Kamis, 31 Desember 2009

Selamat Jalan GUS DUR 1940 - 2009


Jenazah Gus Dur telah tiba di Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur. Saat ini jenazah presiden RI keempat ini sedang disalatkan di Masjid Ulil Albab.

Suasana histeris nampak saat jenazah Gus Dur memasuki masjid. Warga berebut menyentuh peti jenazah dan karangan bunga Gus Dur. Air mata meleleh di pipi para jamaah.

Semua jamaah masjid, baik di lantai I maupun II berdiri menyambut jenazah Gus Dur.

Bertindak sebagai imam salat jenazah adalah KH Ali Maschan Musa. Ketua Pengurus Wilayah Nahdatul Ulama Jawa Timur.

"'Ini kita lakukan untuk memanjatkan doa agar Gus Dur diterima Allah SWT sesuai amal ibadahnya," kata KH Ali Maschan Musa, dalam Bahasa Jawa, kepada para jamaah.

Proses pemakaman Abdurrahman Wahid atau Gus Dur purna. Usai upacara pemakaman, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan sambutannya.

"Kita telah kehilangan seorang guru dan Bapak Bangsa. Dan, seorang negarawan terhormat," kata SBY dalam sambutannya di depan makam Gus Dur di Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, Kamis 3 Desember 2009.

Gus Sholah bertemu Gus Dur terakhir kali di Jombang pekan lalu, ketika Gus Dur sedang berziarah ke makam keluarga. Saat itu Gus Sholah mengaku sudah memiliki firasat tidak enak akan kehilangan kakak kandungnya itu untuk selamanya.
Rencananya, mantan Presiden RI keempat itu akan dimakamkan tepat di sebelah timur, KH Hasyim Ashari, pendiri NU. Hj Farida, istri Gus Sholah mengatakan Gus Dur sempat mengatakan di sela-sela berkunjung ke Jombang, 24 Desember, pernah mengatakan kalau dia akan datang lagi ke Jombang khususnya ke Tebu Ireng pada 31 Desember.

Karena itu, Gus Dur berharap semua keluarga mau menjemputnya. Namun, kata-kata Gus Dur itu ditanggapi biasa saja, oleh Hj Farida karena Gus Dur orangnya suka humor.

Pengamanan pemakaman KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) akan dilakukan dengan empat lapis. “Biar aman dan lancar,” kata Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI Soewarno saat meninjau lokasi pemakaman Gus Dur, Kamis 31 Desember 2009 dini hari tadi.

Lapis pertama adalah di sekitar lokasi pemakaman, lapis kedua adalah di dalam kompleks Pesantren Tebu Ireng, Jombang. Sementara lapis ketiga adalah pengamanan di lokasi di seputar Ponpes Tebu Ireng. Sedangkan lapis keempat areal di luar ponpes. “Ya agar proses pemakaman aman dan lancar,” kata Pangdam.

Sejumlah sekolah di Surabaya, Kamis 31 Desember 2009, menggelar salat ghaib untuk mendoakan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Mereka di antaranya SD Muhammadiyah 4 serta Yayasan Taman Pendidikan dan Sosial Nahdlatul Ulama (YTPSNU) Khadijah.

Salat di musala SD Muhammadiyah 4 dimulai pukul 08.00 dan diikuti 240 siswa kelas 6.

Kepala SDM 4 Pucang, Sholihin Fanani mengatakan, salat ghaib bagi murid-muridnya memang sudah bukan hal yang aneh. Dia memang selalu memberi pembelajaran pada siswa-siswanya untuk selalu mewujudkan rasa simpatinya terhadap meninggalnya seseorang dalam bentuk doa. ”Apalagi dengan meninggalnya Gus Dur ini, mereka pun dengan sangat bersemangat mendoakan beliau,” ujarnya.

Itulah sepenggal berita seputar wafatnya GUS DUR.

Bila kadang kita menjumpai cahaya dipadankan dengan keabadian, tampaknya semua itu tak berlebihan. Kadang, cahaya juga erat dirangkai dengan pengertian, karena ia membuat mata bisa melihat, menerangi hati, mengungkap yang gelap.

Selamat jalan KH. Abdurrahman Wahid, selamat jalan.......guru bangsa
semoga amal ibadah dan jasa-jasa beliau pada bangsa dan negara diterima oleh Allah SWT dan dicatat sebagai amal shaleh. Amin.

Selasa, 22 Desember 2009

Refleksi Hari Ibu; Ibuku Matahariku

<
Hampir seluruh masyarakat Indonesia mengetahui bahwa setiap tanggal 22 Desember disebutnya sebagai hari ibu. Setiap tanggal itu pula aku selalu teringat 3 (tiga) wanita yang senantiasa menopang dalam kehidupanku. Yang pertama ibu kandungku tercinta yang saat ini berada dikampung halaman, yang kedua ibu mertuaku yang saat ini tengah terbaring ditempat tidur karena sakit yang dideritanya, dan yang ketiga adalah istriku yang sering kusebut sebagai bidadariku yang dengan setianya menemaniku menakhodai perahu rumahtangga dalam mengarungi samudera kehidupan yang terkadang hempasan ombaknya terasa berat dan terkadang samudera itu membuat perahu kita menjadi tenang dalam berlayar. Namun Islam mengajarkan kepada kita bahwa penghormatan kepada seorang ibu adalah sepanjang jalan kehidupan kita dan bahkan melebihi seorang bapak.

Dari Abi Hurairah radhiallahu ‘anhu katanya; telah datang seorang laki-laki kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata: “Wahai Rasulullah siapakah yang lebih berhak untuk aku berbakti? Rasulullah menjawab; Ibumu. Siapa lagi? Ibumu. Siapa lagi? Ibumu. Kemudian siapa lagi? Bapakmu.” (HR. Al Bukhari).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah Subhanahu waa Ta’ala menetapkan bagi ibumu (tiga kali). Sesungguhnya Allah juga menetapkan bagi bapakmu (satu kali). Sesungguhnya Allah Subhanahu waa Ta’ala menetapkan yang lebih dekat dan yang paling dekat.” (HR. Ibnu Majah dan di shahihkan oleh Al Albani).

Kedua dalil tersebut memberi petunjuk kepada kita betapa agungnya hak seorang ibu. Seharusnya ia terima kebaikan itu dari berbaktinya anak kepadanya. Hubungan silaturrahim, pengabdian dan kepatuhan terhadap perintahnya adalah merupakan bagian dari mengabdi kepadanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengkhususkan tiga banding satu untuk ibu. Bapak-bapak diberikan satu sebagai imbalan dari apa yang diberikannya berupa nafkah.


Ibnu Bathal berpendapat: “Bagian ibu melebihi tiga kali dari bapak disebabkan tiga hal; suka duka ketika hamil, pertarungan antara hidup dan mati saat melahirkan dan suka duka waktu menyusui”.

Ibu. Kata yang begitu sejuk dilantunkan. Terasa indah didengarkan, dan begitu menggugah jika diselami maknanya. Dan ”Ibuku”, tulis Kahlil Gibran, menjadi sebutan paling indah dalam hidup; kata yang penuh semerbak cinta dan impian, manis dan syahdu, yang memancar dari kedalaman jiwa.

Ibu merupakan perwujudan dari sikap ketulusan, simbol keikhlasan. Ibu selalu memberi dan tidak pernah berharap menerima. Dia tidak hanya melahirkan anak-anak manusia penerus bangsa, akan tetapi juga membesarkan putra-putri mereka untuk menjadi permata dikehidupannya. Ketulusan ibu tak terhingga. Tak ada batasnya. Luasnya samudera, tingginya gunung, dan buih-buih awan di langit jika dikumpulkan, masih tidak mampu menandingi keluasan hati seorang ibu kepada anak-anaknya. Demi para buah hatinya, seorang ibu akan rela dan tak peduli hujan badai atau petir menggelegar. Ia tetap membawa anak-anaknya untuk menatap matahari, menjangkau semesta alam, untuk berbuat kebajikan.

Bakti seorang Muslim terhadap ibunya merupakan bagian dari rasa terima kasih atas pengorbanannya, bahkan semestinya seorang anak selalu mengingat pengorbanan ibunya dan membalas pengorbanan itu dengan berbakti kepadanya.

Bukankah kita semua mengetahui, bahwa pengorbanan seorang ibu tersebut dimulai sejak mengandung, melahirkan dan membesarkan anak sarat limpahan kasih sayang dan pendidikan.
Begitu pula halnya terhadap seorang istri biasa aku menyebutnya "Sang Bidadari", kita para suamipun wajib menjaganya, membimbingnya agar senantiasa kaffah dalam ber Islam.



Marilah kita mulai memberikan perhatian lebih kepada ibu kita, jangan sampai ada rasa penyesalan dalam perjalanan hidup kita, hanya lantaran kita tidak peduli kepada ibu yang telah membesarkan kita.

Senin, 21 Desember 2009

QIYAMUL LAIL : Madrasah Kaum Muslimin


Sungguh aneh memang dalam kehidupan ini, bagaimana tidak. Seorang yang menyandang predikat aktivis islam, tapi tidak pernah mengerjakan qiyamul lail. Lalu, bagaimana hal ini bisa terjadi?

Qiyamul lail merupakan pertemuan agung antara manusia dan Sang Kekasih, Allah Taala. Ia sangat dirindukan oleh para pecinta Tuhan. Dengan shalat malam, insan-insan bertaqwa merasa bahagia. Mereka merasakan kenikmatan yang tiada tara setelah mengetahui hakekat dunia ini, lalu mengisinya dengan amal saleh. Dan pada malam hari, hendaklah bertahajud sebagai ibadah keutamaan bagimu (QS Al-Isra’:79).

Shalat malam adalah tradisi indah mereka yang telah mengetahui hakikat akhirat. Pandangan mereka mampu menembus panorama surga yang amat memesona. Mereka juga mampu menyaksikan penderitaan tak terhingga para penghuni neraka. Karena itu, mereka menitikkan air mata dalam kegelapan malam antara harapan surga dan ketakutan terhadap neraka.

Qiyamul lail itu kebutuhan utama setiap orang Muslim. Apalagi bagi hamba yang senantiasa memegang amanah agama yang berat; dakwah, amar ma’ruf nahi munkar, jihad dan menyuarakan kebenaran. Sebagai firman Allah ta’ala dalam Al-Qur’an,

“Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk shalat) di malam hari, kecuali sedikit (darinya). (Yaitu) seperduanya atau kurangi dari seperdua itu sedikit. Atau lebih dari seperdua. Dan bacalah Al-Qur’an dengan perlahan-lahan.” (Al-Muzzammil: 1-4).

Lalu, kenapa ada perintah seperti itu?
Pertanyaan ini kemudian dijawab Al-Qur’an,

Sesungguhnya Kami akan menurunkan perkataan yang berat kepadamu. Sesungguhnya bangun pada waktu malam adalah lebih kuat (mengisi jiwa) dan (bacaan pada malam itu) lebih berkesan.” (Al-Muzzammil: 5-6)

Kami (Allah) akan berikan kepadamu amanah yang sulit, beban berat, dan perintah-perintah yang membutuhkan tekad kuat dan semangat tinggi. Itulah amanah yang ditolak langit dan bumi, sebab merasa tidak mampu mengembannya, lalu dibebankan dipundak manusia. Siapa sih yang mampu mengerjakan tugas-tugas dakwah, tarbiyah, amar ma’ruf nahi munkar, dan jihad, tanpa bekal yang bisa ia gunakan dalam perjalanannya menuju Allah ta’ata? Tanpa bekal, perjalanannya terhenti di separoh perjalanan dan ia mati di tempat-tempat berbahaya, sebelum tiba ditempat tujuan.

Madrasah qiyamul lail merupakan madrasah paling agung, tempat orang Muslim mentarbiyah dirinya, berkenalan dengan Tuhannya, memahami seluruh makna nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya. Qiyamul lail adalah madrasah untuk belajar khusyuk, tunduk, merendahkan diri dan bertaubat kepada Allah ta’ala. Karena itu, qiyamul lail masuk dalam seluruh syariat, tanpa pengecualian.

Saudaraku, ketahuilah.......
Bahwa ketundukkan Anda pada malam hari adalah kunci kebesaran Anda di siang hari, sujud Anda pada malam hari adalah jalan kemuliaan Anda pada siang hari, senjata kemenangan Anda atas musuh-musuh Anda, rahasia kesuksesan Anda di dakwah, amar ma’ruf nahi munkar, dan jihad Anda.

Saudaraku, mari kita hayati sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,

”Penyejuk mataku diletakkan di shalat.” (Diriwayatkan An-Nasai, Ahmad, dan Al-Hakim).

Seorang generasi salat berkata, ”Aku senang jika malam datang. Sebab, hidupku terasa nikmat dengannya dan mataku terhibur dengannya, sebab dapat bermunajat kepadsa Dzat, yang aku sangat suka mengabdi dan tunduk di depan-Nya.”

Abu Hurairah radhiyallahu anhu membagi malamnya menjadi tiga bagian; untuk dirinya, untuk istrinya, dan putrinya. Hingga ketiganya bisa mengerjakan qiyamul lail.

Semoga kita semua dapat menjadikan qiyamul lail sebagai media pendidikan untuk meningkatkan ketaqwaan kita pada Allah ta'ala.

Rabu, 16 Desember 2009

DZIKRUL MAUT : Muhassabah Akhir Tahun 1430H



Saudaraku,
Mati, sesungguhnya merupakan masalah yang amat besar. Seseorang, sebenarnya tak dapat lalai dari kematian kecuali lantaran sedikitnya mereka memikirkan dan mengingat masalah kematian yang besar itu sendiri. Atau, mungkin mereka mengingat kematian dalam kondisi hati yang lalai, sehingga tak bisa menarik ‘ibrah bahkan tak menimbulkan rasa takut dalam jiwa dari sikap tersebut. Abu Hurairah ra meriwayatkan sabda Rasulullah SAW: “Perbanyaklah mengingat yang menghancurkan kelezatan, yaitu mati.” (HR. Turmudzi, Nasa’I dan Ibnu Majah)

Adalah Ibnu Umar ra, bila mengingat mati, tubuhnya bergetar seperti bergetarnya burung. Beliau sering mengumpulkan para fuqaha di malam hari, dimana mereka saling mengingat-ingat mati dan hari kiamat sampai mereka menangis. Seolah-olah dihadapan mereka ada jenazah.
Diriwayatkan pula tentang Umar bin Abdul Azis, yang tubuhnya bergetar sambil menangis. Ketika ditanya keluarganya tentang sebab tangisan itu, Umar bin Abdul Azis menjawab: “Aku mengingat jika saatnya manusia selesai dihisab dihadapan Allah, sebagian mereka ada yang ke surga dan sebagian lain ada yang ke neraka.”

Saudaraku,
Hasan al-Bashri berkata: “Yang akan mencemarkan kematian adalah dunia, ia tidak meninggalkan kebahagiaan bagi orang yang tinggal didalamnya. Hati manusia takkan mengingat kematian kecuali bila dunia menjadi kecil di hadapannya, dan menjadi hina baginya semua yang ada di dalam dunia.”

Hamid al_Qaishari berkata: “Setiap kita telah yakin dengan mati, namun kita tak melihat seseorang yang bersiap diri menghadapinya. Setiap kita telah meyakini surge, namun kita tak mendapati orang yang bekerja untuk memperolehnya. Setiap kita telah meyakini adanya neraka, namun kita tak melihat orang yang takut akan siksaannya. Apa yang menjadikan kalian bahagia? Dan apa yang kalian nanti? Mati. Ia adalah ketentuan allah yang pertama tentang kabaikan atau keburukan!”

Syamith bin ‘Ajlan berkata: “Barangsiapa yang selalu mengingat mati, ia takkan peduli dengan kesempitan atau keluasan dunia “


Ibnu Umar ra berkata: “Bila datang waktu sore, maka jangan kau nantikan waktu pagi. Dan bila datang waktu pagi, jangan kau nantikan waktu sore. Gunakanlah saat sehatmu untuk sakitmu dan saat hidupmu untuk saat matimu.“
Saudaraku,
Sesungguhnya, kematian itu lebih dahsyat dan lebih sakit dari pada pukulan pedang. Seseorang yang dipukul oleh pedang akan berusaha untuk berteriak agar dapat mengkondisikan serta mempertahankan kekuatannya. Adapun kematian, maka seseorang tak lagi dapat berteriak, lantaran telah putus suaranya oleh kepedihan dan rasa sakit yang luar biasa. Rasa sakitnya yang sudah melampaui batas telah mematikan hati serta seluruh anggota tubuhnya, sampai seseorang taklagi memiliki kekuatan untuk berteriak kesakitan. Ia bahkan lebih menginginkan tidak berteriak, mengaduk dan meminta tolong. Ketika itu, ruhnya ditarik dari seluruh pori-pori badannya, semua anggota tubuhnya mati secara bertahap. Kedua telapak kakinya dahulu yang menjadi dingin…………lalu menjalar kepada kedua betisnya…………..lalu dua pahanya………dan terus merambat sampai ke tenggorokannya, saat itulah pandangannya terputus dari dunia dan isinya, dan ditutuplah pintu taubat untuknya.

Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah menerima taubat dari seorang hamba sebelum ruhnya sampai ketenggorokan.” (HR. Turmudzi, Ibnu Majah, Ahmad).

Dalam haditsnya yang lain Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya seorang muslim mu’min bila datang saat kematiannya, ia akan diberi kabar gembira dengan ridha Allah dan karamah-Nya, tak ada sesuatupun yang yang lebih dicintai dari apa yang ada di hadapannya. Adapun bila orang itu masuk neraka, Allah akan menutup orang tersebut dengan keburukan, dan Allah memberikan kabar gembira kepadanya pada saat tersebut.” (HR. Bukhari Muslim).

Saudaraku,
Dalam semua keadaan Rasulullah SAW adalah figure yang paling baik. Tak ada satupun makhluk yang paling dicintai Allah kecuali Rasulullah SAW, akan tetapi Allah tidak mengakhirkan sedikit pun ketika tiba saat ajalnya. Dia saat menjelang wafatnya, Rasulullah mengalami penderitaan yang cukup berat. Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Shahih nya, dari hadits Aisyah ra berkata: “Adalah dihadapan Rasulullah menjelang wafatnya sebuah wadah atau tempat air. Rasul mencelupkan tangannya ke dalam wadah air tersebut membasuk mukanya dengan air, sambil berkata: “Laa ilaaha illaLlah, sesungguhnya maut itu memiliki ada saat-saat sekarat.” (HR. Bukhari, Ahmad dan al-Baghawi).

Dalam riwayat lain, dikatakan dari Anas ra berkata: “Tatkala Rasulullah merasakan penderitaan menjelang wafatnya, Rasulullah memejamkan matanya oleh rasa sakit. Saat itu Fathimah ra berkata kepadanya: “Demikian sulitkah wahai ayah?” Lalu Rasul bersabda: “Tak aka nada kesulitan lagi bagi ayahmu setelah saat ini.” (HR. Bukhari).
Saat Rasulullah SAW wafat dan badannya masih bersandar di badan Aisyah ra dalam sebuah selimut lusuh, kain sarung kasar. Fatimah ra berdiri dan berkata:

“Wahai ayah
Ia telah memenuhi panggilan Rabbnya.
Wahai ayah
Surga firdauslah tempat kembalinya
Wahai ayah
Jibril datang memberitakan kematian
Wahai ayah
Betapa kedekatannya kepada Rabbnya.”


Saudaraku,
Mari merenung di detik ini. Berbicara pada diri sendiri. Apakah amal-amal kita selama setahun itu diterima Allah SWT? Khawatirkah kita bila ternyata amal-amal kita selama ini tidak diterima?
Ibnu Mas’ud ra kerap bertanya kepada saudara-saudaranya: “Siapa di antara kita yang amal-amalnya diterima Allah SWT, kami akan beri selamat kepadanya. Siapa di antara kita yang amal-amalnya ditolak oleh Allah SWT, kami turut berduka cita kepadanya.”

Mari pejamkan mata. Tundukkanlah hati dan bathin. Tenggelamkan semua perasaan kita di hadapan kemuliaan dan kuasa Allah yang tak ada batasnya. Bicaralah pada diri sendiri saudaraku. Apa yang sudah kita lakukan dalam hari-hari kemarin?

Saudaraku,
Lalu, bagaimana bila maut menjemput kita?
Apa yang telah kita persiapkan,
Sementara kemaksiatan masih menggelayut ditubuh kita,
Sementara kamunafikan masih setia menemani kita,
Dan perbuatan zhalim masih senang kita lakukan.
Mampukah kita menyambut sakratul maut?
Sementara Rasulullah SAW yang dijanjikan oleh Allah SWT masuk sorga, saat sakratul maut pun merasakan kedahsyatan sakitnya,
Dan dalam sabdanya Rasulullah menjelaskan : “ Sakitnya sakratul maut itu kira-kira tiga ratus sakitnya pukulan pedang.” (HR. Ibnu Abid Dunya).
Bagaimana dengan diri ini?
Ketika merasakan saat sakratul maut, padahal kita tidak dapat menjanjikan sebagai penghuni sorganya Allah.

Apakah melihat kenyataan seperti itu,
Kaki-kaki kita masih berat melangkah ke tempat majelis ilmu?
Tangan-tangan kita masih berat untuk memberikan sedekah?
Otak kita masih enggan memikirkan kemajuan dakwah kedepan?
Diri ini masih enggan membantu yang kesusahan?

Mari……….Saudaraku,
Kita tutup lembaran tahun 1430H dengan pandai-pandai mengambil himah,
Dan kita isi lembaran baru di tahun 1431H dengan sesuatu yang bermanfaat bagi diri, keluarga, ummat, perusahaan tempat kita mencari nafkah dan agama.
Agar nantinya kita selamat dunia dan akhiirat.

Saudaraku,
Kututup warkah ini,
Semoga kita senantiasa menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain.

Minggu, 13 Desember 2009

Dalam MABIT Kureguk Ilmu dan Bermuhassabah

Jum'at, 11 Desember 2009. Ada kesibukan lain dalam hidupku sebelum berakhirnya tahun 1430H,yaitu kami bersama dengan teman2 di Baperohis mengadakan acara MABIT (Malam Bina Iman & Taqwa) bertempat di Masjid al-Isra Kebon Sirih 36 Jakarta Pusat.


MABIT dalam rangka menyongsong Tahun Baru 1431H dengan tema "HIJRAH:Merubah Diri Menuju Sukses". Bertindak sebagai pemberi tausyiah sekaligus motivator adalah Ust.M. Zainal Muttaqin (GOZIAN Magazine). Materi yang disampaikan beliau adalah sesuai dengan tema MABIT yaitu HIJRAH: Merubah Diri Menuju Sukses.
Sebagai dasar beliau mengungkapkan dalam al-Qur'an;

".....Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri."(QS. Ar Ra'du/13:11).

"Maka Luth membenarkan (kenabian)nya dan berkatalah Ibrahim:"Sesungguhnya aku akan berpindah ke (tempat yang diperintahkan) Tuhanku (kepadaku); Sesungguhnya Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". (QS. al Ankabut/29:26)

"Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan Malaikat dalam Keadaan Menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) Malaikat bertanya:"Dalam Keadaan bagaimana kamu ini?", mereka menjawab: "Adalah Kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekkah)". Para Malaikat berkata: "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?", orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali". (QS. An Nisaa/4: 97).


Usai tausyiah sekitar pukul 22.30 wib, maka acara berikutnya adalah pemutaran film "SANG MURABBI" sebuah film yang menggambarkan aktifitas dakwah seorang Guru yaitu Allahyarham KH. Rahmat Abdullah.

Setelah merebahkan tubuh diatas kursi, aku dan teman2 bangun sekitar pukul 02.00 wib. "Bangun-bangun persiapan qiyamullail" teriak salah satu teman membangunkan yang lain.
Aku langsung mandi.....uhhh segar walau dingin langsung merayap disekujur tubuhku.
Akhirnya kami semua menunaikan qiyamullail yang langsung dipimpin oleh Ustadz Jamhur (Hafizd Qur'an) hingga menjelang waktu subuh.
Usai menunaikan shalat subuh berjamaah, ustadz Jamhur memberikan tausyiah "Fajar Berhikmah".
Akhirnya seluruh rangkaian acara ditutup dengan saling bersalam-salaman, maaf memaafkan dan sarapan pagi dengan Bubur Ayam.......wueh sedapnya.


Photo bareng dulu ah.........sebelum meninggal masjid al Isra

Selasa, 01 Desember 2009

Akankah Isteriku Menjadi Isteriku di Jannah?

"Seorang wanita manapun yang telah ditinggalkan suaminya karena wafat, lalu wanita tersebut tersebut menikah lagi, maka kelak (di jannah) dia bersama suami yang terakhir." (HR Thabrani)

Membaca hadits di atas, mungkinkah seorang suami berpesan pada istrinya agar tidak menikah dengan orang lain bila ia meninggal terlebih dahulu, dengan harapan ia menjadi istrinya di jannah kelak? Di sisi lain, tidak mudah bagi seorang wanita yang ditinggal suaminya untuk hidup sebatang kara, ia harus menanggung beban hidup, belum lagi tanggung jawab untuk mengurusi anak-anaknya yang sudah mulai membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Selasa, 10 November 2009

AIR MATA TAHAJUD



Rintik hujan masih mengguyur kotaku basah,
dingin mulai meresap kedalam tulangku,
dingin mulai mendekap tubuhku,
hingga, kantuk masih setia menghinggapiku.

Aku paksakan untuk bangun dari tidurku,
kulepas simpul-simpul syetan yang membelengguku,
kusibakkan selimut syetan yang mendekapku,
ku usir iblis yang hendak kencing di telingaku.

Alhamdulillah Ya Allah,
akhirnya malam ini dapat ku berwudhu dan
menegakkan Qiyamullail………


Saudaraku,
hendaknya setiap malam kita senantiasa berdoa: “Ya Allah, tahajudkan hamba…..”. Tentunya usai mengucap doa yang lain. Memang terus terang saja pada awalnya sangatlah berat, apalagi menjadikannya rutinitas dalam hidup ini.
Sebab, shalat Tahajud harus dijalankan setelah tidur terlebih dahulu, walau hanya sebentar. “Ya Allah, izinkan hamba berdialog dengan-Mu di saat yang paling sepi….”. dan kita semua tahu bahwa tidak semua orang dizinkan-Nya untuk malaksanakan tahajud. Untuk itu bermohonlah atas izin-Nya sebelum pegi tidur.

Sebagaimana sabda Nabi Saw:

“Barangsiapa yang naik keatas ranjangnya sedang ia telah berniat untuk bangun melakukan shalat di malam hari, namun ia tertidur hingga waktu subuh, maka ditulis baginya pahala apa yang ia niatkan, dan tidurnya itu adalah sedekah dari Robbnya.”

Dalam hadist Shahih Bukhari, yang bersumber dari Sa’id bin al-Musayyab, dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda :

“Bila seseorang tidur, setan membuat tiga simpul di ujung kepalanya. setan memasang setiap ikatan di tempat yang sudah ditentukan seraya berkata, ‘Tidurlah!, engkau punya malam yang panjang’. namun bila ia bangun seraya menyebut Allah, terlepaslah satu simpul. Bila ia berwudhu, terlepaslah satu simpul lagi. Bila ia shalat, seluruh simpulpun terlepas. Walhasil, orang itupun menjadi gat dan jiwanya baik. Akan tetapi, bila yang terjadi tidaklah seperti itu, iapun menjadi malas dan jiwanya buruk.”

Saudaraku,
Pernahkah kita dengar bahwa “Tidak ada yang bisa memadamkan api neraka kecuali air mata, yaitu air mata seorang hamba yang memohon ampun, air mata tobat”.
Sungguh Tahajud adalah saat termustajab untuk bertobat.
tiada yang melihat,
jauh dari pamer,
dekat dengan ikhlas,
air mata saat tahajud adalah air mata tulus,
hanya keheningan dan malaikatlah saksinya.

Allah Swt berfirman dalam al-Qur’an:

“Dan bertahajudlah pada sebagiam malam sebagai tambahan bagimu (Muhammad). Mudah-mudahan Tuhanmu memberikan kedudukan yang terpuji kepadamu.” (QS. Al Isra’ [17]:79).

Nabi bersabda sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah:

“Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan adalah puasa di bulan Muharram, bulannya Allah.Sedangkat shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim).

Saudaraku,
Bagaimana shalat malam Rasulullah?
Dalam salah satu hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurarirah: Nabi Saw apabila shalat malam sampai kakinya bengkak-bengkak. Kemudian Siti Aisyah bertanya, “Mengapa engkau melakukannya sampai begini, padahal dosa-dosamu sudah diampuni oleh Allah? Kemudian beliau menjawab, “Tidak bolehkah aku menjadi hamba yang bersyukur?” (HR. Ibnu Majah).

Ya Allah,
orang yang paling engkau jamin surganya saja,
orang yang sudah jelas engkau ampuni segala dosanya,
selalu bersujud kepada-Mu dengan cara yang demikian penuh ketaatan.
Padahal…..aku….kami……adalah manusia-manusia yang bergelimang dengan dosa…
Ya Allah,
ajarilah kami,
ajarilah hambamu,
untuk taat………….
dan pandai bersyukur, amin

Kamis, 29 Oktober 2009

Dahsyatnya Energi Waktu Malam


Pada waktu kecil yang kutahu bahwa waktu malam itu gelap, menakutkan pokoknya banyak cerita di kampong yang menyeramkan.
Namun, sejalan pertambahan usia. Ketika menginjak usia kelas 4 sd, ternyata waktu malam terasa mengasyikkan........aku lebih banyak bermain dengan teman2 sebaya justeru pada waktu malam.

Bahwa waktu-waktu malam adalah waktu yang syarat dengan kejadian-kejadian spiritual.

Allah telah membuat ketetapan di dunia ini, bahwa kita pasti akan mengalami dua keadaan :

1. Keadaan dimana matahari bersinar hingga segala sesuatu yang ada dibumi ini menjadi tampak oleh pandangan mata kita, dan keadaan demikian ini disebut sebagai waktu siang.
2. Keadaan dimana matahari tidak menampakkan sinarnya sehingga segala sesuatu tampak menjadi gelap dalam pandangan mata kita, kecuali hanya terlihat samar dan redup oleh baying-bayang rembulan dan bintang.

Allah berfirman dalam al-Qur’an :
“Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam………….” (QS. Faathir: 13).

Ada 2 ciri utama yang dimiliki waktu malam :
Pertama, suasana gelap karena ketika waktu malam matahari tidak menampakkan sinarnya, hanya cahaya rembulan dan bintang-bintang di langit yang membuat permukaan bumi terlihat samar sebagian. al-Qur’an menjelaskan :
“Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari malam itu, maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan” (QS. Yaasiin : 37)

Kedua, suasana hening dan sunyi senyap karena pada waktu malam seluruh makhluk hidup didunia seraya beristirahat. al-Qur’an telah menjelaskannya :
“Dialah yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirahat ………………….” (Qs. al-Furan : 47).

Bahwa dibalik keadaan seperti itu, sesungguhnya tersimpan energy dan kekuatan yang luar biasa. Diantara kekuatan yang terpancar pada waktu malam itu adalah sebagai berikut:
a. Menghidupkan dan Membukakan Mata Batin.
b. Mendatangkan konsentrasi dan Kekhyusukan.
c. Kekuatan Introspekdi.
d. Mendatangkan Keikhlasan dan Kejuruan dalam beramal.

Itulah sebagian yang masih dapat kita rasakan betapa Allah memberikan gambaran akan dahsyatnya energi pada malam hari. Maka..........mari kita raih sebanyak2nya energi waktu malam dengan bangun di 1/3 malam, tegakkan Qiyamullail, bermunajat kepada Sang Khalik pencipta Alam semesta ini.
Malam ini aku bersujud dihadapanmu Ya Allah,
Malam ini ku teteskan air mata ini hanya untuk Mu Ya Allah,
.......................

Rabu, 28 Oktober 2009

MENGAPA SEBAIKNYA KITA "RAJIN" BANGUN MALAM?


Mengapa waktu malam merupakan waktu yang begitu dahsyat? Hal itu dikarenakan waktu malam merupakan waktu yang sangat istimewa untuk berkomunikasi secara ghaib antara seorang hamba dengan Tuhannya, waktu mengalirnya berbagai kekuatan spiritual, serta waktu terlimpahnya rahmat dan kasih sayang Illahi. Sesungguhnya, ketika cahaya matahari mulai meredup saat malam mulai tiba, cahaya ma’rifatullah justru bersinar terang di malam hari.

Dalam al-Qur’an, Allah SWT, berfirman:
“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi, dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.”(QS. Ad-Dukhaan: 3).
Pada ayat di atas, Allah menyifati malam sebagai waktu yang diberkahi. Walaupun malam yang penuh keberkahan itu ditujukan untuk malam tertentu, yakni malam al-Qadr, namun hal itu menandakan bahwa malam merupakan waktu yang penuh kemuliaan, keberkahan, dan kebaikan. Yang menjadi catatan disini adalah bahwa keistimewaan tersebut hanya diberikan untuk waktu malam, bukan untuk waktu siang.

Mengenai waktu malam, Rasulullah Saw juga telah bersabda:
“Dari waktu malam ada saat yang tidak mendapatkannya seorang muslim, sedangkan is meminta suatu kebaikan kepada Allah, kecuali Allah akan memberikan apa yang dimintanya, dan itu ada pada setiap malam.” (HR. Muslim)

Maksud hadits di atas, bahwa pada setiap malam di sepanjang tahun, selalu terdapat saat istimewa yang dirahasiakan Allah. Pada tiap malam tersebut, senantiasa terdapat saat-saat mustajab yang telah dijanjikan. Saat atau waktu istimewa seperti ini tidak dijumpai atau dimiliki oleh waktu siang, kecuali pada hari Jum’at.
Mengenai hari Jum’at, diterangkan bahwa hari tersebut merupakan hari yang utama dan agung. Hari terbaik yang disinari matahari. Pada hari tersebut, Adam As. Diciptakan, pada hari itu juga ia turunkan ke bumi, dan pada hari itu pula ia diwafatkan oleh Allah. Pada hari Jum’at, kelak, hari kiamat akan terjadi, hari ditiupnya sangkakala dan semua makhluk terkejut. Pada hari Jum’at terdapat suatu waktu, dimana Allah tidak menolak siapa saja yang memohon, asalkan bukan sesuatu yang haram. Dalam hadits yang diriwayatkan Abu Hurarirah Ra., Rasulullah Saw bersabda :
”Sesungguhnya pada hari jum’at itu terdapat saat yang tidak mendapatkannya seorang hamba muslim, sedang ia berdiri sholat meminta suatu kebaikan kepada Allah, kecuali Allah akan memberi apa yang dimintanya.” (HR. Malik, Ahmad, Muslim, Nasa’i, dan Ibnu Majah).

Itulah diantaranya yang membuat waktu malam menjadi luar biasa, serta memiliki keistimewaan tersendiri.
Dalam hadits Rasulullah Saw. Juga banyak disebutkan bahwa pada setiap malam Allah SWT. Senantiasa turun kelangit dunia, memberi rahmat dan kasih sayang kepada para hamba-Nya yang bermunajat dan berdoa kepada-Nya. Hadits yang menyebutkan hal tersebut diantaranya ialah hadits yang diriwayatkan Utsman bin Abi al-’Ash Ra. Bahwa Rasulullah Saw bersabda :
”Sesungguhnya Allah ’Azza wa Jalla turun ke langit dunia pada setiap malam, lalu Dia berfirman: ’Adakah orang yang berdoa maka Aku akan mengabulkannya? Adakah orang yang memohon ampun maka Allah akan mengampuninya?” (HR. Thabrani).

Hal ini berarti bahwa setiap saat di waktu malam selalu diselubungi rahmat, ampunan, dan kasih sayang Allah. Pada waktu malam yang gelap dan sunyi itulah Allah turun kelangit dunia dan mendekat kepada para hamba-Nya. Namun, tidak demikian dengan waktu siang, Allah turun di waktu siang hanya pada saat tertentu saja, yakni pada pada siang hari Arafah. Dalam hadits yang diriwayatkan Jabir Ra., Rasulullah Saw bersabda:
”Jika hari Arafah tiba, Rabb ’Azza wa Jalla turun ke langit dunia untuk membanggakan mereka kepada para malaikat.” (HR. Ibnu Abid Dunya, Bazzar, dan ”Abdurrazaq).
Diriwayatkan dari Ummu Salamah Ra. Bahwa Rasulullah Saw. Bersabda:
”Sebaik-baik hari adalah hari Arafah. Allah Azza wa Jalla turun pada hari itu ke langit dunia.” (HR. Dailami).

Hal ini, sekali lagi, menunjukan bahwa waktu malam adalah waktu yang sangat istimewa.
Mari..................kita tingkatkan untuk senantiasa bangun diwaktu malam dengan meningkatkan kualitasnya, artinya kita bangun diwaktu malam tapi untuk beribadah agar kita semakin dekat Allah ’Azza wa Jalla, bukan kita bangun diwaktu malam tapi lantaran hanya untuk menonton Sepak Bola
Mari kita tumbuhkan statement dalam diri dan keluarga ”TIADA HARI TANPA TAHAJUD”, dan mari dukung terus GERAKAN BERTAHAJUD lewat kelompok kecil milis flexi ”go2tahajud”.

Senin, 26 Oktober 2009

Agungkan Kumandang ADZAN

Jika kita yang butuh, mestinya kita akan datang mencari tanpa disuruh. Shalat “khususnya”, zakat dan ibadah lain sejatinya adalah kebutuhan primer kita. Dengannya kita akan mendapatkan sesuatu yang paling penting dalam hidup ini, ketenangan dan keselamatan dunia akhirat. Adapun Allah, sama sekali tidak butuh dengan semua itu. Andai seluruh manusia beriman dan berbakti ata
u sebaliknya, kafir dan menghianati, kebesaran Allah tidak akan terkurangi.


Subhanallah. Dengan segala rahmat-Nya, Allah mensyariatkan adzan sebagai panggilan dan peringatan bagi hamba-Nya. Demikian cinta dan sayangnya Allah pada hamba, hingga sesuatu yang mestinya kita perhatikan melebihi lapar dan pekerjaan, tetap Allah ingatkan.

Tapi coba renungkan, saat panggilan Allah berkumandang, apa yang kita lakukan?

Alih-alih diam mendengarkan, kebanyakan kita malah sering tak menghiraukan. Padahal syariat menggariskan, jika mendengar adzan kita disunahkan menjawab, berdoa dan menghadiri undangan dengan shalat berjamaah.


Beda persepsi, beda pula reaksi. Orang yang menganggap adzan hanya sebagai tanda masuk waktu shalat, hanya akan diam sebentar –mungkin menjawab-, berkata dalam hati ”oh sudah dhuhur...” dan meneruskan pekerjaannya lagi.

Lain halnya dengan yang memahami bahwa adzan bukan hanya sekedar tanda masuk waktu, tapi lebih sebagai panggilan Allah untuk shalat wajib berjamaah di masjid. Setelah diam dan menjawab adzan, segala pekerjaan akan ditinggalkan dan segera memenuhi undangan menjadi dhaifullah (tamu Allah).

Jika kita renungi, akan kita temukan betapa adzan mengandung makna yang luas dan dalam. Selain takbir yang mengingatkan kita akan kebesaran Allah dan selain Allah adalah kecil dan remeh, termasuk pekerjaan kita, juga lafadz syahadah yang mengingatkan kita akan ikrar kita untuk selalu taat dan tunduk pada-Nya semata.

Kemudian, lafal ajakan untuk shalat, seperti ingin mengetuk nurani kita, benarkah di hati kita hanya Allah-lah yang paling Agung?

Jujurkah ikrar syahadat kita?

Masing-masing kita seakan diuji dengan panggilan agung ini, lima kali dalam sehari. Adakah kita termasuk orang-orang yang mencari kebahagiaan hakiki ataukah orang-orang yang lalai karena dunia yang fana ini?


Mendengar, menjawab dan mendatangi.

Itulah adab terbaik saat panggilan agung ini berkumandang. TV, radio ataupun suara yang berasal dari komputer atau yang lain hendaknya dimatikan, bukan sekedar dikecilkan.

Menjawab adzan dengan lafadz yang disunahkan juga tidak layak kita tinggalkan, sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang memerintahkan :

”Jika kalian mendengar panggilan (adzan) maka ucapkanlah seperti yang diucapkan muadzin” (HR, Muslim).

Adapun cara menjawab adzan, dalam kitab al-Adzkar, Imam Nawawi menyebutkan bahwa jawaban adzan adalah seperti lafadz adzan kecuali pada ”hayya ’alashalah” dan ”hayya ’alalfalah” yaitu dengan ucapan ”la haula wala quwwata illa billah” dan pada tatsa’ub (ash shalatu khairunminannam) dengan ”Sadaqta wabararta” (Engkau benar dan engkau telah menunaikan).


Sekali lagi, adzan adalah undangan, bukan sekedar pemberitahuan. Karena pada dasarnya shalat fardhu haruslah dilaksanakan dengan berjamaah. Dan dengan adzan, kaum muslimin, khususnya laki-laki, diajak untuk menunaikan shalat fardhunya dengan berjamaah dimasjid., bukan dirumah atau dipojok ruangan kerjanya.

Memang, jumhur memutuskan bahwa shalat fardhu berjamaah di masjid hukumnya sunah muakkad. Akan tetapi beberapa ulama berpendapat bahwa hal tersebut wajib mengingat betapa kerasnya peringatan Rasulullah saw akan hal ini. Dalam kitab Shahih-nya, Imam al bukhari menuliskan ”Bab Wajibnya Shalat Berjamaah”.

Rasulullah saw bersabda :

”Dengan jiwaku yang berada di tangan-Nya, sungguh aku bertekad menyuruh pengumpulan kayu bakar, kemudian kau suruh seseorang adzan untuk shalat, dan seseorang untuk mengimami, lalu aku pergi kepada orang-orang yang tidak ikut shalat berjamaah dan aku bakar rumah mereka” (Mutafaq alaih).

Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan bahwa Rasulullah saw tidak memberi keringanan bagi seorang buta untuk tidak ikut berjamaah di masjid.

Sabda Rasulullah saw :

”Barangsiapa menunaikan shalat isya dengan berjamaah, maka seakan-akan ia telah shalat setengah malam dan barangsiapa shalat Shubuh berjamaah, maka seakan-akan ia telah shalat semalam suntuk” (HR. Muslim).

”Shalat seorang lelaki yang dilaksanakan berjamaah akan lebih utama dua puluh tujuh derajat dari pada shalat sendirian” (HR. Muslim).

Jika ancaman demikian keras dan fadhilah yang terkandung sangatlah besar, lantas apalagi yang kita pikirkan?

Kita diperintahkan agar menjalankan perintah Allah semampu kita sedang Allah Maha tahu sejauh mana sebenarnya kita telah berusaha.


Kamis, 08 Oktober 2009

Mendayagunakan Potensi Waktu


Waktu demi waktu yang sudah kita jalani. Jika mau jujur, tiap desah napas adalah satu langkah menuju kubur. Perayaan ulang tahun, sebenarnya adalah perayaan berkurangnya jatah umur kita. Alangkah ruginya jikalau kita menjalani sesuatu yang begitu berharga lalu kita sia-siakan dia.
Begitu urgennya masalah waktu, sampai ada yang mengatakan, ”Jika engkau ingin tahu manusia yang paling bodoh, lihatlah orang yang diberi modal dan modalnya dihamburkan sia-sia”.
Tidak bisa kita pungkiri bahwa satu-satunya yang tidak bisa direm adalah waktu. Setiap orang mempunyai jatah yang sama, 24 jam. Orang yang sukses dengan orang yang gagal, begitu pun calon ahli surga dan calon ahli neraka, waktu yang diberikan kepada mereka semua adalah sama.
Yang jadi persoalan adalah bagaimana mengelola waktu agar menjadi manfaat di dunia dan di akhirat?

Karena itulah Allah SWT, meletakkan waktu sebagai nilai yang menentukan timbangan kerugian dan keuntungan manusia dalam hidupnya.

QS. Al-’Ashr : 1-3 :
”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan saling menasehati dalam menaati kebenaran dan nasihat menasihati dalam menetapi kebenaran”.

Surat al-’Ashr di atas memang laksana lautan tak bertepi. Setiap kali kita men-tadabburi-nya, setiap itu pula kita menemukan makna-makna baru yang menuntut kesadaran baru yang lebih intens dalam soal waktu. Paling tidak, dari surat tersebut kita yakin bahwa setiap manusia hanya akan menghabiskan waktunya dalam kerugian, kecuali mereka yang memiliki kemampuan memanfaatkan waktu untuk empat perkara.

Pertama, orang yang pasti beruntung adalah orang yang setiap hari bertambah kekuatan iman dan keyakinannya terhadap kebenaran. Jadi kalau orang bertambah usia tapi tidak mengerti hidup ini untuk apa dan diabdikan untuk siapa?
Dia tidak mengerti agama, tidak mengerti iman, maka hidupnya benar-benar sia-sia saja. Hidupnya hampa karena perbuatannya tidak dilandasi niat ibadah karena Allah.
Jadi maaf-maaf saja, orang punya harta, gelar, pangkat, jabatan, punya segala-galanya, tapi tidak punya iman, dia termasuk orang yang merugi. Bobot pahala tidak dihitung dari semua itu. Betapa kasihan dia, sudah sibuk luar biasa didunia tapi ketika mati hanya jadi bangkai, lalu hanya dosa-dosanya saja yang akan dihitung. Naudzubillah min dzalik.
Lantas bagaimana agar iman menjadi kuat? Pupuk penguat iman adalah ilmu. Jika kita tidak pernah mencari ilmu, maka sama saja dengan menanam pohon tanpa memupuknya. Lambat laun pohon akan layu, menguning, kering dan mati.

Kedua, ciri orang yang beruntung adalah mereka yang dapat memanfaatkan setiap waktunya menjadi amal shaleh. Kita tidak perlu dipusingkan dengan apa yang akan kita dapatkan, karena pahala dan balasan dari setiap amal tidak akan tertukar. Tidak ada yang tertukar dari karunia dan balasan Allah. Yang harus kita pikirkan setiap waktu adalah bagaimana agar setiap detik waktu kita bisa menjadi amal baik?

Ketiga, ciri selanjutnya adalah orang yang mendakwahkan kebenaran. Orang itu beruntung kalau menjadi contoh kebaikan, sehingga setiap orang akan meniru kebaikannya, Insya Allah pahala kebaikan itu juga akan mengalir untuknya.
Maka, kalau kita ingin termasuk orang-orang yang beruntung, usahakanlah agar setiap waktu membuat diri kita bagaikan cahaya matahari. Menerangi orang-orang yang berada dalam kegelapan.

Keempat, ciri terakhir, orang itu yakin bahwa setiap waktu yang dia jalani akan banyak menghadapi cobaan-cobaan. Oleh karena itu, hanya orang-orang yang mempunyai kesabaran didalam menegakkan kebenaran inilah yang beruntung. Sebab jika kita tidak sabar, kita akan goyah, rontok, tidak menjadi contoh, dan akhirnya kita tidak memperoleh apapun di akhirat kelak. Kekuatan pribadi untuk saling menasehati dalam kebenaran adalah bagian dari keberuntungan yang kita miliki.

Oarang yang cantik jelita maupun gagah rupawan serta memiliki jabatan dan kedudukan tinggi, tapi tidak mengenal Allah, tidak beramal shaleh, dan pribadinya hanya menjadi contoh keburukan, maka hidupnya hanyalah kerugian. Karena sehebat apapun topeng duniawi yang kita miliki hanya bersifat sementara. Semuanya akan mati. Masalahnya, apakan kematian itu khusnul khatimah (baik di akhirnya) atau su’ul khatimah (jelek diakhirnya)? Semua itu pada khirnya lebih bergantung dari bagaimana cara kita mengisi waktu demi waktu dalam hidup ini.

Dengan demikian, marilah kita jadikan setiap detik begitu berarti sehingga cukup menjadi sarana untuk memacu peningkatan kualitas dan pemahaman kita terhadap kebenaran. Sehingga iman kita semakin menebal, amal kita semakin produktif, kualitas akhlak meningkat dan kesabaran kita menjadi teladan dalam menetapi kebenaran.


Sehingga panjang pendeknya umur kita menjadi sangat berarti, sebagaimana sabda Rasulullah SAW.
”Sebaik-baiknya manusia adalah orang yang diberi panjang umurnya dan baik amalannya. Dan sejelek-jeleknya manusia adalah orang yang diberi umur yang panjang dan jelek amalannya.” (HR Ahmad).

Semoga bermanfaat.

Minggu, 04 Oktober 2009

BERBATIK RIA DI KANTOR

Sungguh suatu peristiwa yang membanggakan (walau terbilang telat), UNESCO telah menetapkan pada tanggal 2 Oktober 2009 sebagai hari BATIK Nasional.

Suasana di kantorku berbatik ria bak sedang kondangan, saat menikmati hidangan sebagai rasa syukur atas berkah hari ini


Wah...asyik juga nih, yang mana dulu yah yang akan aku santap..he he he


Suasana akrab selalu mewarnai tim ku dimanapun berada, bahkan di meja makanpun kita all ways akuurrrrrr




Jumat, 25 September 2009

BERSYUKURLAH ALLAH MENEGUR KITA

Bersyukurlah pada Allah bila hati kita masih kerap mencela diri atas kemaksiatan yang dilakukan. Sebab itu adalah tanda bahwa kita masih memiliki hati seorang mukmin yang memang harus merasa sakit oleh kemaksiatan. Hal ini merupakan sinyal, bahwa hati ini masih cenderung pada fitrahnya yang bersih dan menolak kekotoran, lalu menyeru agar segera kembali kepada Rabbnya.
Ada dua cara Allah SWT menegur dan mengingatkan hamba-Nya yang melakukan kesalahan. Karena banyak terjadi, sekedar kegelisahan atas dosa dan sekedar rasa sakit dalam jiwa terhadap kemaksiatan, tidak cukup membuat perubahan yang membuat seorang hamba meninggalkan dosa dan kemaksiatan itu. Itulah sebabnya, Al Qur'an menyebut ada noda-noda hitam yang terus menerus menyelubungi hati dengan istilah ar raan. Noda-noda hitam itu adalah dosa dan kemaksiatan karena seseorang terus menerus melakukannya hingga akhirnya menggelapkan hatinya.
Maka, bersyukurlah bila Allah SWT masih menegur kita dengan sesuatu yang menyakitkan, tapi lalu hal itu membuat kita terhenyak dan sadar. Bersyukurlah kepada Allah SWT, bila kita masih merasakan pengingatan dari Allah SWT, dengan suatu keadaan yang memukul hati. Tapi hal itu kemudian melahirkan ketundukan pada keagungan Allah SWT, menyadarkan perasaan faqir terhadap kuasa Allah SWT, membuat kita mengerti tentang ketidakberdayaan di hadapan kebesaran Allah SWT yang selama ini sering tertutup oleh kesombongan, perasaan aman atau keadaan kita yang stabil. Artinya, kita menjadi tidak kenal dengan diri sendiri seperti perkataan ahli hikmah Qiss bin Saadah, "Sebaik-baiknya pengenalan seseorang adalah pengenalannya terhadap diri sendiri. Sebaik-baiknya ilmu adalah ilmu yang mengajarkan seseorang mengerti tentang kadar ilmunya."
Mungkin kita pernah merasakan kesedihan tanpa alasan yang kita tahu. Atau, pernah merasa sakit tanpa sebab. Atau, merasa asing di tengah keramaian dan di tengah keluarga, merasa terancam di tengah banyaknya teman, merasa bosan di tengah berbagai kemudahan. Semua itu menandakan bahwa hati kita memang sedang sangat butuh dan sangat memerlukan kedekatannya dengan Allah SWT. Kita memang tidak mungkin jauh dari Allah SWT. Kita, tak mungkin bisa tenang tanpa tambatan hati kepada Allah SWT. Karena jiwa akan terus mencari sesuatu yang membuatnya tenang dan nyaman. Dan ketenangan dan kenyamanan itu sesungguhnya hanya bisa diperoleh dari Allah SWT.
Mungkin ada baiknya kita dengarkan nasihat Ibnul Qayyim rahimahullah dalam kitab Al Fawa-id, "Bila manusia merasa kaya dengan harta, merasa kaya lah engkau dengan adanya Allah SWT. Jika manusia berbahagia dengan dunia, berbahagialah engkau dengan Allah SWT. Jika mereka merasa asyik dan intim dengan kekasihnya, jadikanlah keintimanmu dengan Allah SWT. Jika mereka merasa tersanjung dengank dekatan pada penguasa dan petinggi mereka untuk mendapat penghormatan dan kemuliaan, kenalkanlah dan dekatkanlah dirimu kepada Allah SWT agar engkau mendapatkan puncak kehormatan dan ketinggian."
Teguran Allah SWT itu, memang bisa saja menyakitkan. Tapi itulah bentuk cinta Allah SWT agar seseorang segera kembali mengenali diri, dan mengenali Allah SWT. Inilah yang patut kita syukuri bila Allah SWT masih mau menegur kita. Jangan sampai kondisi kita seperti ucapan syaikh Al Qur'an terkenal asal Mesir, Muhammad Ar Rawi, "Hukuman paling berat atas seseorang adalah bila Allah SWT menjadikan ia lupa pada dirinya sendiri. Sebab bila seseorang lupa pada dirinya sendiri, maka ia akan terjerumus pada kenistaan, tapi ia merasa telah melakukan kebaikan." Karena itulah, sekali lagi, teguran Allah SWT bisa menyakitkan. Bersykurlah.....bila Allah SWT masih menegur kepada kita.

Lebaran Bersama Tetangga Yang Ngga Mudik

Idul Fitri selain bermakna kemenangan dan kegembiraan, juga penuh dengan suasana silaturrahim. Pada Idul fitri orang-orang memperkuat tali hubungan antar manusia. Para pemuda yang selama ini mengembara dalam rangka mencari nafkah meninggalkan kampung halamannya, datang kembali bersimpuh dihadapan orang tuanya.

Keakraban juga begitu lekat diantara tetangga yang merayakan Idul Fitri yang pada tahun ini tidak ke kampung halaman (alias tidak mudik).

Bersalam salaman usai melaksanakan sholat Idul Fitri di halaman Masjid Al Hikmah Bekasi.



Wuah ramai juga, suasana berlebaran dengan tetangga yang nggak bisa pulang kampung tahun ini.

Dan yang uniknya adalah anak2 se usia SD mereka bergerombol bersilaturrahim dari rumah ke rumah dengan tak ketinggalan membawa dompet............. yaitu sebagai tempat ampow, maklumlah anak2 pada mengharapkan pemberian uang di hari Lebaran ini. Semua ini mengingatkanku ketika umurku masih se usia SD di kampung halaman, setiap lebaran aku mengikuti ayah dan ibuku keliling kampung untuk bersilaturrahim dengan saudara kandung orang tuaku....... disanalah aku sering di beri uang jajan.......asyik juga...he he he he he.

Kamis, 24 September 2009

Ketika Kumandang Takbir Terdengar Ditelingaku

Saudaraku,
Merayap bergema beduk lebaran
Pengikut Muhammad menabur takbir
Semua itu telah terkikis direnggut waktu
Namun masih terngiang sebuah kisah kecil
yang menghiasi layar lebaran.

Kumandang takbir masih jelas terdengar
namun sayup2 mulai menghilang bersamaan dengan roda vespaku mulai berputar

Allahu Akbar.......... Allahu Akbar

Hari masih gelap dengan hiasan awan yang semakin kelabu di langit.
Udara yang dingin masih menusuk nusuk ke dalam kulit.
Setiap helaan nafas orang-orang yang lalu lalang terlihat asap pertanda udara malam ini begitu dingin.

Suara angin mulai terdengar keras tatkala menerpa pepohonan.
kala itu angin malam masih setia menggodaku dengan hembusannya,
pelan.........lembut namun membuat dingin tulang rusukku.
Diantara jalanan yang beraspal,
vespaku masih tetap lincah menyusuri pedusunan,
walau dengan suara yang agak keras (tak heran bila anakku menyebutnya Vespa Jadul).

akhirnya sampai juga aku dan bekas pacarku di rumah,
tak lama kemudian hujan mengguyur kotaku.
Alhamdulillah.....hujan turun tidak saat aku masih di jalanan......dijamin dah basah kuyup!

Sambil menyeruput teh manis bikinan istriku,
aku sedikit menerawang pada bulan Ramadhan yang akan segera meninggalkan kita,
Apakah kita termasuk yang merindukan kehadiran bulan Ramadhan, saudaraku?
Jika ya, inilah keindahan bulan yang kita sangat rindukan itu sedang bersama kita. Inilah detik demi detik waktu, kita lalui bersamanya. Inilah masa-masa bahagia, masa-masa semakin dekatnya jiwa bersama Allah, masa-masa kedamaian hati yang belum tentu kita temui saat ia tidak bersama kita lagi.

Saudaraku,
Jika Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa melakukan satu ibadah sunnah dalam bulan Ramadhan, maka ia seperti orang yang melakukan ibadah wajib di bulan selain Ramadhan. Dan barang siapa yang melakukan ibadah wajib di bulan Ramadhan maka ia seperti orang yang melaksanakan 70 ibadah wajib di selain bulan Ramadhan". (HR Ibnu Khuzaimah). Maka berpisah dengan bulan ini berarti meninggalkan kesempatan meraih pahala kebaikan yang berlipat-lipat.
Bahkan Rasulullah SAW bersabda, "Ada dua kegembiraan bagi orang yang berpuasa, kegembiraan saat berbuka dan kegembiraan tatkala bertemu dengan Allah." (HR Al-Bukhari dan Muslim). Maka, perpisahan dengan bulan ini, berarti terlewatnya dua momentum kegembiraan di kala buka puasa itu.
Jika rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang berpuasa karena keimanan dan semata-mata mengharap pahala, niscaya diampuni dosanya yang telah lalu. (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Maka, perpisahan dengan bulan ini adalah hilangnya kesempatan kita untuk memperoleh ampunan Allah SWT terhadap dosa-dosa kita yang menggunung.
Saudaraku,
Jika Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang menunaikan qiyamul lail pada bulan Ramadhan karena keimanan dan mengharap pahala, niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Maka usainya kebersamaan kita dengan bulan Ramadhan adalah lenyapnya kesempatan kita untuk menunaikan sholat malam dengan jaminan pahala ampunan atas dosa dan kekhilafan, yang kita sudah tenggelam di dalamnya.
Saudaraku,
Jangan sia-siakan detik-detik perpisahan ini. Rasakan benar-benar kehadiran kita disini, di bulan ini.
Lantunan dzikir, tilawah al-Qur'an, munajat, permohonan ampun di sini.
Buanh kepenatan, hilangkan rasa lelah. Hanya untuk hari-hari terakhir menjelang perpisahan dengan bulan penuh kemuliaan. Kejarlah segala yang tersulut dari diri kita pada malam Lailatul Qadr. Sekarang, saudaraku. Jangan tunda lagi.
Dan, menangislah. Karena kita pun harus berpisah dengan bulan ini.
Selamat berpisah Ramadhan 1430H,
Ya Rabbi, semoga hambamu dipertemukan kembali di Ramadhan 1431H. Amin.

Sabtu, 12 September 2009

Dipunggung Ramadhan 1430H


Kita sudah sampai di hari ke 20 Ramadhan. Sadarilah, bahwa hari demi hari bergulir dan detik demi detiknya semakin mahal dan tak ternilai harganya. Kitapun sampai pada tahap mencapai harapan yang semakin tidak mudah. Tapi disinilah sesunggunya proses seleksi itu dimulai. Itu sebabnya, Rasulullah SAW menurut Aisyah ra, "lebih bersungguh-sungguh beribadah pada sepuluh hari terakhir, melebihi kesungguhan sebelumnya."
Mari kita sambut dan jelang sepuluh hari terakhir bulan ampunan ini.

Kini saatnya kita meningkatkan kesungguhan dan keseriusan beribadah. Kini saatnya kita benar-benar menapaki hidup dengan nuansa akhirat. Sekarang waktunya kita berubah dari manusia bumi menjadi manusia langit.
Hari-hari sepuluh terakhir adalah kesempatan khusus yang sangat istimewa untuk mendapatkan ridha Allah SWT. Tidakkah kita ingin menyerupai apa yang dilakukan oleh orang-orang shalih di saat-saat seperti ini?
Tidakkah kita mendengar bagaimana kondisi para sahabat radhiallahu anhum sebagaimana diriwayatkan Ali ra, "Adalah para sahabat di pagi hari, rambut mereka kusut, masai, dan berdebu. Di antara mereka ada bekas seperti orang yang berduka. Mereka telah sujud dan shalat malam, bergantian antara kening mereka dan kaki mereka, beribadah kepada Allah. Mereka berdiri condong seperti layaknya pohon yang miring karena telah banyak berubah. Mata mereka menangis hingga membasahi pakaiannya..................."

Hari-hari kita yang sangat mahal, akan terus berjalan. Berusahalah untuk tidak ada jenak waktu yang luput dari semua kebaikan dan amal shalih. Utamakanlah beribadah di malam-malamnya. Sungguh pada malam-malam ini, Allah SWT bertanya, "Adakah orang yang meminta kepada-Ku....?"

Mari, gunakanlah kesempatan ini sebaik-baiknya untuk menghadapi perjalanan panjang yang menentukan berhasil atau gagalnya hidup sesungguhnya di akhirat. Berdo'alah dengan penuh kesungguhan agar Allah melimpahkan pertolongan-Nya kepada kaum Muslimin di mana saja untuk bersabar dan bisa terbebas dari ragam tekanan dan serangan musuh-musuh Islam.

Ya Allah, jadikanlah seluruh amal kami adalah amal shalih dan khusus dipersembahkan untuk mencari ridha-Mu.

Senin, 07 September 2009

ADINDA


sore hari disebuah pojok rumah


Ingin rasanya kulukis wajahmu dalam bait-bait puisi

meski kutahu kata-kataku tak mungkin sanggup melukis seluruh keindahanmu

Setidaknya angin yang berdesir memberiku sketsa indahmu

dan hari-hariku adalah cerminan catatan tentang cinta


Adinda,

Di balik purnama itu kau bersemayam

Menerangi gelap hatiku yang kosong

Cahayanya mengusir keraguanku

Resah, gelisah kurasa saat kau tenggelam di balik awan itu

Takut kau kembali saat fajar tlah datang

Dan mentari menggantikanmu


Adinda,

Desiran angin malam semakin lama semakin syahdu terdengar

Lantunan kerinduannya semakin nyaring terdengar

Melagukan bait melodi cinta kita

Begitu tulus dalam keheningan malam

Suarakan rindu untukmu


Adinda,

Mengapa kau menginspirasikan hadirnyan puisi ini?

Tanpamu jariku takkan tergerak mengalunkan kata

Karna engkau tlah kuasai pikiranku sore ini

Menuntunku menapaki dunia maya penuh fantasi

Dan kesendirianku adalah waktuku tuk berceloteh dengan hatimu

Selasa, 01 September 2009

Kugapai 10 hari Ramadhan 1430H


Warkah Teruntuk Saudaraku
(di sepuluh hari berpuasa)

Saudaraku yang kusayangi,
Dari jauh kuucapkan selamat berpuasa
Mari kita tahan terus !
Apabila sepotong siang yang terik,
jatuh di kerongkongan akan mengoyaknya
Kita jaga supaya puasa tetap utuh berbalut hikmah.

Tak sedikit orang yang apabila telah datang
terminal puasa di punggung maghrib
Main sikat terus memanjakan selera
Sampai perut bengkak seperti,
pipi yang dirongrong sakit gigi.

Apakah kita termasuk mereka itu?
Barangkali saudaraku tidak demikian ya.
Malahan sampai selesai merebahkan Tarawih
belum makan juga.
Karuan saja habis kalau lagi sepi
nggayemi terus sih!!
Eh, humor lho!

Saudaraku,
Ini adalah hari-hari mulia yang kemuliaannya
tak pernah terbandingkan dengan hari-hari lain disepanjang hidup kita.
Kita masih menghirup udara di bulan Ramadhan.

Saudaraku,
Bulan ini adalah karunia teramat mahal dan indah untuk kita.
Karena bulan inilah tempat terminal kita untuk bersuci,
membersihkan diri, kembali menyadari ke Maha Besaran Allah SWT.
Kembali meluruskan arah dan orientasi perjalanan hidup
yang barangkali sudah mulai menyimpang dari kehendak Allah.
Kembali memfokuskan pandangan kita untuk akhirat.
Kembali menyadari kedudukan kita sebagai hamba Allah
yang seharusnya tunduk dan patuh kepada Allah SWT.
Mari bersyukur saudaraku.
Itulah yang seharusnya kita lakukan
karena Allah masih memberikan kesempatan kita untuk memperbaiki diri.
Memulai lagi sebuah lembaran baru yang lebih baik dan terang,
meluruskan kembali seluruh langkah kehidupan pada bulan ini.
Dan yang penting mengaplikasikan syukur itu
dengan melakukan segala yang diridhai Allah SWT.

Saudaraku,
Seakan baru kemarin musim panen,
Setelah sewarsa menapaki waktu,
Sekarang musim ini hadir kembali,
lewat celah-celah hikmah,
Berbondong orang2 memetik daun soerga,
Aku tak tahu mengapa seakan jeriji waktu kian memendek,
Barangkali karena tipisnya kerinduan kita pada Yang Satu,
Seandainya rasa rindu kita kepadanya,
menggumpal dan menyumbat dada kita,
Barangkali sehari serasa sewindu,
Di ujung musim ini tak sedikit orang 2 bersuka ria,
Umat Muhammad menyebar dan menabur takbir,
Ketika itu suara takbir bertalu-talu
Menggema di tebing2 batu membahana
Merayap di alir sungai bening gemeerisik,
Lembut menelusuri titian sanubari.

Tak sedikit pula orang 2 yang bergembira,
Karena merasa terlepas dari jeratan lapar,
Merasa bebas dari cekikan dahaga.

Saudaraku, apakah kita termasuk mereka itu?
Barangkali tidak ya, semoga tikaman lapar
Tak melukai keikhlasan dan kesabaran kita.
Amin ……………………………

Saudaraku,
Mari pejamkan mata. Tundukkan hati dan batin.
Tenggelamkan semua perasaan kita di hadapan
kemuliaan dan kuasa Allah yang tak ada batasnya.
Ucapkanlah doa yang penuh makna dari lisan Hasan Al Bashri rahimahullah.
“Ya Allah, aku berlindung dari merasa agung
dan mulia dalam jiwaku sendiri.
Sementara di dalam jiwa orang lain aku kecil dan hina.”

Jumat, 28 Agustus 2009

CinTA kArENa ALLAH


Saudaraku,
Semoga Allah swt senantiasa melimpahkan barakahnya atas kita. Kita telah bertemu dan bersama di dunia ini, di atas jalan-Nya. Allah swt lah yang menuntun kita sampai disini. Kita telah bersatu dan berjalan di atas niat mencari keridhaan-Nya. Allah swt lah yang patut dipuji atas semua karunia kebersamaan ini. Meski kita merasakan lika liku kebersamaan ini juga tak pernah sepi dari noda dan kekeliruan, namun kita masing-masing perlu mengatakan, “Aku mencintaimu karena Allah”.

Indah sekali kalimat itu,
Dan kalimat itulah yang diajarkan Rasulullah saw kepada kita, kaum beriman. Menyatakan cinta secara verbal kepada seseorang dalam hal ini bukanlah sesuatu yang mudah. Terutama, karena cinta dalam persaudaraan Islam yang dilandasi karena Allah swt, pastilah akan sangat berat terucap secara lisan, bila tidak sesuai dengan apa yang ada di dalam hati. Kalimat “aku mencintaimu karena Allah” pasti akan kelu diucapkan oleh orang yang menyimpan kehendak lain dari ucapkannya.

Begitulah saudaraku,
Allah swt beriman, “Sesungguhnya kaum beriman itu saudara,” (QS Al Hujurat:10). Persaudaraan karena Allah swt,
Persahabatan karena Allah swt,
Pertemanan karena Allah swt,
Saling cinta karena Allah swt,
adalah benar-benar karunia Allah swt kepada kita yang tak mungkin bisa di capai tanpa kondisi keimanan kita sendiri. Itulah salah satu hikmah yang terkandung dalam firman Allah swt, surat Al Anfal ayat 63: “Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang ada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka. Akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka.”

Perhatikan bagaimana Allah swt menegaskan, bahwa dunia seisinya sekalipun tak mungkin bisa menipu pertautan hati karena Allah swt. Artinya, pertautan hati karena selain Allah swt tidak akan bisa mempersatukan hati manusia.

Saudaraku,
persaudaraan karena Allah, adalah syarat kita mencapai surga. Seperti disabdakan Rasulullah saw, “Kalian tidak akan masuk surga kecuali bila kalian beriman. Dan kalian tidak beriman sampai kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang bila kalian lakukan, kalian bisa saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian.” Bahkan di hari kiamat kelak, akan ada suara yang memanggil orang-orang yang bersaudara karena Allah swt. Rasul saw bersabda, ”Sesunguhnya Allah swt berfirman di hari kiamat: ”Di manakah orang-orang yang saling mencinta karena Keagungan-Ku. Hari ini akan Aku naungi mereka di bawah naungan-Ku pada hari tidak ada naungan kecuali naungan-ku.”(HR Enam Imam).

Saudaraku,
Ini adalah seruan hati. Untuk siapa saja di antara kita yang memiliki hati yang bisa disentuh oleh kecemburuan karena agama Allah. Mari kita menjadi hamba-hamba Allah yang bersaudara. Ucapkanlah saudaraku, ”Aku mencintaimu karena Allah”
Kita memohon kepada Allah, untuk menghimpun kita di surga Firdaus yang tinggi. Dan agar menjadikan perhimpunan yang dipenuhi kasih sayang. Sedangkan perpisahan kita setelahnya adalah perpisahan yang bersih dari dosa. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Muhammad, keluarga dan para sahabatnya

Kamis, 27 Agustus 2009

Marhaban Yaa Ramadhan 1430 H

Marhaban Yaa Ramadhan 1430H
(Warkah teruntuk Saudaraku se Iman)

ﻪﺘﺎﻜ ﻪﺘﺎﻜﺮﺒﻮﷲﺍﺔﻤﺤﺭﻮ ﻡﻜﻴﻠﻋﻢﻼﺴﻠﺍ

Saudaraku,
Maha Bijaksana Dia.
Yang memekarkan pelangi di hujan pagi.
Yang senantiasa menghujani hambaNya dengan deraian rahmat.
Sehingga daku bermandikan rahmat selalu.
Harapanku engkaupun kuyup2 rahmat pula hendaknya.

Saudaraku,
Waktu............................
Datang terasa singkatnya, pergi terasa cepatnya.
Tiba-tiba Ramadhan sudah akan tiba.
Namun?.apakah kita sudah mempersiapkannya,
sesuai dengan tuntunan Rasulullah ?
yang bergembira disaat kan jumpa dengan Ramadhan,
dan berharap diakhir Ramadhan, bukan lapar dan dahaga yang kita raih
tapi meraih taqwa dihadapan Allah SWT.

Saudaraku,
Orang Shalih (Ka’ab bin Malik radhiyallahu ’anhu) memberi nasehat :
Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan seraya berjanji pada dirinya,
bahwa setelah Ramadhan berlalu ia tidak akan bermaksiat kepada Allah,
maka ia akan masuk surga tanpa pertanyaan dan hisab
Begitupun yang dituturkan oleh Ibnu Qayyim,
betapa Rasul bila masuk ke bulan Ramadhan, sangat memperbanyak ibadah,
menderas Al-Qur?an dihadapan Jibril, sangat dermawan,
banyak bersedekah, dan banyak berbuat kebaikan, shalat dan dzikir.

Saudaraku,
Ditengah keheningan malam,
Cobalah berdialog dengan diri ini.
Apakah kita benar-benar seorang mukmin?
Bila kita tidak menunaikan apa yang difardhukan Allah,
tidak mentaati ajaran-Nya,
dan tidak menjauhi larangan-Nya,
seperti tercantum dalam Al-Qur?an,
maka koreksilah iman kita.

Apakah kita benar-benar mengimani adanya Surga?
Sekiranya mengimaninya,
mengapa kita begitu lalai dalam beramal,
dan tidak berusaha menjadi penghuni-Nya?
Adakah kita beriman dengan adanya Neraka?
Mengapa kita tidak bersungguh-sungguh,
meninggalkan jalan-jalan yang menuju neraka?
Setelah itu........Saudaraku,
Adakah kita beriman dengan adanya Allah yang tunggal?
Mengapa tidak berusaha mencari keridhaan-Nya
dan tidak meninggalkan keta?atan kita,
pada orang-orang yang durhaka pada-Nya?
Mengapa kita tidak mematuhi Allah,
tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu selain-Nya?

Saudaraku,
Setiap kali kita merancang keinginan, menata harapan, untuk hari yang akan datang, selalu saja kita menginginkan agar kondisi kita lebih baik.
Kita ingin keadaan kita lebih baik dalam keislaman, dalam hubungan dengan Allah, dalam hubungan dengan orang lain, dalam berusaha, dalam berkeluarga dan lain sebagainya.
Selalu saja kita menginginkan sesuatu yang lebih baik di hari esok, sementara proses menata mimpi dan harapan itu yang ternyata tidak kita jalani dengan baik. Kesalahan kemarin, yang ingin diperbaiki, seringkali dengan alasan beragan,gagal untuk bisa tetap dijauhi. Kita pun gagal dan gagal lagi.
Bila dikaitkan dengan momentum kehadiran bulan Ramadhan yang sebentar lagi akan hadir dihadapan kita, semua kita menginginkan Ramadhan tahun ini, bisa kita isi dengan ragam ibadah yang lebih baik dari Ramadhan kita ditahun sebelumnya.
Kita pasti menghayalkan bagaimana kesejukan jiwa, kekhusyu?an hati, ketentraman dan kedamaian hidup di bulan Ramadhan yang akan datang. Kita, umumnya juga menyesali berbagai kekurangan di Ramadhan lalu, yang akan diperbaiki di Ramadhan esok.

Saudaraku,
Barakallah, semoga Allah memberkahi semua keinginan dan cita-cita luhur kita itu. Semoga Allah SWT memberi kekuatan kepada kita untuk menjalani Ramadhan sesuai yang kita inginkan. Semoga Allah swt menghamparkan jalan-Nya menuju surga melalui Ramadhan yang akan kita jalani sebentar lagi.

Saudaraku,
Kitab Al Qur’an yang mulia penuh bimbingan kepada kita,
penghidup hati dan pikiran kita,
pencerah dan pemompa motivasi kita,
penunjuk jalan hidup kita, penyejuk jiwa-jiwa kita,
pemberi info siapa saudara dan musuh kita.
Kitab itu terhampar dihadapan kita,
apa yang sudah kita lakukan!
Adakah kita membacanya ?
Adakah kita mentadaburinya ?
Adakah kita menghafalnya ?
Adakah kita mengamalkannya ?

Saudaraku,
Jangan sia-siakan perjumpaan kita di Ramadhan kali ini.
Rasakan benar kehadiran kita disini, di bulan Ramadhan.
Lantunkan dzikir, tilawah Al-Qur?an,
bermunajat, permohonan ampun disini,
lempar kepenatan, hilangkan rasa lelah.
Kejarlah segala yang terluput dari diri kita,
Karena kita pun tak kuasa........
Ternyata kita jumpa Ramadhan tahun ini
”Inilah bulan ketika kamu diundang menjadi tamu Allah dan dimuliakan oleh-NYA. Di bulan ini nafas-nafasmu menjadi tasbih, tidurmu ibadah, amal-amalmu diterima dan doa-doamu di ijabah . Bermohonlah kepada Allah Rabbmu dengan niat yang tulus dan hati yang suci agar Allah membimbingmu untuk melakukan puasa dan membaca Kitab-Nya.” (HR. Ibnu Khuzaimah)

Saudaraku,
Semoga Allah melindungi kita,
untuk senantiasa mampu bermunajahadah meraih rida-Nya
dan terhindar dari sabda Rasulullah saw :
”Roghima ’anfu man adrokahu Ramadhan falam yughfar lahu”
(celakalah dan menyesal orang yang mendapatkan kesempatan hidup
di bulan Ramadhan dan ia tak beroleh ampunan).

Saudaraku,
Kututup warkah ini.
Ini hanyalah nafas yang mewarnai hidup kita.

ﻪﺘﺎﻜ ﻪﺘﺎﻜﺮﺒﻮ ﷲﺍﺔﻤﺤﺭﻮ ﻡﻜﻴﻠﻋﻢﻼﺴﻠﺍﻮ

Jumat, 07 Agustus 2009

46 Tahun Indonesia Merdeka


bulan Agustus, bagi bangsa Indonesia adalah bulan yang sangat bersejarah karena pada bulan tersebut di proklamirkannya kemerdekaan bangsa Indonesia...............bulan Agustus tahun ini genap sudah usia kemerdekaan bangsa ini yaitu 46 tahun.

Setiap memasuki hari perayaan 17 Agustus, seluruh warga menjadi sibuk.........ada yang ngadain berbagai macam lomba; ada futsal, badminton, bola volli, tenis meja dan catur. Bahkan ada yang disiapkan khsus untuk hari H-nya...............perlombaan yang unik2 untuk anak2, remaja dan para ortu, pokonya dijamin ketawa geli tapi nggak seperti alm. mbah Surip lho ketawanya.

Dari tahun2 ke tahun sepertinya monoton dalam menyambut kemerdekaan bangsa ini, hanya sebatas pada perlombaan dan upacara. Nyatanya bangsa ini belum 100% merdeka, kita bisa lihat seharian dalam kehidupan masyarakat, bagaimana orang yang punya kuasa, punya uang dengan mudahnya menindas kaum yang lemah, dengan mudahnya membolak balikkan hukum dimata kaum yang lemah.
Kehidupan tidak lagi seimbang, karena aset bangsa sudah banyak yang pindah tangan menjadi milik bangsa asing, orang dengan mudahnya memakan uang negara, melakukan korupsi tanpa ada rasa takut sedikit pun akan datangnya azab ALLAH swt...yang tak pernah luput.

Orang pintar gagal sekolah lantaran tak ada biaya.
Orang bodoh dengan mudah masuk sekolah favorit lantaran uangnya segepok.
Kemaksiatan semakin merajalela
Kejahatan semakin mudah mengintai kehidupan kita
Penyimpangan terhadap agama semakin berani
Bencana silih berganti sepanjang tahun

Doom!! apakah ini hadiah 46 tahun kemerdekaan kita?

Jumat, 31 Juli 2009

T a k u T................. huhhhhh seram?

Takut selain kepada Allah adalah suatu penyakit batin yang sangat dibenci Allah. Takut juga mencirikan bahwa orang yang terjangkit sedang mengalami krisis akidah atau keimanan yang kronis. Jika seseorang terjangkit penyakit ini, bukan hanya suatu persoalan saja yang ia takuti, justru Allah menumbuhkan dengan ketakutan-ketakutan yang lain (Al Hadits).
Penyakit ini sangat berbahaya. Bahayanya pun tidak terbatas pada si pasien, melainkan juga bai orang-orang di sekelilingnya. Karena, dampak langsung dari penyakit ini, akan memunculkan tindakan-tindakan tolol si pasien yang justru menjerumuskan diri dan masyarakat sekitarnya. Apalagi, jika yang sedang terjangkit adalah para pemimpin, ulama, pengusaha, dan orang-orang berpengaruh lain di suatu masyarakat. Atau bisa jadi orang kecil seperti kita?
Al Qur'an telah mengungkapkan bagaimana dampak buruk yang ditimbulkan dari hanya sebuah penyakit takut yang menimpa seorang pemimpin yang bernama Firaun. Karena ketakutan akan ramalan tentang kejatuhannya. Akhirnya, Firaun membunuh seluruh anak laki-laki rakyatnya. Begitu pun yang pernah dialami Qorun, seorang konglomerat di zamannya. Karena ketakutannya, ia menimbun sebagian besar kekayaannya dan tersebar di seluruh pelosok negeri. Akibatnya, seluruh kekayaan terpusat pada dirinya dan menyisakan kemiskinan di sekitar masyarakatnya.
Dari pelajaran sejarah tersebut, tidak tertutup kemungkinan penyakit tersebut melanda masyarakat kita saat ini. Bagaimana kita tahu bahwa harta yang tersimpan di luar negeri oleh sebagian pengusaha kita berjumlah milyaran dolar AS. Dan bahkan melebihi dari jumlah devisa negara yang berpenduduk lebih kurang 200 juta jiwa. Hal ini kalau bukan takut, alasan apalagi yang membuat mereka sampai saat ini tetap bungkam. Mereka takut miskin, sementara mereka paling kaya dimasyarakatnya.
Mudah-mudahan penyakit yang berbahaya ini tidak menimpa para ulama kita. Karena seharusnyam dalam kondisi krisis seperti ini, ulamalah yang semestinya maju paling depan untuk menyerukan amar ma'ruf nahi munkar. Dan bukan sebaliknya: mencari selamat di tengah umat yang gawat.
Buat kita, mudah-mudahan hati-hati kita tidak dihinggapi penyakit takut akan kehilangan rezeki, takut akan miskin, dan takut-takut yang lain.
Yang menyebabkan kita melakukan suatu tindakan yang berlawanan dengan nilai-nilai keimanan kita.

Rabu, 22 Juli 2009

K I D U N G CintA


”Ketika dia mengatakan menyukaimu, pada saat itulah persaudaraan selesai”, kata Oemar seenteng kapas. Aminah terpana, semudah itukah?. Ah!, Oemar tak akan pernah mengerti, ................. semua orang takkan pernah mengerti, seperti dirinya yang tak pernah mengerti kenapa persaudaraan yang sudah berjalan begitu lama harus pupus hanya karena Iqbal punya perasaan lain. Aminah sangat marah, ia merasa di khianati, ternyata Iqbal tidak jujur selama ini, dan tak ada kebencian yang melebihi dari pada semua itu.

”Kau punya hak untuk membencinya, tapi Iqbal juga punya hak untuk menyukaimu, kau harus sadari itu” lanjut Oemar. Untung hari sudah temaram, hingga Oemar tidak tahu bara dimata Aminah, kalau saja mata itu bisa membakar, mungkin padang rumput didepan mereka akanmeranggas. Tiba-tiba saja Aminah merasa bosan bersahabat dengan Oemar.

Aminah merenung, kalau Oemar yang sudah dianggap sahabat terdekatnya saja nggak bisa diajak kompromi lalu siapa lagi yang bisa diajak ngomong, untung ia masih bisa berbagi rasa dengan lagu-lagu Raihan, walaupun dalam bentuk bentuk benda mati, setidaknya ada damai disetiap ia mendengar Raihan bersenandung. Tiba-tiba Aqminah jadi ingat Ghiffari, senyum tipis menghiasi bibirnya.


Setiap mengingat Ghiffari, seakan ada badai dihatinya, anehnya ia menyukai itu. Hanya Ghiffari yang memiliki ”Great Point” diantara sekian orang yang dikenalnya, tapi untuk memiliki Ghiffari?, membayangkan saja Aminah tak berani. Banyak hal yang membuatnya merasa asing setiap berhadapan dengan Ghiffari. Pucuk-pucuk cemara didepannya meliuk-liuk diterpa angin sore, sementara beberapa daunnya jatuh entah kemana.


Aminah makin menerawang, kalau saja aku diberi kesempatan untuk memilih?, keluhnya. Kadang, kalau membutuhkan sesuatu sepertinya sia-sia, sementara mencoba menikmati apa yang sudah begitu susahnya, mata Aminah terasa panas. Alangkah susahnya membelokkan sebuah asa yang terlanjur membatu, alangkah sulitnya menghancurkan sebuah rentang yang terlanjur membeku. Mungkin Ghiffari hanya sebuah kidung, kidung yang tak pernah selesai.


Minggu, 19 Juli 2009

Mengabadikan Senandung CINTA Teruntuk Istriku


Apa yang Anda rasakan ketika berhadapan 'pertama kali' dengan istri atau suamimu? Segunung gerak kejiwaan yang susah terlukiskan. Karena semuanya serba mendadak. Kita harus bersanding dengan pasangan hidup kita. Sosok yang belum pernah kita kenal sebelumnya. Lalu, bertahap kita menemukan bahwa dalam dirinya tersimpan misteri yang belum terungkap.

Pernikahan menggiring kita untuk tidak lagi berdiri terpaku dalam angan-angan. Pernikahan menyadarkan kita tentang kenyataan hidup bahwa kekasih kita sesungguhnya menyimpan misteri yang harus kita singkap, karena memendam potensi yang harus kita kembangkan, dan terkadang memunculkan sisi-sisi tertentu yang menuntut kesabaran.
Cinta dan kerinduan kepada keluarga, istri dan anak-anak, selalu menempati posisi paling penting dalam diri siapa saja. terlebih bagi mereka yang menyadari bahwa kesuksesan aktivitas apapun : kerja, dakwah, bisnis, dan sebagainya selalu memiliki akarnya dalam keluarga. Mungkin inilah yang dapat kita pahami dari doa yang kita panjatkan kepada Allah Ta'ala. Robbana hablana min azwajina wadzurriyyatina qurrata a'yuun waja'alna lilmuttaqiina imamaa (Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa). (QS. Al-Furqan [25]:74).
Memelihara cinta bukanlah perkara yang mudah dan sederhana. Ia membutuhkan kehadiran banyak hal dari dalam diri kita. Ia menghajatkan ketulusan jiwa kita, kejernihan pikiran kita, kesabaran kita, sikap lapang dada kita untuk menanggung gelombang kehidupan. Namun, ia juga merindukan datangnya perhatian tulus yang diberikan oleh para kekasih.
Perjalanan hidup setiap manusia dalam membina mahligai rumah tangga tentunya punya ciri yang berbeda. Dimana didalamnya tentu akan ditemukan RAHASIA CINTA, rahasia tentang kebutuhan cinta. Kebutuhan jiwa dari kekasih kita. Kebutuhan untuk diperhatikan dan didengarkan. Karena ia tidak hanya sekedar hubungan formal yang resmi antara seorang pria dan wanita. Lubuk jiwa mereka yang paling dalam terdapat kebutuhan yang harus dipenuhi. Kebutuhan jiwa yang dahaga, yang membutuhkan sepotong waktu yang dimiliki sang kekasih untuk diberikan kepadanya. Waktu yang tidak sekedar putaran jarum jam, tetapi waktu yang bermakna perhatian terhadap cinta keduanya. Sepotong waktu adalah bagian dari kebenaran, seperti yang dijelaskan Allah ta'ala. "Bergaullah dengan mereka secara makruf" (QS. An-Nisaa': 19). Dalam hal ini diantaranya adalah kemampuan untuk memberikan perhatian istimewa, mendengarkan secara aktif, membangun suasana romantis, dan menciptakan canda-canda segar.
Itulah sepenggal kebutuhan jiwa seorang kekasih. Yaitu kebutuhan untuk mendapatkan kelegaan hati. Mereka butuh di dengarkan. Bahkan, mereka terkadang tidak membutuhkan solusi. Mereka membutuhkan ruang untuk bercerita, membutuhkan waktu untuk bersama kekasihnya.
Di sinilah kita menemukan makna yang dalam dan luas dari ungkapan Rasulullah shallahu 'alaihi wa sallam, "Sebaik-baik kamu adalah yang paling baik dalam bergaul dengan istrinya, dan aku adalah yang paling baik di antara kamu dalam bergaul dengan istri". (HR. Bukhari).
Dan dalam suatu riwayat oleh Aisyah. Nabi shallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda, "Jika kalian telah selesai tugas di luar rumah, maka cepatlah kembali ke istrimu. Karena itu sangat besar pahalamu." (HR. Al Hakim).
Akhirnya, rumah menjadi taman rekreasi kita. Di dalamnya bertabur bunga-bunga. Kita sendirilah penanamnya, tentu bersama kekasih kita.
KEMBALI KE RUMAH, KEMBALI PADA CINTA.