Minggu, 09 Mei 2010

Segenggam RINDU untuk bidadari-bidadariku



Malam masih menemaniku dengan keheningannya, sinar rembulan masih tampak malu untuk menyemburatkan sinarnya....aku yang masih terpekur dengan kesendirian....hanya ditemani oleh secangkir teh hangat dan martabak manis sekedarnya.....dari pada nggak ada he he he.....
Malam itu, aku teringat salah satu syair dari sastrawan Muhammad Iqbal "Aku ragu akan ada dan tiadaku. Tapi cinta membacakan maklumatnya bahwa ternyata aku ada!".

Cinta sejati adalah sepenggal kata yang merindui kesetiaan dan ketulusan dari sang kekasih. Cinta tanpa syarat. Sungguh, kita mengharapkan sebuah cinta yang menjulang ke akherat. Tapi, mampukah kita menciptakan keabadian cinta? Aku berharap dengan memasuki dunia kekasih "bidadari-bidadar" kita dengan mengenalinya.....yah mentaarufinya secara utuh dan insya Allah akan kita temui harapan itu.

Ada satu kisah yang membuat RINDU-ku pada bidadari-bidadariku membuncah..........,
Wanita itu terlihat gelisah. Sesekali pandangan matanya menyapu seluruh ruangan. Hanya beberapa detik saja ia telah fokus kembali pada suaminya. Wajah suaminya masih menyiratkan jenak-jenak kelelahan. Wajah itu terasa menyurutkan niatnya untuk bicara pada sang suami. Ia mencoba menahan. sejenak ia menghela nafas. Namun, dorongan untuk bicara terus mengusiknya.
"Mas, kapan punya waktu,"katanya, "Saya mau bicara."
Sang suami terdiam. Wajahnya lesu memandang istrinya yang sedang menimang buah hati mereka.
Wanita itu kembali bicara, "Mas, masa saya ngomong dengan bayi terus. Saya kan bukan bayi. Bukan anak-anak."


Terdapat rahasia CINTA yang terkuak dari kisah nyata tersebut. Rahasia tentang kebutuhan cinta. Kebutuhan jiwa dari kekasih kita. Kebutuhan untuk diperhatikan dan didengarkan. Ia tidak sekedar hubungan formal yang legal antara seorang pria dan wanita.

Sayangnya, terkadang rutinitas kerja dan aktivitas diluar rumah telah menyita sebagian besar perhatian kita akan kebutuhan-kebutuhan jiwa kekasih kita. Kita cenderung menangkap gerak fisik dari penampilannya. Kita hanya membaca wajah fatamorgananya. Wajah yang disembunyikan dari kenyataannya........

bersambung ya.....tunggu coretannya berikutnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar