Jumat, 25 September 2009

BERSYUKURLAH ALLAH MENEGUR KITA

Bersyukurlah pada Allah bila hati kita masih kerap mencela diri atas kemaksiatan yang dilakukan. Sebab itu adalah tanda bahwa kita masih memiliki hati seorang mukmin yang memang harus merasa sakit oleh kemaksiatan. Hal ini merupakan sinyal, bahwa hati ini masih cenderung pada fitrahnya yang bersih dan menolak kekotoran, lalu menyeru agar segera kembali kepada Rabbnya.
Ada dua cara Allah SWT menegur dan mengingatkan hamba-Nya yang melakukan kesalahan. Karena banyak terjadi, sekedar kegelisahan atas dosa dan sekedar rasa sakit dalam jiwa terhadap kemaksiatan, tidak cukup membuat perubahan yang membuat seorang hamba meninggalkan dosa dan kemaksiatan itu. Itulah sebabnya, Al Qur'an menyebut ada noda-noda hitam yang terus menerus menyelubungi hati dengan istilah ar raan. Noda-noda hitam itu adalah dosa dan kemaksiatan karena seseorang terus menerus melakukannya hingga akhirnya menggelapkan hatinya.
Maka, bersyukurlah bila Allah SWT masih menegur kita dengan sesuatu yang menyakitkan, tapi lalu hal itu membuat kita terhenyak dan sadar. Bersyukurlah kepada Allah SWT, bila kita masih merasakan pengingatan dari Allah SWT, dengan suatu keadaan yang memukul hati. Tapi hal itu kemudian melahirkan ketundukan pada keagungan Allah SWT, menyadarkan perasaan faqir terhadap kuasa Allah SWT, membuat kita mengerti tentang ketidakberdayaan di hadapan kebesaran Allah SWT yang selama ini sering tertutup oleh kesombongan, perasaan aman atau keadaan kita yang stabil. Artinya, kita menjadi tidak kenal dengan diri sendiri seperti perkataan ahli hikmah Qiss bin Saadah, "Sebaik-baiknya pengenalan seseorang adalah pengenalannya terhadap diri sendiri. Sebaik-baiknya ilmu adalah ilmu yang mengajarkan seseorang mengerti tentang kadar ilmunya."
Mungkin kita pernah merasakan kesedihan tanpa alasan yang kita tahu. Atau, pernah merasa sakit tanpa sebab. Atau, merasa asing di tengah keramaian dan di tengah keluarga, merasa terancam di tengah banyaknya teman, merasa bosan di tengah berbagai kemudahan. Semua itu menandakan bahwa hati kita memang sedang sangat butuh dan sangat memerlukan kedekatannya dengan Allah SWT. Kita memang tidak mungkin jauh dari Allah SWT. Kita, tak mungkin bisa tenang tanpa tambatan hati kepada Allah SWT. Karena jiwa akan terus mencari sesuatu yang membuatnya tenang dan nyaman. Dan ketenangan dan kenyamanan itu sesungguhnya hanya bisa diperoleh dari Allah SWT.
Mungkin ada baiknya kita dengarkan nasihat Ibnul Qayyim rahimahullah dalam kitab Al Fawa-id, "Bila manusia merasa kaya dengan harta, merasa kaya lah engkau dengan adanya Allah SWT. Jika manusia berbahagia dengan dunia, berbahagialah engkau dengan Allah SWT. Jika mereka merasa asyik dan intim dengan kekasihnya, jadikanlah keintimanmu dengan Allah SWT. Jika mereka merasa tersanjung dengank dekatan pada penguasa dan petinggi mereka untuk mendapat penghormatan dan kemuliaan, kenalkanlah dan dekatkanlah dirimu kepada Allah SWT agar engkau mendapatkan puncak kehormatan dan ketinggian."
Teguran Allah SWT itu, memang bisa saja menyakitkan. Tapi itulah bentuk cinta Allah SWT agar seseorang segera kembali mengenali diri, dan mengenali Allah SWT. Inilah yang patut kita syukuri bila Allah SWT masih mau menegur kita. Jangan sampai kondisi kita seperti ucapan syaikh Al Qur'an terkenal asal Mesir, Muhammad Ar Rawi, "Hukuman paling berat atas seseorang adalah bila Allah SWT menjadikan ia lupa pada dirinya sendiri. Sebab bila seseorang lupa pada dirinya sendiri, maka ia akan terjerumus pada kenistaan, tapi ia merasa telah melakukan kebaikan." Karena itulah, sekali lagi, teguran Allah SWT bisa menyakitkan. Bersykurlah.....bila Allah SWT masih menegur kepada kita.

Lebaran Bersama Tetangga Yang Ngga Mudik

Idul Fitri selain bermakna kemenangan dan kegembiraan, juga penuh dengan suasana silaturrahim. Pada Idul fitri orang-orang memperkuat tali hubungan antar manusia. Para pemuda yang selama ini mengembara dalam rangka mencari nafkah meninggalkan kampung halamannya, datang kembali bersimpuh dihadapan orang tuanya.

Keakraban juga begitu lekat diantara tetangga yang merayakan Idul Fitri yang pada tahun ini tidak ke kampung halaman (alias tidak mudik).

Bersalam salaman usai melaksanakan sholat Idul Fitri di halaman Masjid Al Hikmah Bekasi.



Wuah ramai juga, suasana berlebaran dengan tetangga yang nggak bisa pulang kampung tahun ini.

Dan yang uniknya adalah anak2 se usia SD mereka bergerombol bersilaturrahim dari rumah ke rumah dengan tak ketinggalan membawa dompet............. yaitu sebagai tempat ampow, maklumlah anak2 pada mengharapkan pemberian uang di hari Lebaran ini. Semua ini mengingatkanku ketika umurku masih se usia SD di kampung halaman, setiap lebaran aku mengikuti ayah dan ibuku keliling kampung untuk bersilaturrahim dengan saudara kandung orang tuaku....... disanalah aku sering di beri uang jajan.......asyik juga...he he he he he.

Kamis, 24 September 2009

Ketika Kumandang Takbir Terdengar Ditelingaku

Saudaraku,
Merayap bergema beduk lebaran
Pengikut Muhammad menabur takbir
Semua itu telah terkikis direnggut waktu
Namun masih terngiang sebuah kisah kecil
yang menghiasi layar lebaran.

Kumandang takbir masih jelas terdengar
namun sayup2 mulai menghilang bersamaan dengan roda vespaku mulai berputar

Allahu Akbar.......... Allahu Akbar

Hari masih gelap dengan hiasan awan yang semakin kelabu di langit.
Udara yang dingin masih menusuk nusuk ke dalam kulit.
Setiap helaan nafas orang-orang yang lalu lalang terlihat asap pertanda udara malam ini begitu dingin.

Suara angin mulai terdengar keras tatkala menerpa pepohonan.
kala itu angin malam masih setia menggodaku dengan hembusannya,
pelan.........lembut namun membuat dingin tulang rusukku.
Diantara jalanan yang beraspal,
vespaku masih tetap lincah menyusuri pedusunan,
walau dengan suara yang agak keras (tak heran bila anakku menyebutnya Vespa Jadul).

akhirnya sampai juga aku dan bekas pacarku di rumah,
tak lama kemudian hujan mengguyur kotaku.
Alhamdulillah.....hujan turun tidak saat aku masih di jalanan......dijamin dah basah kuyup!

Sambil menyeruput teh manis bikinan istriku,
aku sedikit menerawang pada bulan Ramadhan yang akan segera meninggalkan kita,
Apakah kita termasuk yang merindukan kehadiran bulan Ramadhan, saudaraku?
Jika ya, inilah keindahan bulan yang kita sangat rindukan itu sedang bersama kita. Inilah detik demi detik waktu, kita lalui bersamanya. Inilah masa-masa bahagia, masa-masa semakin dekatnya jiwa bersama Allah, masa-masa kedamaian hati yang belum tentu kita temui saat ia tidak bersama kita lagi.

Saudaraku,
Jika Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa melakukan satu ibadah sunnah dalam bulan Ramadhan, maka ia seperti orang yang melakukan ibadah wajib di bulan selain Ramadhan. Dan barang siapa yang melakukan ibadah wajib di bulan Ramadhan maka ia seperti orang yang melaksanakan 70 ibadah wajib di selain bulan Ramadhan". (HR Ibnu Khuzaimah). Maka berpisah dengan bulan ini berarti meninggalkan kesempatan meraih pahala kebaikan yang berlipat-lipat.
Bahkan Rasulullah SAW bersabda, "Ada dua kegembiraan bagi orang yang berpuasa, kegembiraan saat berbuka dan kegembiraan tatkala bertemu dengan Allah." (HR Al-Bukhari dan Muslim). Maka, perpisahan dengan bulan ini, berarti terlewatnya dua momentum kegembiraan di kala buka puasa itu.
Jika rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang berpuasa karena keimanan dan semata-mata mengharap pahala, niscaya diampuni dosanya yang telah lalu. (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Maka, perpisahan dengan bulan ini adalah hilangnya kesempatan kita untuk memperoleh ampunan Allah SWT terhadap dosa-dosa kita yang menggunung.
Saudaraku,
Jika Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang menunaikan qiyamul lail pada bulan Ramadhan karena keimanan dan mengharap pahala, niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Maka usainya kebersamaan kita dengan bulan Ramadhan adalah lenyapnya kesempatan kita untuk menunaikan sholat malam dengan jaminan pahala ampunan atas dosa dan kekhilafan, yang kita sudah tenggelam di dalamnya.
Saudaraku,
Jangan sia-siakan detik-detik perpisahan ini. Rasakan benar-benar kehadiran kita disini, di bulan ini.
Lantunan dzikir, tilawah al-Qur'an, munajat, permohonan ampun di sini.
Buanh kepenatan, hilangkan rasa lelah. Hanya untuk hari-hari terakhir menjelang perpisahan dengan bulan penuh kemuliaan. Kejarlah segala yang tersulut dari diri kita pada malam Lailatul Qadr. Sekarang, saudaraku. Jangan tunda lagi.
Dan, menangislah. Karena kita pun harus berpisah dengan bulan ini.
Selamat berpisah Ramadhan 1430H,
Ya Rabbi, semoga hambamu dipertemukan kembali di Ramadhan 1431H. Amin.

Sabtu, 12 September 2009

Dipunggung Ramadhan 1430H


Kita sudah sampai di hari ke 20 Ramadhan. Sadarilah, bahwa hari demi hari bergulir dan detik demi detiknya semakin mahal dan tak ternilai harganya. Kitapun sampai pada tahap mencapai harapan yang semakin tidak mudah. Tapi disinilah sesunggunya proses seleksi itu dimulai. Itu sebabnya, Rasulullah SAW menurut Aisyah ra, "lebih bersungguh-sungguh beribadah pada sepuluh hari terakhir, melebihi kesungguhan sebelumnya."
Mari kita sambut dan jelang sepuluh hari terakhir bulan ampunan ini.

Kini saatnya kita meningkatkan kesungguhan dan keseriusan beribadah. Kini saatnya kita benar-benar menapaki hidup dengan nuansa akhirat. Sekarang waktunya kita berubah dari manusia bumi menjadi manusia langit.
Hari-hari sepuluh terakhir adalah kesempatan khusus yang sangat istimewa untuk mendapatkan ridha Allah SWT. Tidakkah kita ingin menyerupai apa yang dilakukan oleh orang-orang shalih di saat-saat seperti ini?
Tidakkah kita mendengar bagaimana kondisi para sahabat radhiallahu anhum sebagaimana diriwayatkan Ali ra, "Adalah para sahabat di pagi hari, rambut mereka kusut, masai, dan berdebu. Di antara mereka ada bekas seperti orang yang berduka. Mereka telah sujud dan shalat malam, bergantian antara kening mereka dan kaki mereka, beribadah kepada Allah. Mereka berdiri condong seperti layaknya pohon yang miring karena telah banyak berubah. Mata mereka menangis hingga membasahi pakaiannya..................."

Hari-hari kita yang sangat mahal, akan terus berjalan. Berusahalah untuk tidak ada jenak waktu yang luput dari semua kebaikan dan amal shalih. Utamakanlah beribadah di malam-malamnya. Sungguh pada malam-malam ini, Allah SWT bertanya, "Adakah orang yang meminta kepada-Ku....?"

Mari, gunakanlah kesempatan ini sebaik-baiknya untuk menghadapi perjalanan panjang yang menentukan berhasil atau gagalnya hidup sesungguhnya di akhirat. Berdo'alah dengan penuh kesungguhan agar Allah melimpahkan pertolongan-Nya kepada kaum Muslimin di mana saja untuk bersabar dan bisa terbebas dari ragam tekanan dan serangan musuh-musuh Islam.

Ya Allah, jadikanlah seluruh amal kami adalah amal shalih dan khusus dipersembahkan untuk mencari ridha-Mu.

Senin, 07 September 2009

ADINDA


sore hari disebuah pojok rumah


Ingin rasanya kulukis wajahmu dalam bait-bait puisi

meski kutahu kata-kataku tak mungkin sanggup melukis seluruh keindahanmu

Setidaknya angin yang berdesir memberiku sketsa indahmu

dan hari-hariku adalah cerminan catatan tentang cinta


Adinda,

Di balik purnama itu kau bersemayam

Menerangi gelap hatiku yang kosong

Cahayanya mengusir keraguanku

Resah, gelisah kurasa saat kau tenggelam di balik awan itu

Takut kau kembali saat fajar tlah datang

Dan mentari menggantikanmu


Adinda,

Desiran angin malam semakin lama semakin syahdu terdengar

Lantunan kerinduannya semakin nyaring terdengar

Melagukan bait melodi cinta kita

Begitu tulus dalam keheningan malam

Suarakan rindu untukmu


Adinda,

Mengapa kau menginspirasikan hadirnyan puisi ini?

Tanpamu jariku takkan tergerak mengalunkan kata

Karna engkau tlah kuasai pikiranku sore ini

Menuntunku menapaki dunia maya penuh fantasi

Dan kesendirianku adalah waktuku tuk berceloteh dengan hatimu

Selasa, 01 September 2009

Kugapai 10 hari Ramadhan 1430H


Warkah Teruntuk Saudaraku
(di sepuluh hari berpuasa)

Saudaraku yang kusayangi,
Dari jauh kuucapkan selamat berpuasa
Mari kita tahan terus !
Apabila sepotong siang yang terik,
jatuh di kerongkongan akan mengoyaknya
Kita jaga supaya puasa tetap utuh berbalut hikmah.

Tak sedikit orang yang apabila telah datang
terminal puasa di punggung maghrib
Main sikat terus memanjakan selera
Sampai perut bengkak seperti,
pipi yang dirongrong sakit gigi.

Apakah kita termasuk mereka itu?
Barangkali saudaraku tidak demikian ya.
Malahan sampai selesai merebahkan Tarawih
belum makan juga.
Karuan saja habis kalau lagi sepi
nggayemi terus sih!!
Eh, humor lho!

Saudaraku,
Ini adalah hari-hari mulia yang kemuliaannya
tak pernah terbandingkan dengan hari-hari lain disepanjang hidup kita.
Kita masih menghirup udara di bulan Ramadhan.

Saudaraku,
Bulan ini adalah karunia teramat mahal dan indah untuk kita.
Karena bulan inilah tempat terminal kita untuk bersuci,
membersihkan diri, kembali menyadari ke Maha Besaran Allah SWT.
Kembali meluruskan arah dan orientasi perjalanan hidup
yang barangkali sudah mulai menyimpang dari kehendak Allah.
Kembali memfokuskan pandangan kita untuk akhirat.
Kembali menyadari kedudukan kita sebagai hamba Allah
yang seharusnya tunduk dan patuh kepada Allah SWT.
Mari bersyukur saudaraku.
Itulah yang seharusnya kita lakukan
karena Allah masih memberikan kesempatan kita untuk memperbaiki diri.
Memulai lagi sebuah lembaran baru yang lebih baik dan terang,
meluruskan kembali seluruh langkah kehidupan pada bulan ini.
Dan yang penting mengaplikasikan syukur itu
dengan melakukan segala yang diridhai Allah SWT.

Saudaraku,
Seakan baru kemarin musim panen,
Setelah sewarsa menapaki waktu,
Sekarang musim ini hadir kembali,
lewat celah-celah hikmah,
Berbondong orang2 memetik daun soerga,
Aku tak tahu mengapa seakan jeriji waktu kian memendek,
Barangkali karena tipisnya kerinduan kita pada Yang Satu,
Seandainya rasa rindu kita kepadanya,
menggumpal dan menyumbat dada kita,
Barangkali sehari serasa sewindu,
Di ujung musim ini tak sedikit orang 2 bersuka ria,
Umat Muhammad menyebar dan menabur takbir,
Ketika itu suara takbir bertalu-talu
Menggema di tebing2 batu membahana
Merayap di alir sungai bening gemeerisik,
Lembut menelusuri titian sanubari.

Tak sedikit pula orang 2 yang bergembira,
Karena merasa terlepas dari jeratan lapar,
Merasa bebas dari cekikan dahaga.

Saudaraku, apakah kita termasuk mereka itu?
Barangkali tidak ya, semoga tikaman lapar
Tak melukai keikhlasan dan kesabaran kita.
Amin ……………………………

Saudaraku,
Mari pejamkan mata. Tundukkan hati dan batin.
Tenggelamkan semua perasaan kita di hadapan
kemuliaan dan kuasa Allah yang tak ada batasnya.
Ucapkanlah doa yang penuh makna dari lisan Hasan Al Bashri rahimahullah.
“Ya Allah, aku berlindung dari merasa agung
dan mulia dalam jiwaku sendiri.
Sementara di dalam jiwa orang lain aku kecil dan hina.”