Rabu, 08 April 2009

Cuek is The Best


Pagi ini (9409) aku nggak seperti biasa dengan vespa tahun 1997 menuju stasiun Bekasi, tapi kali ini aku harus naik ojek. Pagi yang masih terlihat bekas hujan semalam, aku dengan "ojek" melintas di jalan Agus Salim Bekasi. Sedang asik2nya duduk di belakang bang ojek, kulihat sepeda motor melintas didepanku. Bukan sepeda motornya ataupun siapa pengandaranya, yang menggelikan dan membuat anganku bertanya2 adalah tulisan dibelakang kaos orange yang dikenakan pengendara tersebut. Sudah hurufnya super gede dan tulisannya itu loh......."CUEK Is THE BEST".


Sebenarnya sih nggak kaget2 amat karena kita mungkin sering mendengar kata2 tersebut seperti "Cuek Is The Best", EGP=Emang , Masa BodoGue Pikirinh, Bukan Urusanku.


Namun bisa pula ungkapan-ungkapan ini justeru memang lahir dari rahim individualisme yang mengekspresikan sikap tidak mau tahu, ketidakpedulian dan mementingkan diri sendiri (egosentris). Kulihat hari ini, pola pikir seperti ini sepertinya sudah mewabah dilingkungan masyarakat kita. Karena sadar atau tidak sadar, individuliasme mulai banyak terserap dan menyusun karakter manusia modern akibat pengaruh lingkungan dan gaya hidup. Sehingga gaya dan perilaku mementingkan diri sendiri dan masa bodoh kian hari kian mengental.


Dalam persepsi manusia individualis, masing-masing orang memiliki kebebasan dan kepentingan sendiri yang terpisah dan bebas. Karena prinsip yang dipegang adalah, apapun yang dilakukan, yang penting tidak mengganggu orang lain dan biarlah masing-masing orang mengurus diri dan kepentingannya.


Lalu, apakah akibat dari pola pikir individualis, cuek bebek dan egoisme akan mengikis empati dan kepedulian dalam diri. Melapukan serat-serat ukhuwah, membunuh rasa kasih sayang dan menambah lebar jurang perpecahan. Contoh yang sering kita lihat disekeliling kita adalah saat seseorang terbaring sakit, dalam sudut hatinya ada keinginan agar teman dan saudara-saudaranya saling mengabarkan kondisinya lalu menjenguk. Walau hanya sekedar menjenguk. Dan ada sesuatu yang akan mengganjal jika ternyata banyak yang cuek dan tak ambil peduli. Dan bukan mustahil, ganjalan hati tersebut akan menjadi virus pemicu keretakan ukhuwah.


Dalam skala yang lebih besar, negara misalnya, individualisme dan egoisme akan memunculkan pejabat-pejabat negara yang serakah dan sangat masa bodoh. Sudah tepatkah pilihan kita terhadap anggoda dewan yang kita pilih kemarin (9 April 2009). Padahal tugas utama pejabat adalah memperhatikan rakyat dan menyejahterakan mereka. Lalu apa jadinya jika mereka malah mementingkan diri sendiri dan cuek terhadap nasib rakyat?



Pola pikir individualisme, cuek bebek dan egoisme akan mengikis empati dan kepedulian dalam diri. Melapukan serat-serat ukhuwah, membunuh rasa kasih sayang dan menambah lebar jurang perpecahan. Misalnya, saat seorang terbaring sakit, dalam sudut hatinya ada keinginan agar teman dan saudara-saudaranya saling mengabarkan kondisinya lalu menjenguk. Meski hanya sekedar menjenguk. Dan ada satu yang akan mengganjal jika ternyata banyak yang cuek dan tak ambil peduli. Dan bukan mustahil, ganjalan hati tersebut akan menjadi virus pemicu keretakan ukhuwah.


Demikian buruknya individualisme hingga dalam beberapa nash syariat perilaku ini mendapat banyak kecaman. Sebaliknya, syariat secara langsung maupun tidak mengajarkan agar umat ini menjadi umat yang peka, penuh empati dan tidak individualisme; anjuran menjenguk orang sakit, salam dan berjabat tangan, mengutamakan orang lain, sedekah dan lain sebagainya.
Karenanya marilah belajar menajamkan empati dengan mengamalkan berbagai hal diatas, atau bias juga engan berkunjung ke panti asuhan, membantu langsung ke tempat terjadinya bencana alam dan lain sebagainya. Semoga Allah menumbuhsuburkan rasa empati dalam diri kita semua, agar hidup kita lebih bermakna bagi orang lain. Bukankah dibenak kita masih ingat apa yang diucapkan ustad kondang asal Bandung "Aa Gym" dengan formula 3Mnya - Mulai diri sendiri, Mulai dari yang kecil, Mulai dari lingkungan kita.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar