Minggu, 25 September 2011

MANASIK HAJI KU MENUJU BAITULLAH #1

Rasa syukur kepada Sang Pencipta Jagat Raya ini senantiasa terucapkan oleh ku dan rasa Rindu terhadap rumah MU semakin hari semakin membuncah. Hal ini senantiasa mengiringi langkah-langkah hidupku semenjak aku mendapatkan informasi, bahwa tahun ini (2011) aku dan istri mendapat panggilan untuk berangkat haji. Alhamdulillah.

Merupakan kesempatan emas bila kita diberi rezeki oleh Allah untuk bisa mengunjungi rumah-Nya dengan melaksanakan ibadah haji. Maka barangsiapa yang menyadari akan kehambaan dirinya kepada Allah swt. dia akan bersegera melaksanakan ibadah ini ketika segenap kemampuan dibuka oleh-Nya. Tidak mungkin seseorang mencapai kebahagiaan tanpa bersungguh-sungguh ikut tuntunan-Nya apapun kekayaan, harta, jabatan yang dia punya dia pasti akan tetap meronta-ronta dalam kegelisahan jika menjauh dari Allah swt.

Aku dan istri mulai mempersiapkan diri, terutama adalah mempelajari ilmu tentang pelaksanaan haji & umrah. Banyaknya cerita dari sahabat, rekan dan saudara yang telah berhaji lebih dulu memberikan satu pengalaman yang membuat kami lebih bijak dalam mempersiapkan segala sesuatunya. 
Aku mulai membeli buku-buku tentang panduan manasik haji dan umrah serta beberapa buku pengalaman saat di tanah suci. Semua ini ku lakukan agar apa yang nantinya kami laksanakan sejak di tanah air hingga di tanah suci dan kembali lagi ke tanah air adalah benar sesuai tuntunan Rasulullah SAW. Karena kami berprinsip bahwa ibadah haji ku yang pertama semoga mempunyai kualitas yang baik di hadapan Allah SWT.

Dan yang tak kalah pentingnya adalah mempersiapkan anak-anak yang akan aku tinggalkan selama menjalankan ibadah haji. Kesibukanku sebagai seorang karyawan di sebuah perusahaan telekomunikasi yang lokasinya cukup jauh, mengharuskanku berangkat pagi dan pulang hingga sampai rumah sudah larut malam. Tadinya aku berpkir, ini bukanlah persoalan besar. Apalagi, nantinya ada kakak iparku yang akan menjaga dan memperhatikan kebutuhan anak-anakku selama aku dan istri pergi melaksanakan ibadah haji. 

Ternyata, biar aku seorang lelaki......mendekati hari keberangkatan, hati ini semakin gundah. Karena aku baru menyadari, bahwa ini adalah pergi untuk waktu yang sangat lama. Hampir satu bulan setengah. Karena selama ini kepergianku meninggalkan anak-anak dalam urusan kantor paling lama adalah hanya lima hari.
Dialog-dialog ku bersama istri dengan anak-anak ternyata membuat semangat dan menumbuhkan keikhlasan untuk melaksanakan ibadah haji hanya karena Allah SWT.

Satu hal yang harus dilakukan saat berdialog dengan anak-anak adalah utarakan hal-hal yang positif tentang ibadah haji, jangan memberi kesan susah, sedih, atau cerita-cerita yang membangkitkan rasa gundah di hati mereka. Sebaiknya kita ajak untuk memahami tentang kewajiban melaksanakan rukun Islam yang kelima ini dan agar di beri pengertian tentang apa saja yang akan dilaksanakan di tanah suci nanti.

Aku dan istri juga menemui guru sekolah anak-anakku, aku jelaskan bahwa kami akan pergi melaksanakan ibadah haji dan kami sampaikan juga siapa yang menjaga anak-anakku di rumah. Sehingga, mereka tahu bahwa kami tidak ada dan bila ada hal-hal yang perlu pengetahuan orangtua, mereka bisa tahu siapa yang bisa dihubungi.

bersambung......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar