Yah,
sepertinya kita harus bisa membawa hati
ini agar cepat meyesuaikan diri hingga tak bertolak belakang dengan kondisi
disekitar kita, sehingga akan terasa lebih nyaman.
Sore
ini aku yang masih berkutat dengan seonggok pekerjaan, coba merenung sejenak
tentang hidup ini......
Aku
teringat pada suatu peristiwa yang membuatku kini lebih menghargai waktu, ya
waktu bagaikan sebilah pedang yang tajam....kita perlu pandai menggunakannya
bila tak ingin menebas diri sendiri.
Saudaraku,
Allah
SWT menjadikan matahari bersinar, bulan bercahaya, dan ditetapkan-Nya
tempat-tempat bagi perjalanan bulan, tiada lain agar kita mengetahui bilagan
tahun dan perhitungan waktu. Allah SWT menciptakan yang sedemikian itu bukan
tanpa tujuan.
Ada
banyak hikmah yang terdapat dibalik tanda-tanda kekuasaan-Nya. Antara lain agar
kita menghargai waktu. Caranya adalah dengan memanfaatkan waktu itu sebaik
mungkin.
Allah
berfirman dalam surat A-Baqarah ayat 148 : “Maka, berlomba-lombalah kamu dalam
berbuat kebaikan.” Kata berlomba-lombalah pada ayat di atas mengandung arti
agar kita menggunakan waktu seoptimal mungkin. Semakin optimal menggunakan
waktu, semakin banyak pula kebaikan yang kita perbuat.
Rasulullah
SAW mengajarkan agar setiap Muslim menghargai waktu, utamanya waktu ‘sekarang’,
karena waktu yang selalu tersedia bagi kesempatan itu ialah ‘sekarang’.
‘Sekarang’ adalah kesempatan yang terbaik.
“Apabila
engkau berada pada petang hari, janganlah mengulur-ulur urusanmu sampai besok,
dan apabila engkau berada di pagi hari, jangan menunda urusanmu sampai petang.
Ambillah kesempatan waktu sehatmu sebelum datang sakit, dan kesempatan hidupmu
sebelum matimu.” (HR Bukhari).
Dari
sabda Rasulullah saw di atas, kita dapat memahami bahwa mengulur-ngulur waktu,
menunda pekerjaan, dan menyia-nyiakan kesempatan sangatlah bertentangan dengan
ajaran Islam. Kebiasaan mengulur waktu dan menunda kerja yang dilarang
Rasulullah SAW itu jika diteruskan akan membuat umat Islam tertinggal dan
lemah.
Muhammad
Iqbal, seorang pujangga Muslim dari Pakistan (yang menjadi inspirasi nama
anakku yang kedua “IQBAL”), juga sering mengungkapkan dalam puisi-puisinya agar
umat Islam bangkit dan menjauhi sikap bermalas-malasan dan tidak menghargai
waktu. Karena barang siapa yang berleha-leha dan bermalas-malasan, maka dia
akan ‘tergilas’.
Saudaraku,
Sangatlah
besar perhatian Islam terhadap waktu. Hal ini terlihat dari sumpah Allah dalam
surah-Nya Al Ashr. Imam Syafii mengatakan bahwa surah ini adalah satu surah
yang paling sempurna petunjuknya dan berkata, “Jika manusia mau merenungkan surah ini, sudah cukuplah itu baginya.”
Perhatian
besar juga diberikan generasi Khairu Ummah (Generasi terbaik) terhadap waktu,
melebihi perhatian mereka pada harta benda dan kekayaan. Semboyan genrasi
pertama ini adalah sebagaimana doa mereka: Kebaikan
di dunia dan kebaikan di akhirat, sehingga mereka berbuat untuk dunianya
seolah hidup selamanya dan berbuat untuk akhiratnya seolah esok akan mati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar