Senin, 23 Agustus 2010

APA YANG SUDAH KITA UKIR


Setengah perjalanan Ramadhan telah menorehkan berbagai peristiwa yang memberikan bermacam hikmah yang dapat kita jadikan ibrah dalam berpijak kedepan.
Berapa tahun kira-kira usia kita hari ini? Bagi kita yang sudah menapaki usia tiga puluhan atau empat puluhan, bahkan mungkin di atas empat puluh ( seperti Ane he he he....ternyata sudah tua juga dan pastinya kesempatan hidupnya semakin kecil), bagaimana kita memandang orang-orang yang berusia lebih muda? Bagaimana kita menilai mereka yang usianya masih belasan tahun atau dua puluhan tahun? Pernahkah kita memandang mereka dengan pandangan bahwa kita lebih senior, lebih berpengalaman, lebih banyak memainkan peran, lebih penting diperhitungkan? Pernahkah kita menilai mereka sebagai orang-orang yang harus lebih banyak belajar dari kita yang sudah lebih lama hidup di dunia?

Saudaraku,
Tidak. Nilai hidup ternyata bukan hanya milik orang-orang yang telah berusia lebih banyak. Peran-peran besar ternyata tidak terkait dengan soal bilangan usia, sedikit ataupun banyak. Kedewasaan, ketangguhan, kehebatan seseorang, tidak identik dengan perjalanan usia seseorang.
Boleh saja ada orang tua yang menganggap kaum muda atau anak-anak yang berusia lebih sedikit, berarti lebih sedikit peran dan sumbangsihnya bagi kehidupan. Boleh saja, jika para senior menganggap orang junior sebagai kelompok orang yang peranannya berada lebih rendah. Tapi anggapan seperti itu, tidak selalu benar. Sama tidak benarnya dengan anggapan bahwa orang yang sudah lanjut usia, tidak bisa berperan lebih banyak ketimbang orang yang usianya masih muda. Sama tidak benarnya juga, dengan asumsi bahwa orang-orang yang lengkap anggota tubuhnya, lebih bernilai ketimbang orang-orang cacat.

Saudaraku,
Tahukah kita jika sejarah kegemilangan Islam, banyak dibentuk oleh tangan-tangan mereka yang berusia sepuluh hingga dua puluh tahun? Lihatlah bagaimana Allah SWT yang memuji Yahya bin Zakariya alaihissalam yang masih anak-anak dalam firman-Nya, "Ya Yahya, ambillah Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. Dan Kami berikan kepadanya hikmah (kenabian) ketika ia masih kanak-kanak." (QS Maryam : 12).
Nabi Muhammad ketika diangkat menjadi Rasul berumur 40 tahun sementara pengikutnya di generasi pertama kebanyakan golongan pemuda dan tidak sedikit yang masih kanak-kanak. Mereka dibimbing oleh Rasulullah setiap hari di Darul Arqam antara lain, Ali bin Abi Talib dan Zubair bin Awwam, kedua-duanya berumur 8 tahun, Thalhah bin Ubaidillah (11 th), Al-Arqam bin Abi Al-Arqam (12 th), Abdullah bin Mas'ud (14 th), Saad bin Abi Waqqash (17 th), Jaafar bin Abi Thalib (18 th), Zaid bin Haritsah (20 th) dan lainnya.
Ketika dahulu Rasulullah menyeleksi seorang pemimpin di kalangan sahabatnya untuk menjadi utusannya, Rasul memilih siapa di antara mereka yang paling banyak hafalan Al-Qur'annya. Ternyata yang pakling menguasai hafalan Al-Qur'an ketika itu adalah Amr bin Salman Al Jarami as yang usianya masih belasan tahun. Rasulullah mengangkatnya menjadi imam, ketika ia masih dalam usia kanak-kanak. Amanah dijalani oleh Amr bib Abi Salmah, sebagaimana ia katakan, "Aku tidak mendapat suatu komunitaspun kecuali aku ditunjuk sebagai imam mereka. Hingga aku menshalatai jenazah para sahabat, sampai hari ini." (HR Ahmad).

Saudaraku,
Iyas bin Mu'awiyah adalah contoh lain. Ia seorang belia yang memiliki peran besar di zamannya. Ketika belum melewati 16 tahun, ia sudah dijadikan imam oleh sekitar 400 orang ulama dan pemimpin di wilayahnya. Khalifah melihat hal itu marah dan ingin memberi pelajaran etika kepada Ilyas bin Mu'awiyah. Ia mengatakan, "Betapa usia kamu, anakku? Iyas menjawab dengan jawaban yang sangat mengejutkan, "Usiaku wahai Amirul Mukminin, seperti usia Usamah bin Zaid tatkala memimpin pasukan yang di dalamnya terdapat sahabat Rasulullah saw, Abu Bakar Shiddiq ra." Khalifah terkejut dari kecerdasan Iyas dan kecepatannya dalam menjawab secara jenius.

Imam ath Thahawi, penghafal Al Qur'an dan hadits. Ia hidup sezaman dengan para imam ahli Huffazh para pengarang/penyusun enam buah buku induk hadits (al-Kutub as-Sittah), dan bersama-sama dengan mereka dalam riwayat hadits. Umurnya ketika imam Bukhari wafat adalah 17 tahun, ketika imam Muslim wafat ia berumur 22 tahun, ketika imam Ibnu Majah wafat ia berumur 34 tahun, ketika imam Abu Dawud wafat ia berumur 36 tahun, dan ketika imam Tirmidzi wafat ia berumur 40 tahun.

Saudaraku,
Semoga Alla swt menjadikan kita semua sebagai orang yang bisa mendengarkan suatu perkataan dan bisa mengambil yang baik dari perkataan itu.
Dan semoga kita dapat melewati bulan Ramadhan ini dengan penuh makna.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar