Rabu, 18 Maret 2009

Menyongsong Kematian


"Bagaimana (bisa) kamu kufur kepada Allah, padahal dahulunya kamu mati, lantas ia hidupkan kamu, kemudian Ia matikan kamu, kemudian Ia akan hidupkan kamu, kemudian kepada-Nyalah kamu akan dikembalikan." (QS al-Baqarah: 28).


Bahwa semua orang pasti akan mati, merupakan fakta yang tak dapat dipungkiri. Juga kenyataan bahwa kita tak mungkin menghindari atau berlari dari kematian. Sesuai dengan firman Allah yang artinya, : "Katakanlah,'Bahwasanya kematian yang kamu berlari darinya, sesunguhnya akan menemuimu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada Dzat (Allah) yang mengetahui hal-hal yang ghaib dan nyata, lalu ia khabarkan kepadamu apa-apa yang telah kamu kerjakan." (QS. Al Jumu'ah: 8).


Walau kematian adalah ghaib, kita tetap dapat berikhtiar untuk mendapatkan proses kematian, cara kematian dan akhir kehidupan yang baik sesuatu dengan yang kita cita-citakan. Bukankah Allah SWt berfirman dalam QS. Ali Imran: 102 yang artinya. "Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu dngan sebenar-benarnya taqwa dan janganlah kamu mati melainkan dalam keadaan Islam (sebagai muslim yang tunduk dan berserah diri pada Allah)."

Tidakkah kita sadari isyarat tersebut bahwa Allah melarang kita mati dalam keadaan yang buruk dan menyuruh kita mati dalam keadaan yang baik.


Upaya-upaya yang dapat kita lakukan agar senantiasa ingat mati (dzikrul maut) dan siaga menghadapi kematian adalah dengan sesering mungkin menjenguk dan mendampingi orang yang sedang sakaratul maut (dalam proses kematian), ta'ziyah (menjenguk) ke tempat orang yang meninggal dan ziarah kubur.


kita akan bisa mengambil hikmah, ibrah (pelajaran) dari berbagi proses kematian yang dialami oleh beragam manusia. Ada orang yang menemui kematiannya seusai shalat, sedang dalam perjalanan dakwah atau saat melaksanakan ibadah haji di tanah suci. sebaliknya ada orang yang menemui maut saat sedang hura-hura di diskotik.

Semuanya itu, seyogyanya memotivasi kita untuk mendapatkan kemudahan dalam proses kematian dan menggapai husnul khatimah (akhir kehidupan yang baik). Dalam satu hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik Ra, Rasulullah SAW bersabda, "Jika Allah menghendaki kebaikan terhadap seorang hamba, maka hamba itu akan diperalat-Nya." Tanya salah seorang sahabat, "Bagaimana cara Ia memperalat hamba tersebut?" Ujar Nai SAW, "Diberi-Nya taufiq untuk melakukan amal shalih sebelum maut, lalu dicabut-Nya nyawanya." (HR. Ahmad, Turmudzi, Hakim dan Ibnu Hibban).


Kondisi Husnul Khatimah tersebut jelas tergambar dalam kehidupan Rasulullah SAW. Beliau terlihat begitu sibuk menuntaskan berbagai kerja besar termasuk memberikan khutbah yang berisi amanah-amanah penting bagi umatnya disaat haji Wada', sampai akhirnya beliau wafat.


Dalam QS. 67:2, Allah SWT berfirman, "Ia yang menjadikan kematian dan kehidupan untuk menguji kamu, siapakah diantaramu yang lebih baik amalannya dan Ialah Yang Maha Perkasa dan Maha Pengampun." Dari ayat ini, kita pahami bahwa Allah menciptakan kehidupan dan kematian sebagai sarana penguji. Setiap manusia akan dinilai bagaimana jatah usianya dihabiskan.


Menyongsong kematian dan bukan berlari darinya, itulah yang harus kita lakukan. Karena jika berlari dari kematian, kita tidak akan pernah bersiap-siap menghadapinya padahal ia sesuatu yang pasti datang. Dan cara terbaik dalam menyongsong kematian adalah dengan menjalani kehidupan yang penuh diwarnai dengan kebajikan. Mereka yang beriman, beramal shalih dan senantiasa mengisi kantung bekalnya dengan takwa adalah mereka yang bersikap benar dalam menyongsong kematian.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar