya saya kelihatan panik? Dia bilang, ya nggak lah.

Dulu kalau saya dapat komentar dari isteri saya tentang sakit saya, saya langsung down. Nyungsep. Makanya, saya mohon pada Allah, supaya diberi kecerdasan interpersonal. Ya Allah, kenalkan saya pada diri saya, supaya aku bisa mengenal takdirMu dari sudut pandang yang bagus sekali.

Jadi, dengan berkata-kata dengan Allah, selalu muncul kekuatan pada diri saya.

Jadi, walaupun saya merasakan sesuatu yang nggak enak pada diri saya, saya selalu mengucapkan, terima kasih ya Allah. Karena saya tahu itu semua merupakan proses menuju kesembuhan diri saya.

Saya yakin, dari semua ilmu yang saya pelajari, kalau ada rasa sakit yang berhenti, itu artinya ada perbaikan. Apalagi kalau sakit itu membaik.

Dari semua itu, saya selalu mengeluarkan statemen kepada Allah. Saat itu juga, ruhani saya jadi sehat. Dan kalau ruhani sehat, insya Allah, urusan jasmani jadi terasa kecil.

Jadi, di antara hikmah yang bisa saya petik, kata-kata itu luar biasa. Hati-hati sekali dengan kata-kata.

Bahkan ketika saya ngomong sama anak-anak saya, rangkaian kata-kata itu tidak harus keluar. Semua linguistik yang ada di tubuh kita program perilakunya itu ada dalam kata-kata.

Rasulullah saw. pernah melarang sahabat memarahi orang yang kencing di sebarang tempat. Soalnya, kencing itu bisa dibersihin. Tapi, hati itu sulit dibersihin.

Ketika bicara dengan anak-anak, Rasulullah selalu menyamakan tingginya dengan anak-anak. Jadi, mata dengan mata. Tidak ada superior dan imperior.

Kalau seorang anak yang sampai mendongak ketika berkomunikasi dengan orang tua, sebenarnya secara psikologis komunikasinya itu tidak jalan.

Saya perhatiin, apa yang terjadi di lingkungan kita itu pun karena ketidakbenaran susunan kata-kata.

Kita mesti punya kecerdasan untuk mengapresiasi apa pun yang ada pada diri kita saat ini. Ternyata, memang ada kecerdasan baru dalam dunia psikologi. Yaitu, kecerdasan mengapresiasi apa pun yang ada dalam diri kita.

Kecerdasan inilah yang menjadikan seseorang tidak pernah mengenal putus asa dalam hidup. Dari situ, saya simpulkan bahwa saya tidak sedang sick. Saya hanya pain.

Silakan Allah kasih apa saja buat diri saya. Dan saya akan berusaha untuk selalu bersyukur.

Saudaraku.......

Semoga kisah ini dapat menjadi ibrah bagi kita, agar kita akan semakin ikhlas dan sabar dalam menghadapi cobaan hidup ini.


Sumber : eramuslim.com


Kamis, 24 Februari 2011

Ya Allah, Hapuskan Dosa-dosaku dengan Air Es dan Salju


Allah berfirman, ‘dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).’ (an-Najm: 4)

Among the prophet's handed down invocations - narrated 'A'isha,the prophet used to say -’O Allah! Wash away my sins with the water of snow and hail, and cleanse my heart from all the sins as a white garment is cleansed from the filth ‘ ( Ibn-Maga )And in another text

Di antara doa-doa yang selalu dibaca Nabi saw adalah yang diriwayatkan ‘Aisyah,

اللَّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَايَ بِمَاءِ الثَّلْجِ وَالْبَرَدِ وَنَقِّ قَلْبِي مِنْ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ الْأَبْيَضَ مِنْ الدَّنَسِ

‘Ya Allah, cucilah dosa-dosaku dengan air es dan salju, dan bersihkanlah hatiku dari dosa-dosaku sebagai pakaian yang putih dibersihkan dari kotoran.’ (HR Muslim)

Aisyah juga meriwayatkan bahwa Nabi saw berdoa, ‘Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari adzab neraka Jahannam, dari siksa kubur, dari buruknya ujian kekayaan dan kemiskinan, dan berlindung kepada-Mu dari kejahatan dari huru-hara Dajjal. Ya Allah, bersihkanlah dosa-dosa kudengan air es dan salju, sucikanlah hatiku dari dosa-dosa sebagaimana pakaian putih dibersihkan dari kotoran, dan jauhkanlah dariku dosa-dosa sejauh jarak timur dan barat. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelambanan, kepikunan, dosa, dan hutang.’ (Shahih al-Bukhari, 5900)

Meskipun kita mengulang-ulang doa ini, namun kita tidak mengetahui fakta ilmiah yang terkandung dalam kalimat-kalimatnya. Di antara sekian banyak benda cair, Allah menjadikan air sebagai sumber kehidupan bagi makhluk hidup. Allah berfirman di dalam al-Al-Qur’an, ‘Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup.’ (al-Anbiya’:30).

Air mempunyai kemampuan ajaib saat digunakan untuk membersihkan dan mencuci kotoran. Saya akan berbicara tentang sebagian dari karakteristik air:

Air terdiri dari dua atom hidrogen dan satu atom oksigen terhubung bersama-sama dengan ikatan kovalen polar. Polaritas ini (yang timbul akibat perbedaan elektron antara atom oksigen dan atom hidrogen) menghimpun molekul-molekul air dengan ikatan hidrogen lemah yang memberi air itu karakteristik yang berbeda dan unik, yang tidak dimiliki cairan sejenis dengan struktur yang senyawa, dan hal ini mengakibatkan beberapa perubahan dalam karakteristik-karakteristik fisiknya. Air mendidih pada suhu 100 derajat dan mempunyai tekanan permukaan yang tinggi. Dan juga banyak karakteristik lain, dan di sini bukan tempatnya untuk menyebutkan.Gambar berikut menunjukkan ikatan molekul-molekul air dalam tiga tahapannya (air, es, uap).

Air, yang secara kimiawi dianggap sebagai bahan pelarut umum mempunyai suatu kemampuan yang besar untuk memecahkan banyak zat ion karena molekul polar air menyerang kristal campuran jika ia kualitas ion. Ia mengisolasi kristal-kristal yang tertarik di dalam kisi kristal. Dan sebagai hasilnya adalah daya tarik yang bersifat mutual antara molekul polar air dan ion. Daya tarik antara ion-ion itu terjadi di dalam kristal, dan sebagai hasilnya zat-zat yang terurai itu terpisah dari dari molekul-molekul air. (Seperti yang ditunjukkan gambar berikut)


Doa ini menyamakan dosa dan kesalahan dengan kotoran yang dibersihkan dengan air. Jadi, bagaimana proses pembersihan dengan air itu terjadi?

Ketika noda dan kotoran menempel pada kain, maka berlangsung daya tarik antara kain dan kotoran. Air menembus noda dan membasahi kain. Dan karena adanya kualitas polar dan kapiler pada air, maka air membuat kotoran itu larut dengan cara mengisolasi ion-ionnya satu sama lain, sehingga kekuatan perekat antara ion itu menjadi lemah, terutama jika ia termasuk zat yang larut di dalam air.

Jika noda bersifat lemak yang tidak larut dalam air, maka air terpental dalam bentuk bola-bola yang tidak membasahi permukaan kain karena kekuatan adesif (lekat) antara air dan noda lebih rendah daripada daya lekat molekul-molekul air itu sendiri. Karena itu, kotoran tersebut harus dicuci dengan air dan sabun. Karena pengurai pada sabun itu mengurangi tegangan permukaan air, sehingga sabun itu menyebar ke lemak dan bereaksi dengannya membentuk emulsi lemak, dan meningkatkan daya tarik-menarik antara air dan noda menjadi yang lebih kuat, sehingga kotoran meninggalkan permukaan kain seperti yang dalam gambar berikut.
Tetapi, doa di atas menunjukkan cara lain membersihkan, yaitu dengan air es. Bagaimana bisa air es menjadi alat pembersih?

Kita semua tahu bahwa ketika air itu membeku, maka ia menjadi es pada suhu nol derajat, dan pola hubungan molekul-molekulnya juga berubah sehingga menjadi seperti lingkaran benzene, seperti yang ditunjukkan dalam gambar 4.


Ada sebagian kotoran yang tidak bisa dibersihkan dengan air, atau dengan air dan sabun, karena daya lekat antara kotoran dan pakaian sangat besar, seperti noda lilin pada pakaian.

Ketika sepotong es diletakkan di atasnya, maka suhu dingin itu berfungsi mendekatkan molekul-molekul Artikel ini sehingga daya lekat antara Artikel tersebut dan pakaian menjadi berkurang, dan itu membuatnya terlepas dari pakaian.

Sedangkan salju itu terbentuk pada suhu yang lebih rendah dari nol-derajat. Jika ada kotoran yang membandel, maka air salju dapat mengurai partikel-partikel kotoran tersebut secara lebih kuat daripada es, sehingga kotoran tersebut terpisah dari pakaian dan hilang.

Doa ini menyamakan dosa dengan kotoran yang harus dicuci dengan air. Sedangkan kotoran yang tidak bisa hilang dengan air itu dihilangkan dengan es. Dan yang tidak bisa hilang dengan es itu dihilangkan dengan salju, agar tidak tersisa lagi dosa-dosa seseorang.

Rasulullah saw dalam hadits lain bersabda, ‘Bagaimana pendapat kalian jika di depan pintu salah seorang dari kalian terdapat sungai, lalu ia mandi di dalamnya lima kali setiap hari, apakah masih tersisa kotoran padanya?’ Mereka menjawab, ‘Tidak akan tersisa sedikitpun kotoran padanya.’ Lalu Nabi bersabda, ‘Itulah perumpamaan shalat lima waktu. Allah akan menghapus dosa-dosa denganya.’ (HR Bukhari)
Ini adalah dalil lain bahwa air merupakan sarana pembersih kotoran dan dosa. Mahasuci Allah yang mengajari Nabi yang ummi hakikat ilmiah ini.

Disalin dari : eramuslim.com
Karya : Dr. Mohamad Daudah

Selasa, 22 Februari 2011

UCAPANMU SODAQOHMU


Tak terasa waktu sudah hampir tengah malam, suara merdunya Maher Zain lewat tembangnya “Insya Allah” tengah menemani perbincanganku dengan teman lamaku.

Biasa, saat kita ngobrol pasti nggak lepas dari perbincangan tentang agama....maklum sebagai pejuang dakwah pasti hal seperti itulah yang harus dikedepankan.

Lantas dari obrolan tersebut, aku mencoba mengambil benang merahnya lewat tulisan ini,

Bahwa interaksi antar individu didalam masyarakat selaku makhluk sosial dituangkan dalam komunikasi. Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang dapat dimengerti oleh lawan bicara sehingga yang bersangkutan menerima atau mendapatkan materi dari pembicaraan. Komunikasi yang efisien dipengaruhi oleh bahasa yang digunakan. Pemilihan bahasa yang dapat dimengerti oleh lawan bicara akan efisien karena hal ini tidak akan memerlukan waktu yang lama dalam melakukan pembicaraan.

Singkatnya, berkomunikasilah yang benar agar efektif dan berkomunikasilah dengan benar agar efisien dalam berkomunikasi. Do the right thing and Do the think right!.

Saudaraku,

Semoga, kita sebagai muslim yang selalu menjunjung tinggi nilai-nilai ibadah akan senantiasa melakukan komunikasi yang baik dan dengan baik. Paling tidak, kita berkomunikasi yang baik-baik terlebih dahulu. Bukankah yang baik-baik adalah sesuatu yang dicintai Allah? Untuk selanjutnya, agar sesuatu yang baik itu dapat efektif disampaikan, barulah kita belajar berkomunikasi dengan baik.

Dalam berkomunikasi sehari-hari, secara sadar kita melakukannya. Dituntut dari kejadiannya, komunikasi dapat terjadi secara spontan atau dengan pemikiran terlebih dahulu. Hal ini terjadi karena ada komunikasi yang tiba-tiba terjadi.

Misalnya, ada tetangga yang tiba-tiba bertanya kepada kita yang sedang melewati depan rumahnya. “Pak Bambang mau kemana?” tanya seorang tetangga. “Mau ke kantor Pak? Mari.........” Jawab Pak Bambang kemudian.

Sapaan Pak Bambang tidak salah. Namun coba Anda bandingkan apabila Pak Bambang mengucapkan salam terlebih dahulu. “Assalamu’alaikum.......” Ucapan ini adalah ucapan yang agung karena mengandung doa di dalamnya. Maka, marilah kita muliakan hidup ini dengan selalu menyebut Asma Allah. Begitu indah dan barokahnya apabila bertutur kata dapat selalu ingat kepada Sang Khalik.

Kata-kata yang meluncur lewat mulut yang tidak bersahaja sering kita dengar di kehidupan sehari-hari. Komentar-komentar dan anggapan subjektif yang tidak bertanggung jawab sering pula kita dengar. Celetukan sampai paparan argumen yang panjang sehingga lama dalam pembacaannya akan membutuhkan pertanggungjawaban. Satu kata sampai ribuan hingga jutaan kata yang Anda sampaikan adalah sesuatu yang benar. Namun, dalam penyampaian sesuatu yang benar maka Anda juga harus pula dengan cara yang benar.

Saudarku,

Masih ingatkah pada kata GHIBAH?

Ini juga sangat erat hubungannya dengan lidah dan ucapan kita. Ghibah dalam bahasa gaulnya adalah “Ngomongin Orang”, yaitu membicarakan keburukan atau ‘aib saudarmu ketika tidak ada di sisimu. Allah telah melarangnya dan menyerupakannya dengan sesuatu yang sangat buruk.

Allah SWT berfirman : “Dan janganlah sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kalian memakan daging saudaranya yang sudah mati. Maka tentulah kalian merasa jijik kepadanya.” (QS. Al-Hujarat [49]: 12).

Nabi saw bersabda : “Tahukah kalian apakah ghibah itu? Para sahabat menjawab, “Allah dan RasulNya yang lebih tahu.” Beliau bersabda, “Ghibah adalah engkau menyebutkan tentang saudaramu apa yang dia tidak suka (untuk disebutkan),” seseorang berkata, “Bagaimana jika pada saudaraku memang ada yang aku katakan itu, wahai Rasululloh? Beliau bersabda, “Jika pada saudaramu memang ada yang kau katakan itu maka sungguh engkau telah menghibahnya, dan jika pada saudaramu tidak ada yang engkau katakan itu, maka sungguh engkau telah menuduhnya.” (HR. Muslim dan at-Tirmidzi).

Semoga kita senantiasa dihindari dari hal-hal buruk seperti ini, amin.

Saudaraku,

Bagi yang berada secara materi, sebagai muslim wajib memberikan nizab zakatnya. Bagi yang berilmu, wajib membagi keilmuannya. Bagaimana dengan yang tidak memiliki keduanya? Anda tidak perlu khawatir, saudaraku. Untaian kata sholeh dan penuh manfaat yang senantiasa Anda utarakan merupakan shodaqoh yang berat timbangannya.

Ketulusan Anda dalam menyampaikan sesuatu, keikhlasan Anda dalam menjlaskan ilmu dan semangat Anda dalam mentransfer informasi yang berfaedah merupakan ibadah yang mulia. Beruntunglah Anda yang menjadi motivator positif. Mulialah Anda yang telah menjadi Ustadz yang sholeh.

Investasi shodaqoh kata dapat kita bina dari usia dini. Dengan membiasakan berkata baik kepada anak-anak kita, merupakan salah satu membekali generasi penerus dengan kegiatan ibadah. Setiap gerak kehidupan dari manusia adalah ibadah. Islampun mengajarkan semuany untuk menuju kebaikan. Kebaikan ibadah tidak hanya kita tuai di dunia, namun akan abadi di akhirat kelak.

Saudaraku,

Dari shodaqoh kata yang kita berikan mulai dari usia dini, akan membiasakan anak-anak kita kepada hal-hal yang baik pula. Insya Allah,, dengan shodaqoh kata, akan menciptakan generasi Islam yang bertaqwa. Tak pelak lagi, kehidupan bernegara dan berbangsa akan menjadi sebuah kehidupan yang di cita-citakan oleh seluruh ummat di dunia. Subhanallah......, begitu besarnya dampak dari kata yang kita ucapkan.