Rabu, 21 Juli 2010

Mengenang Ramadhan Kita

Saudaraku,
Mari mengingat-ngingat Ramadhan kita. Duduk terpekur dalam hening dan sepi. Di sini. Tentang apa yang pernah kita lakukan di bulan itu. Tentang ruang-ruang waktu saat sahur, ketika kaki mengetuk jalanan menuju masjid, saat membaca huruf demi huruf Al Qur'an yang lebih banyak dari biasanya. Keteduhan hati, ketenangan jiwa, dan ketentraman yang menyergap segenap tubuh kita dalam menjalani jenak-jenak puasa di siang hari yang menyebabkan bibir dan tenggorokan kering, karena Allah SWT.Juga, tentang apa yang lalai kita lakukan di bulan itu. Tentang sikap membuang-buang waktu dalam urusan dalam urusan yang tak ada hubungannya dengan kemuliaan bulan Ramadhan. Tentang perilaku menunda-nunda amal shalih. Tentang kemalasan yang ada dalam menjalani ketaatan. Kita saat itu sedang didatangi tamu mulia yang kedatangannya kita rindukan.
Namun tak terasa....ternyata sudah setahun meninggalkan kita, kita yang ditinggalkan telah kembali menapaki perguliran pagi, siang, petang dan malamseperti bulan-bulan sebelumnya., dan ternyata dua minggu lagi Ramadhan kan menjelang kembali di kehidupan kita, InsyaAllah.

Saudaraku,
Apakah dosa-dosa kita diampuni dalam limpahan rahmat Allah SWT yang tak terhingga di bulan yang telah setahun meninggalkan kita?Diamlah saudaraku, merenunglah dan berkatalah pada diri sendiri tentang jawabannya. Bagaimana kondisi kita pada hari ini?

Hampir seluruh peristiwa dalam hidup ini memiliki musimnya sendiri. Sebagaimana cuaca yang memiliki musim panas, musim dingin, musim hujan dan semacamnya. Juga, peredaran bumi yang mengelilingi matahari sehingga memunculkan waktu pagi, siang dan malam. Binatang mempunyai musim kawin, musim perpindahan dari satu tempat ke tempat lainnya, musim perburuan makanan dan semacamnya. Manusia, juga melewati musim-musim tertentu dalam hidupnya menyesuaikan cuaca yang mengiringi kondisi mereka. Maka, ketaatanpun memiliki musimnya sendiri. Yakni, bulan Ramadhan itu.

Saudaraku yang terkasih,
Abu Sulaiman Khalid bin Al Walid mempunyai pilihan waktu sendiri yang menjadi musim ketaatannya. Ia pernah mengatakan bahwa di muka bumi ini tak ada malam yang paling ia dambakan bahkan melebihi malam pengantin, yakni ketika ia berada di malam yang dingin dalam slah sebuah ekspedisi jihad di jalan Allah SWT lalu di pagi harinya berhadapan dengan musuh. (HR Abu Ya'la). Itu karena Abu Sulaiman memahami apa kewajiban waktunya, apa musim ketaatan yang lebih penting ia kerjakan sesegera mungkin di saat itu. Itu juga sebabnya Abu Hurairah ra menyifatkan para sahabat Rasulullah saw dengan ungkapan, "Mereka orang-orang yang sangat serius dalam mengejar suatu kebaikan". Jika mengetahui ada suatu kebaikan, mereka berlomba untuk segera melakukannya. Mereka sangat memahami apa yang dikatakan oleh Ats Tsa'labi, "Bahwa kemalasan dan kebahagiaan itu takkan pernah bertemu".

Saudaraku,
Mari menilai diri kita, apakah kita termasuk orang-orang yang berlomba-lomba melakukan kebaikan di bulan Ramadhan tahun lalu? Apakah dosa-dosa kita diampuni Allah setelah melewati hari di bulan suci? Ya Allah, hindari kami termasuk dari orang-orang yang digolongkan dalam do'a Jibril yang di amin kan oleh Rasul kami saw.Hadirkan lagi Rasulullah saw, tentang orang-orang yang terhalang dari kebaikan di bulan Ramadhan. Saat awal memasuki Ramadhan, Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya bulan ini telah datang kepada kalian. Barang-siapa yang terhalang darinya maka ia telah terhalang dari kebaikan semuanya." (HR Ibnu Majah, dihasankan oleh Al Albani).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar