Senin, 13 Juni 2011

Hargai Waktu Agar Hidup Lebih Bermanfaat

Sore ini udara terasa panas kurasakan................
Yah, sepertinya  kita harus bisa membawa hati ini agar cepat meyesuaikan diri hingga tak bertolak belakang dengan kondisi disekitar kita, sehingga akan terasa lebih nyaman.

Sore ini aku yang masih berkutat dengan seonggok pekerjaan, coba merenung sejenak tentang hidup ini......
Aku teringat pada suatu peristiwa yang membuatku kini lebih menghargai waktu, ya waktu bagaikan sebilah pedang yang tajam....kita perlu pandai menggunakannya bila tak ingin menebas diri sendiri.

Saudaraku,
Allah SWT menjadikan matahari bersinar, bulan bercahaya, dan ditetapkan-Nya tempat-tempat bagi perjalanan bulan, tiada lain agar kita mengetahui bilagan tahun dan perhitungan waktu. Allah SWT menciptakan yang sedemikian itu bukan tanpa tujuan.

Ada banyak hikmah yang terdapat dibalik tanda-tanda kekuasaan-Nya. Antara lain agar kita menghargai waktu. Caranya adalah dengan memanfaatkan waktu itu sebaik mungkin.

Allah berfirman dalam surat A-Baqarah ayat 148 : “Maka, berlomba-lombalah kamu dalam berbuat kebaikan.” Kata berlomba-lombalah pada ayat di atas mengandung arti agar kita menggunakan waktu seoptimal mungkin. Semakin optimal menggunakan waktu, semakin banyak pula kebaikan yang kita perbuat.

Rasulullah SAW mengajarkan agar setiap Muslim menghargai waktu, utamanya waktu ‘sekarang’, karena waktu yang selalu tersedia bagi kesempatan itu ialah ‘sekarang’. ‘Sekarang’ adalah kesempatan yang terbaik.

“Apabila engkau berada pada petang hari, janganlah mengulur-ulur urusanmu sampai besok, dan apabila engkau berada di pagi hari, jangan menunda urusanmu sampai petang. Ambillah kesempatan waktu sehatmu sebelum datang sakit, dan kesempatan hidupmu sebelum matimu.” (HR Bukhari).

Dari sabda Rasulullah saw di atas, kita dapat memahami bahwa mengulur-ngulur waktu, menunda pekerjaan, dan menyia-nyiakan kesempatan sangatlah bertentangan dengan ajaran Islam. Kebiasaan mengulur waktu dan menunda kerja yang dilarang Rasulullah SAW itu jika diteruskan akan membuat umat Islam tertinggal dan lemah.

Muhammad Iqbal, seorang pujangga Muslim dari Pakistan (yang menjadi inspirasi nama anakku yang kedua “IQBAL”), juga sering mengungkapkan dalam puisi-puisinya agar umat Islam bangkit dan menjauhi sikap bermalas-malasan dan tidak menghargai waktu. Karena barang siapa yang berleha-leha dan bermalas-malasan, maka dia akan ‘tergilas’.

Saudaraku,
Sangatlah besar perhatian Islam terhadap waktu. Hal ini terlihat dari sumpah Allah dalam surah-Nya Al Ashr. Imam Syafii mengatakan bahwa surah ini adalah satu surah yang paling sempurna petunjuknya dan berkata, “Jika manusia mau merenungkan surah ini, sudah cukuplah itu baginya.”

Perhatian besar juga diberikan generasi Khairu Ummah (Generasi terbaik) terhadap waktu, melebihi perhatian mereka pada harta benda dan kekayaan. Semboyan genrasi pertama ini adalah sebagaimana doa mereka: Kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, sehingga mereka berbuat untuk dunianya seolah hidup selamanya dan berbuat untuk akhiratnya seolah esok akan mati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar