Minggu, 19 Juli 2009

Mengabadikan Senandung CINTA Teruntuk Istriku


Apa yang Anda rasakan ketika berhadapan 'pertama kali' dengan istri atau suamimu? Segunung gerak kejiwaan yang susah terlukiskan. Karena semuanya serba mendadak. Kita harus bersanding dengan pasangan hidup kita. Sosok yang belum pernah kita kenal sebelumnya. Lalu, bertahap kita menemukan bahwa dalam dirinya tersimpan misteri yang belum terungkap.

Pernikahan menggiring kita untuk tidak lagi berdiri terpaku dalam angan-angan. Pernikahan menyadarkan kita tentang kenyataan hidup bahwa kekasih kita sesungguhnya menyimpan misteri yang harus kita singkap, karena memendam potensi yang harus kita kembangkan, dan terkadang memunculkan sisi-sisi tertentu yang menuntut kesabaran.
Cinta dan kerinduan kepada keluarga, istri dan anak-anak, selalu menempati posisi paling penting dalam diri siapa saja. terlebih bagi mereka yang menyadari bahwa kesuksesan aktivitas apapun : kerja, dakwah, bisnis, dan sebagainya selalu memiliki akarnya dalam keluarga. Mungkin inilah yang dapat kita pahami dari doa yang kita panjatkan kepada Allah Ta'ala. Robbana hablana min azwajina wadzurriyyatina qurrata a'yuun waja'alna lilmuttaqiina imamaa (Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa). (QS. Al-Furqan [25]:74).
Memelihara cinta bukanlah perkara yang mudah dan sederhana. Ia membutuhkan kehadiran banyak hal dari dalam diri kita. Ia menghajatkan ketulusan jiwa kita, kejernihan pikiran kita, kesabaran kita, sikap lapang dada kita untuk menanggung gelombang kehidupan. Namun, ia juga merindukan datangnya perhatian tulus yang diberikan oleh para kekasih.
Perjalanan hidup setiap manusia dalam membina mahligai rumah tangga tentunya punya ciri yang berbeda. Dimana didalamnya tentu akan ditemukan RAHASIA CINTA, rahasia tentang kebutuhan cinta. Kebutuhan jiwa dari kekasih kita. Kebutuhan untuk diperhatikan dan didengarkan. Karena ia tidak hanya sekedar hubungan formal yang resmi antara seorang pria dan wanita. Lubuk jiwa mereka yang paling dalam terdapat kebutuhan yang harus dipenuhi. Kebutuhan jiwa yang dahaga, yang membutuhkan sepotong waktu yang dimiliki sang kekasih untuk diberikan kepadanya. Waktu yang tidak sekedar putaran jarum jam, tetapi waktu yang bermakna perhatian terhadap cinta keduanya. Sepotong waktu adalah bagian dari kebenaran, seperti yang dijelaskan Allah ta'ala. "Bergaullah dengan mereka secara makruf" (QS. An-Nisaa': 19). Dalam hal ini diantaranya adalah kemampuan untuk memberikan perhatian istimewa, mendengarkan secara aktif, membangun suasana romantis, dan menciptakan canda-canda segar.
Itulah sepenggal kebutuhan jiwa seorang kekasih. Yaitu kebutuhan untuk mendapatkan kelegaan hati. Mereka butuh di dengarkan. Bahkan, mereka terkadang tidak membutuhkan solusi. Mereka membutuhkan ruang untuk bercerita, membutuhkan waktu untuk bersama kekasihnya.
Di sinilah kita menemukan makna yang dalam dan luas dari ungkapan Rasulullah shallahu 'alaihi wa sallam, "Sebaik-baik kamu adalah yang paling baik dalam bergaul dengan istrinya, dan aku adalah yang paling baik di antara kamu dalam bergaul dengan istri". (HR. Bukhari).
Dan dalam suatu riwayat oleh Aisyah. Nabi shallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda, "Jika kalian telah selesai tugas di luar rumah, maka cepatlah kembali ke istrimu. Karena itu sangat besar pahalamu." (HR. Al Hakim).
Akhirnya, rumah menjadi taman rekreasi kita. Di dalamnya bertabur bunga-bunga. Kita sendirilah penanamnya, tentu bersama kekasih kita.
KEMBALI KE RUMAH, KEMBALI PADA CINTA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar